18. Mistake [fake]

89 6 0
                                    


Pada malam kedua Shotaro siuman. Sasuke datang sendirian tanpa sang tangan kanan menemani. Seluruh penjaga diluar diperintahkan untuk menunggu lebih jauh dari tempatnya.

"Kau sudah baikan?"

"Aku tak akan basa-basi. Dua hari lagi, umumkan kematian ku kepada dunia."

Sasuke terhenyak. "Apa maksud—"

"Aku akan pergi ke Spanyol."

"Masih mencarinya?"

Shotaro menatap Sasuke dengan mata dingin yang biasanya dilayangkan oleh Sasuke sendiri pada orang lain. Sasuke baru menyadari cat rambut Shotaro yang mulai memudar menampakkan merah muda pucat.

"Ganti warna rambut mu." Sasuke berbalik memunggungi Shotaro. "Besok pemakaman nya akan diurus, istirahatlah."

Shotaro sedikit terkejut, tak biasanya ayah angkatnya ini menuruti kemauannya tanpa ada syarat.

"Sebelum itu—"

Ah, apa yang diharapkannya.

"— bawa Jugo bersamamu."

"Hah? Apa kau salah minum obat?" Rasanya tak seperti Sasuke, bisa-bisanya tangan kanan nya sendiri turun ikut Shotaro meninggalkan wilayahnya.

"Bawa atau kau tidak akan kemana-mana."

Berdecak kesal karena dirinya gagal pergi tanpa meninggalkan jejak. Shotaro akhirnya menyetujui nya dengan berat hati. Ada untungnya juga keberadaan Jugo bersamanya, tapi, apa orang itu takkan sadar?

.
.

Dua hari kemudian pun diadakan pemakaman Shotaro yang tertutup dari dunia luar. Kematian nya diakibatkan oleh pendarahan hebat dan anemia.

Hanya Sasuke dan para bawahannya yang menghadiri nya. Sedangkan Sarada yang terguncang tak datang ke pemakaman Shotaro. Ia masih tak percaya kalau orang itu telah tiada. Padahal beberapa hari lalu ia masih melihat Shotaro berbaring dan nafasnya masih ada. Pagi ini, kabar itu tersebar di berbagai media kalau Shotaro, anak angkat dari pemilik Taka Group telah berpulang di usianya yang masih muda.

Mitsuki yang pulang terlebih dahulu menghampiri Sarada yang berada di taman. Perempuan yang sudah ia anggap sama seperti malaikat penolongnya itu melamun di atas ayunan. Mitsuki tak dapat mendekat ke sana, tak dapat lebih dari ini.

"Sarada."

Suara bariton yang dalam terdengar dari belakangnya. Mata safir itu bertemu dengan mata emasnya yang dingin begitu berpapasan dengan laki-laki yang akan menjadi pasangan hidup majikannya.

"Kau disini? Ayahku tak ad—"

"Aku diperintahkan ayahmu untuk menjemput mu." Boruto memotong Sarada menunduk untuk dapat bertatapan dengan wajah penuh tanya Sarada.

"Huh? Kemana?"

Matanya terpejam menarik nafas, kemudian menatap pupil hitam yang berkali-kali telah mencuri hatinya secara diam-diam.

"Ke rumah ku, dimana aku dibesarkan."

Maroko, sebuah negara yang terkenal dengan ke eksotis-an alamnya dan begitu banyak kebudayaan tercampur didalamnya.

Boruto lahir di sana dan tinggal sampai usianya sepuluh tahun. Neneknya ialah pemilik industri dan perkebunan anggur besar di Maroko. Salah satu produknya sudah mencapai di pasar Asia juga Eropa.

Dan semua hal itu baru saja diketahui Sarada setelah ia menginjakkan kaki di tanah tempat matahari terbenam. Dan benar saja, saat matahari mulai terbenam di barat sana oranye keemasan sangat indah hingga mata Sarada tak pernah lepas dari langit tersebut. Suasana nyaman dan damai ia rasakan saat ini. Seperti beban yang sebelumnya telah terlepas untuk sementara menikmati keindahannya.

"Kau menyukainya?"

Sarada berdeham. "Ya, langitnya sangat indah seperti ceritamu."

