1

9.3K 476 18
                                    

Seorang pemuda terdiam di dalam sebuah kamar sekarang, tatapan kedua mata bulat itu terlihat mengedar dengan pikiran mengarah pada semua hal yang sudah terjadi sampai ia harus berada di posisi ini sekarang.

Beberapa minggu yang lalu saat ia pulang dari tempat kuliahnya, kedua orang tuanya bertengkar seperti biasanya, mereka saling memaki satu sama lainnya dan saling menyakiti satu sama lainnya, ia sendiri hanya bisa diam melihat itu semua karena ini bukan pertama kalinya terjadi, hal ini sudah sangat-sangat sering terjadi selama ini, sejak dirinya kecil sampai umur 20 tahun seperti ini.

"Aku muak! Kau tak pernah berubah sama sekali, selalu mabuk-mabukan sampai menghabiskan begitu banyak uang dan hutang yang bertambah terus menerus! Aku lelah bekerja terus jika pada akhirnya usahaku tak ada hasil apapun untuk bisa melunasi semuanya! Dan kau hanya bisa mabuk dan mabuk saja tanpa ingin bekerja sama sekali!" Terlihat wanita yang sudah melahirkannya itu berteriak pada pria yang ia sebut ayah itu, memang benar itu semua, ayahnya selalu mabuk-mabukan dan tak berniat untuk bekerja sama sekali sedangkan ibunya harus banting tulang agar bisa melunasi hutang yang ayahnya itu perbuat, masalah mereka masih sama sejak dulu sampai saat ini yaitu hutang yang kian membesar karena sang ayah sering kali mabuk serta berjudi di luar sana.

Terlihat pria itu tertawa bebas mendengar apa yang barusan istrinya itu katakan, terlihat sekali jika dia tengah mabuk saat ini.

"Sstt! Aku juga sedang berusaha mencari cara agar hutang kita terlunasi dan kita bisa bebas melakukan semuanya! Kau tak perlu bekerja lagi dan aku bisa dengan puas melakukan hal yang aku suka, kau tenang saja! Akan ada orang yang akan membuat hidup kita ini berubah!" ujar pria itu dengan senyuman bangga miliknya, membuat pemuda yang tengah berdiri di depan pintu utama rumah kedua orang tuanya hanya bisa diam melihat ini semua, hal yang biasa terjadi jika ayahnya mabuk, selalu mengatakan hal yang di luar pemikiran mereka, jika sejak dulu ayahnya itu berusaha juga mungkin mereka tak akan ada di posisi ini sekarang, harus terlilit begitu banyak hutang, ia sendiri sudah berusaha membantu dengan bekerja juga tapi itu semua masih sangat kurang, hutang mereka semakin membengkak setiap saatnya.

"Usaha? Usaha apa? Selama ini kau selalu mengatakan jika kau sedang berusaha mencari cara tapi sampai saat ini semuanya sama saja! Usahamu itu omong kosong!" ujar sang ibu, sebelum tatapan itu mengarah padanya, wanita itu bisa sedikit lembut di bandingkan sang ayah walaupun mereka sama saja, selalu melampiaskan semua yang terjadi padanya, padahal ia sendiri tak tahu apa-apa di sini.

"Apa yang kau lakukan di sana? Sana masuk dan ganti pakaianmu. Jangan sampai tempat kerjamu marah karena kau terlambat datang untuk bekerja," ujar ibu dengan tatapan mengarah pada anaknya yang masih terdiam di sana, jika bukan karena pemuda itu anaknya mungkin sekarang pemuda itu sudah dirinya usir, melihat wajah itu entah kenapa ia merasa benci, wajah itu sangat mirip dengan suaminya.

"Kalvin Vendra? Apa kau tak punya telinga?"

Tubuh itu tersentak saat namanya di sebut begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkan dirinya itu, itu semua sebuah tanda jika saat ini ibunya tengah kesal atau bahkan marah padanya, pemuda bernama Kalvin Vendra itu menganguk sebelum langsung beranjak dari sana untuk segera berganti pakaian dan berangkat bekerja di salah satu restoran yang ada di dekat sini, memang gajinya tak seberapa tapi ia berharap itu bisa sedikit meringankan beban yang ibunya bawa sendirian walaupun tanpa di minta sedikitpun, dirinya sadar sebagai seorang anak ia harus membantu orang tuanya juga jika dalam masalah walaupun mereka enggan melihat ke arahnya atau bahkan merasa bangga akan apa yang ia lakukan selama ini.

Beberapa saat kemudian ia kembali turun dari lantai atas sebelum langsung berangkat tanpa bicara lebih dulu atau bahkan makan siang, ia sudah terbiasa melakukan ini semua. Bisa makan sekali seharipun sudah sangat beruntung, karena ia sadar diri jika kehadirannya sama sekali tak di inginkan oleh kedua orang tuanya itu, dirinya hanya bisa berharap semoga suatu saat nanti mereka bisa sedikit lembut padanya, entah kapan itu.

"Lo baru dateng? Itu pelanggan udah banyak yang nungguin pesanan mereka di anterin, sana cepetan anterin!" seru seorang pria yang mungkin sekitaran umur 28 tahun yang merupakan bos dari Kalvin di tempat bekerjanya membuat pemuda itu menganguk dengan cepat sebelum beranjak masuk, tempat kerjanya lumayan dekat dengan rumahnya jadi bisa hemat biaya perjalanan dan hemat waktu juga walaupun gaji yang di dapatkan tak seberapa, ia masih beruntung bisa berada di sini dan bisa sedikit membantu orang tuanya.

"Pelmisi!"

Kalvin tersentak saat ingin mengantarkan makanan yang ada, ia mendengar suara anak kecil namun tak melihat di mana anak itu sebelum ia merasakan tarikan di celana miliknya.

"Pelmisi! Tata dengel atu?" suara itu terdengar kembali membuat Kalvin menunduk sebelum tersenyum saat melihat seorang balita berpipi besar tengah tersenyum ke arahnya juga, memang benar apa yang orang-orang katakan jika anak kecil itu sangatlah polos bahkan setelah di abaikan dia masih memanggilnya seperti tadi.

"Iya, kenapa?" ujar Kalvin dengan berjongkok agar bisa menyamakan tinggi tubuh mereka, ia sangat menyukai anak kecil, karena menurutnya mereka sangat lucu dan juga polos, apapun yang mereka katakan itu kebenaran bukan kebohongan sama sekali.

"Gian minta tolong boleh?" ujar balita itu yang masih tersenyum sejak tadi, ia sangat senang karena kakak itu mendengar apa yang ia katakan karena biasanya saat ikut daddynya ke salah satu tempat pasti orang yang ingin ia mintain bantuan cuek!

"Minta tolong apa? Kalau aku bisa pasti bakalan aku bantuin," ujar Kalvin dengan senyuman miliknya, ia merasa senang bisa bertemu anak selucu ini, rasa lelahnya hilang begitu saja sekarang.

"Gian mau minta ambilin minuman na! Eh butan minuman tapi es tlim!" ujar balita itu dengan menunjuk meja yang ada, es krimnya ada di atas sana sedangkan ia tak bisa meraihnya akibat tubuhnya terlalu kecil sekarang.

"Oke bentar." Kalvin berdiri dari jongkoknya sebelum memberikan es krim yang balita itu inginkan barusan, membuat balita itu tersenyum sebelum memberi kode untuknya menunduk saat ini, ia yang paham itu semua langsung saja menunduk sebelum.

Cup!

"Matacih!" ujar balita itu sebelum beranjak dari sana, membuat Kalvin tersenyum dengan mengelus pipinya saat ini, balita itu mampu membuatnya melupakan hari yang lumayan berat hari ini.

Bersambung..

#gimana? Wkwk, duta duda kembali~

Paman Duda {BXB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang