I love my job
Dua minggu yang lalu, aku diterima bekerja di FBI dan bergabung di divisi investigasi kriminal. Bekerja di FBI sudah menjadi cita-citaku sejak masih kecil. Ayahku juga pernah bekerja di FBI, namun sayangnya beliau tewas saat sedang menjalankan misi. Ia ketahuan oleh musuh saat melakukan penyamaran. Usiaku masih 10 tahun kala itu dan kematian Ayah tidak mengubah mimpiku sama sekali.
Ketika aku memutuskan untuk menjadi seorang agent di FBI, Ibu tentu saja melarangku. Beliau tidak ingin kehilangan diriku. Kematian Ayah tentunya meninggalkan trauma tersendiri bagi Ibu. Namun aku berhasil membujuknya dan disinilah aku saat ini - duduk di ruang rapat bersama rekan-rekan kerjaku yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri.
Oke, kami memang baru saling mengenal dua minggu yang lalu, namun mereka sudah menganggapku seperti adik kecil mereka sendiri. Perlakuan hangat mereka membuatku merasa nyaman bekerja sama dengan mereka.
Kecuali satu orang. Heeseung Lee. Laki-laki keturunan Korea itu tidak pernah memberiku perhatian sama sekali sejak aku bekerja di sini. Kepribadiannya yang dingin membuat hati kecilku tertantang untuk mencairkannya. Namun aku tidak tahu harus melakukan apa untuk menaklukkan seorang Heeseung Lee yang cerdas, kaku, dan berkepala batu itu.
“Aku berhasil menyewa unit tepat di samping unit Alex untuk memata-matai pergerakannya. Sebaiknya kita memainkan peran sebagai sepasang suami istri untuk mengambil simpatinya. Siapa yang ingin melakukannya?” tanya Andreas - ketua timku.
Kami saling melempar pandang satu sama lain. Diantara kami berlima, hanya aku, Jade, dan Heeseung yang belum menikah. Heeseung kemungkinan besar akan turun tangan, mengingat dia selalu melakukan tugas penyamaran karena keahliannya dalam bermain peran sangat baik dibandingkan kami semua. Jade lebih banyak melakukan tugas internal. Sedangkan aku sama sekali belum pernah terjun langsung ke lapangan untuk melakukan penyamaran.
“Oke, Heeseung dan Stella, selamat kalian terpilih untuk menjalankan tugas ini,” ucap Andreas final.
Jantungku berdegup kencang. Aku takut melakukan kesalahan selama melakukan penyamaran. Setahuku, pekerjaan itu yang paling sulit diantara pekerjaan lainnya. Apalagi aku harus membangun chemistry yang baik dengan Heeseung agar operasi ini berjalan dengan lancar.
“Aku bisa melakukannya sendiri,” sahut Heeseung. Tidak heran jika ia menolak bekerja sama denganku. Aku tidak merasa sakit hati sama sekali.
“Stella belum pernah melakukan penyamaran, tapi aku bisa melihat potensinya. Kamu harus mengajarinya. Siapa tahu kalian bisa menjadi partner yang baik untuk kedepannya.” Andreas tetap bersikeras pada pendiriannya. Heeseung menarik napas panjang sebelum berjalan meninggalkan ruang rapat.
Jade yang duduk tepat di sampingku meremas pelan pundakku. “Jangan diambil hati. Sikapnya memang dingin, tapi Heeseung orang yang baik. Kamu akan banyak belajar darinya,” ujar Jade.
Aku hanya menganggukkan kepalaku, tidak tahu harus berkomentar apa.
***
Semuanya berjalan sangat cepat. Dalam waktu satu minggu, aku sudah memindahkan beberapa barangku ke unit yang disewa oleh Andreas dan tinggal bersama Heeseung demi kelancaraan misi kami. Kegiatanku yang super sibuk tidak memberiku kesempatan untuk beradaptasi dan semuanya seakan terjadi begitu saja. Bahkan otakku tidak sempat memproses keadaan dimana aku dan Heeseung tidur seranjang karena terlalu lelah
Saat ini kami sedang memata-matai Alex. Rencana kami sudah sangat matang. Heeseung dan aku adalah sepasang suami istri yang baru menikah satu tahun. Heeseung dipecat dari pekerjaan lamanya dan sekarang sedang mencari pekerjaan baru. Kami akan mendekati Alex agar Heeseung dapat bekerja dengannya. Dengan demikian, kami dapat menangkap David - bos Alex - dan membasmi operasi pengedaran narkoba miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Venom
Любовные романыMature Content "All i need is the taste of yours" Enjoy my story