Boruto sedikit menarik bibirnya keatas kemudian memberikan tas belanjaan padanya. "Gantilah pakaian mu dengan ini."

Sarada membuka nya dan bertanya dengan antusias. "Ini sungguh untukku?"

Anggukkan Boruto yang langsung mendapatkan pelukan maut Sarada. "Ini yang ingin aku kenakan setelah melihat beberapa wanita berlalu lalang mengenakan nya! Makasih Boruto! Aku akan segera memakainya."

Laki-laki berusia dua puluh tahun itu memegangi dadanya barusan sempat terasa seperti tersengat listrik. "Dia punya sesuatu yang berbahaya." gumamnya menatap punggung Sarada menjauh.

Beberapa saat kemudian Sarada keluar dengan bangga berjalan menuju Boruto berada. Dan untuk kesekian kalinya, Boruto dibuat terpana oleh Sarada. Tangan nya tergerak menarik kain selendang untuk menutupi kepala Sarada.

"Cantik."

"Eh..?" Sarada merasa telinga nya menangkap kata yang mustahil dikatakan oleh tunangannya ini kepada dirinya.

Boruto tersadar dengan apa yang barusan bibirnya ucapkan langsung menyela. "Tudung nya! Hiasan nya cantik, karena aku pandai memilih nya."

Setelah mengucapkan itu Boruto pergi dari sana menuju mobil yang sudah siap untuk berangkat kembali.

"Dasar orang aneh." Sarada membenarkan tudung nya dibantu Mitsuki yang entah sejak kapan ada dibelakangnya.

"Kau sangat cantik Sarada, seperti biasanya."

Sarada menjentikkan jarinya. "Benar kan? Orang itu yang tidak normal, matanya harus segera di bawa ke dokter."

.
.

Shotaro telah tiba di bandara internasional Spanyol. Menghubungi kontak seseorang yang akan membawanya ke alamat dimana ibunya berada.

"Kau di mana?"

Seorang melambaikan tangan diantara kerumunan menunggu kedatangan dari jalur internasional.

"Shotaro? Right?"

"Heh?" Bukannya tadi ditelepon dia bisa berbicara dalam bahasa Mandarin. "Yeah, nice to meet you."

"Kearah sini." Memberi petunjuk jalan.

Shotaro merasa detak jantung nya tak karuan. Setelah tiga tahun lamanya, akhirnya ia akan bertemu dengan ibunya. Kepalanya mengingat kejadian tiga tahun lalu yang membakar seluruh rumah nya yang penuh akan kenangan.

Dia sejak awal tahu, kalau jasad yang di temukan bukanlah ibunya. Karena dirinya tahu, ibunya memiliki sesuatu yang tak orang lain tahu.

"Ayo, tunggu apa lagi?"

Shotaro menaiki mobil sport tersebut mengenakan sabuk pengaman. Mobil melaju meninggalkan bandara. Tanpa disadari sosok yang membawa pergi Shotaro tahu. Kalau ada Jugo di sana melihat GPS yang terhubung lokasi Shotaro.

"Kami sudah mendarat. Semuanya berjalan sempurna, hanya saja.. orang itu mencurigakan." Jugo mendengarkan dengan seksama perintah dari tuannya. "Baik, tuan."

Jugo menelepon kenalan nya untuk menjemput dan tak menunggu waktu lama. Dirinya pun menaiki mobil milik kenalan nya itu menuju hotel, dimana Shotaro tinggal sesuai GPS nya berada.

Pemandangan laut yang indah. Shotaro menutup mata merasakan angin menyapu wajahnya. Ia dengan tak sabar menunggu seseorang yang akan menemuinya untuk membawanya pada sang ibu.

Sosok itupun akhirnya datang. Ternyata penampilan nya adalah laki-laki yang kira-kira seusia Boruto dan memiliki rambut berwarna merah muda agak gelap dari miliknya.

"Senang bisa bertemu denganmu, Shotaro. Aku Jade, yang akan membawamu pada tujuan mu."

Senyuman yang sangat hangat namun bagi Shotaro itu penuh dengan kepalsuan.

"Senang bertemu denganmu, Jade."

TBC

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang