Sakura baru saja keluar dari kamarnya dan melihat banyak pelayan berlalu lalang. Dirinya hanya memperhatikan dalam diam tanpa ada orang yang menyadari keberadaannya. Hingga salah satu pelayan yang memang sering mengurus nya menghampirinya untuk menyapa."Selamat siang, Sakura. Ada apa? Kau perlu sesuatu?"
Geleng Sakura sambil memperhatikan pelayan yang meliriknya dengan tatapan mata sinis. "Barang-barang yang mereka bawa mau dikemanakan? Mengapa semuanya tampak sibuk sedari tadi."
Pelayan berambut coklat bernama Amy itu tersenyum ceria. "Akhirnya tuan muda akan kembali ke rumah. Setelah sekian lamanya... dia tak datang sendirian kali ini. Ada tamu yang dia bawa untuk menginap.
Sepertinya hari-hari di rumah ini akan kembali seperti dulu lagi.."
Sakura mengangguk, kembali memperhatikan kesibukan para pelayan. Sebuah frem foto besar tertutup kain putih tampak di bawa beberapa pelayan pria untuk dipindahkan dari kamar kakaknya Hazel.
Kain putih itu terinjak salah satu pelayan dan menampilkan sebuah foto sosok yang Sakura kenal. Pemilik mata yang didonorkan untuknya. Ternyata, masih ada manusia yang begitu baik padanya. Padahal mereka tak pernah berbincang panjang sekalipun hanya sapaan yang Sakura ingat saat wanita didalam foto tersebut masih hidup.
"Anda, mengapa Anda keluar?" Hazel entah mengapa raut wajahnya pucat. "Cepatlah masuk kedalam."
Sakura menurut dan masuk kembali dalam penjara sangkarnya.
Hazel mengunci pintu dari dalam kemudian berbalik kearah Sakura di sana. "Apa Anda tidak tahu? Ayah akan kembali! Sebaiknya Anda tetap diam di dalam."
"Baiklah, Hazel.. tapi, kakakmu juga akan pulang, kudengar dari Amy, benarkah?"
Hazel menatap cemas Sakura. "Justru itu yang saya khawatirkan. Bagiamana bisa kakak dan ayah dalam satu atap? Ini akan terulang lagi."
Entah apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, Sakura punya firasat buruk tentang hal ini.
Ek
.
.Brak-
Shotaro muak, ia seperti hanya menjadi turis mengelilingi wisata yang ada di sana. Dirinya sudah tak tahan dan ingin langsung memaksanya untuk membawanya ke tempat ibunya berada.
Ting-
Sebuah pesan teks membuat emosinya mereda. Jade memberitahu Shotaro untuk berkemas bersiap untuk pergi ketempat ibunya berada.
Entah ini adalah tipuan atau benar. Shotaro tidak akan mundur.
Drrrtt..
"Paman Jugo. Kau tetap ditempat. Aku akan mulai bergerak."
Sebuah rumah yang bisa disebut mansion berdiri di pinggir pantai dengan gerbang setinggi tiga setengah meter kokoh terbuka begitu mobil yang mereka tumpangi berhenti sebentar untuk melapor.
Rasanya seperti seorang yang penting. Para pelayan berjajar menyambut kedatangan nya.
"Apa ayah sudah tiba lebih dulu?"
"Tuan besar akan datang tepat makan malam, tuan Jade." jawab seorang pria tua dengan kacamata kecil di pangkal hidungnya.
"Kalau begitu antar kan tamu ku ke kamar tamu. Oh, dan semua yang aku perintahkan sudah beres, kan?"
"Sudah selesai sejak kemarin, tuan Jade. Apa ada lagi yang Anda perlukan?"
Jade berjalan mendahului. "Tidak ada. Aku mau istirahat."
Shotaro ditinggalkan begitu saja bersama dengan pelayan.
"Mari saya antar kan Anda ke kamar tamu."
Shotaro tiba di lantai kamarnya berada. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk- ah!
Shotaro langsung bangkit. Sialnya, ia malah melupakan tujuan utamanya datang kemari.
.
."Jangan pernah pergi ke sana kalau masih sayang dengan hidupmu."
Shotaro mengerutkan kening, semakin ia dilarang rasanya ingin sekali dirinya melakukan hal yang dilarang itu. Tapi sebelum itu..
"Siapa kamu? Apa urusanmu?"
Menyilangkan tangannya didepan dada. Anak perempuan berusia lebih muda dari nya dengan rambut merah panjang yang tergerai tertiup angin, dengan sombong memperkenal dirinya. "Aku Hazel. Kau pasti tamunya kak Jade, kan? Aku memperingatkan mu. Jangan pernah -"
"Ya tidak boleh kesana."
Anak perempuan tadi berdeham. "Sebaiknya kau segera kembali. Makan malam akan segera dimulai."
Tapi Shotaro semakin penasaran dan ingin pergi mencari keberadaan ibunya disekitar sini. Barangkali ibunya berada didalam sini. Ia tak akan membuang kemungkinan yang ada.
Pria berwajah mirip Jade duduk di bagian paling ujung meja. Matanya hanya terfokus pada makanan di atas piring disantapnya.
"Aku tak pernah denger akan ada tamu." ungkap kepala keluarga tersebut yang ditunjukkan pada Jade, putra sulungnya.
Jade tersenyum. "Tak masalahkan? Lagian banyak kamar kosong di rumah."
"Jangan pernah ulangi lagi."
Suasana yang sangat sesak tak dapat dipungkiri oleh Shotaro. Matanya melirik ke arah Hazel, terlihat tangannya sedikit gemetar menegang alat makanan.
Dari pada makan malam, yang tadi itu bisa disebut perang dingin. Separah parah nya ayah angkatnya saat sedang marah, pria itu mengutamakan kenyamanan saat makan malam. Kalau memang sedang tidak bisa diganggu, pria itu makan malam sendirian didalam kamarnya.
Apakah keluarga normal seperti ini? Shotaro tidak yakin, sepertinya keluarga palsunya lebih baik dibanding keluarga ini.
Shotaro tidak bisa tidur karena perutnya sakit setelah makanan yang masuk kedalam perutnya tak tercerna dengan baik. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan sembari menikmati pemandangan malam di tepi pantai.
Saat tiba di pinggir pantai ia bisa melihat anak yang ditemuinya tadi termenung menatap lautan di sana. Kakinya berlari untuk menarik tubuhnya yang melangkah menuju tengah laut.
"Apa kau bodoh?!" Shotaro berteriak kepadanya, masih mengangkat anak tadi dipelukan nya.
"Hey.. penyu ku jadi lepas."
Shotaro menyipitkan matanya dan benar saja, seekor penyu berenang ketengah.
"Tapi tak apa, aku sudah mengucapkan selamat tinggal padanya tadi." ujarnya sambil tersenyum masih tertuju pada penyu yang telah hilang terbawa ombak.
Shotaro tak habis pikir, malam-malam begini buat apa di tengah pantai dan ternyata orang aneh itu sedang melepas peliharaan nya- tatapannya kembali bertanya-tanya.
"Kau melepas penyu mu?"
"Hm? Penyu hadiah dari kakakku, aku tak mau hewan itu terkurung. Jadi ku lepaskan saja. Bukannya lebih baik di bebaskan, walaupun belum tentu saat bebas dia akan selamat? Yang penting dia hidup bebas, 'kan."
Shotaro tak bisa berkata-kata. Sebagian besar pakaian nya sudah basah oleh air laut dan tercium amis. Shotaro pun berbalik pergi, kemudian menoleh. "Kembalilah dan ganti bajumu sebelum semakin dingin."
Hazel termenung dengan ucapan Shotaro. Baru pertama kalinya ia merasa diperlakukan seperti ini.
Andai kakakku yang mengatakannya, apa kita bisa jadi seperti dulu?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Short StorySebuah kesalahan terjadi mendatangkan badai besar bagi Sakura yang kehidupan nya tak pernah terselip kata 'bahagia'. Dan dari kesalahan itu, sebuah harapan muncul. Namun, badai dalam hidup nya tak pernah reda. Write by yuna_noodle Disclaimer ©Masash...