19

2K 248 15
                                    

Kalvin mengikuti arah sesuai yang Haidar katakan tadi sampai ia tiba di lantai dua sekarang, tatapan kedua mata bulat itu mengedar untuk melihat apakah ada balita itu di sini, karena menurut perkataan remaja tadi balita itu ada di sini. Ia mulai sadar jika tadi Haidar mulai bicara dan mau mengatakan hal tentang Gyan untuk pertama kalinya, mungkin? Karena saat mendengar cerita itu dari pria tadi, ia bisa menyimpulkan jika selama ini Haidar memang menghindari adiknya sendiri bahkan segan jika membahas tentang Gyan, tapi tadi? Mungkinkah ini karena perkataannya tadi? Apa bisa secepat ini?

"Tata! Tata temana aja! Gian caliin tadi!"

Tubuh itu tersentak saat merasakan pelukan sangat kencang berasal dari kedua kakinya saat ini, sampai membuat pemuda itu menunduk agar bisa melihat Gyan saat ini. Perasaan tadi ia sudah memerhatikan seluruh penjuru lantai dua ini di mana begitu banyak ruangan di sini tapi tak ada tanda-tanda balita itu ada, tapi kenapa sekarang Gyan bisa ke sini dan memeluknya? Bahkan ada para menjaga juga tengah melihat mereka saat ini.

"Kalian tunggu aja di lantai bawa, nanti aku akan segera bawa Gyan turun setelah bicara dengan dia," ujar Kalvin yang merasa canggung di lihat seperti ini oleh orang-orang berbadan besar itu, seperti melakukan tindakan kejahatan demi apa pun itu.

Mereka menganguk sebelum melewati dirinya untuk turun ke lantai bawah menunggunakan lift.

"Kamu kenapa bangun? Bukannya tadi masih tidur di dalam kamar? Tadi aku ada urusan sebentar makanya keluar terus tadi denger suara kamu teriak-teriak, pas aku cari nggak ada di lantai bawah," ujar Kalvin dengan mengelus rambut tebal balita ini, jika di perhatikan lagi Gyan mungkin campuran antara daddy dan juga mommynya sedangkan Haidar memang mirip dengan daddynya saja, mungkin karena itu Haidar suka sekali sakit? Kalvin pernah mendengar dari perkataan orang dulu, kalau wajah anak perempuan mirip dengan ibunya maka akan sering sakit begitupun sebaliknya, entah itu benar atau tidaknya.

"Gian te banun! Teluc liat nda ada tata di tamal! Gian tatut! Tata nda boyeh pelgi pokok na! Di cini aja lama-lama cama Gian ya?" ujar Gyan mengatakan jika dirinya terbangun tadi dan tak menemukan kakak baik di dalam kamarnya sehingga membuatnya takut! Ia ingin kakak baik selalu bersama dengannya di sini selama mungkin.

"Aku nggak akan pergi kemana-mana kok, kan sekarang aku udah jadi pengasuh kamu jadi buat apa aku pergi? Aku bakalan di sini terus buat jadi teman dan juga penjaga kamu," ujar Kalvin dengan terus mengelus ramnut tebal dari balita ini, ia memang mengatakan hal yang benar bukan? Sekarang ia sudah menjadi pengasuh balita ini lalu kenapa dirinya harus pergi? Mau pergi pun tak bisa karena hidupnya sekarang ada di tangan pria bernama Maverick itu, jadi sekuat apapun mencoba jika pria itu ingin ia di sini maka dirinya akan selalu berada di tempat ini sebagai pengasuh sekaligus temannya Gyan, namun jika suatu saat Maverick ingin dirinya pergi maka dengan senang hati Kalvin akan melakukannya tanpa di minta sedikitpun.

"Danji dulu cama Gian! Daddy celalu buat danji bial nda telja lama-lama di tantol, cetalang tata juga danji juga cama Gian!" ujar Gyan dengan mengulurkan jari kelingking kecil miliknya pada kakak baik, dengan mendongak menatap ke arah kakak baik itu.

Kalvin tersenyum lembut sebelum menerima uluran jari dari balita itu, ia tak bisa memberi alasan untuk tak menerima uluran tangan ini bukan? Toh dirinya akan selalu berada di sini sebagai teman, penjaga atau apa pun itu yang balita itu inginkan darinya.

"Ayo sekarang kita turun, di lantai atas berdua aja rasanya serem," ujar Kalvin setelah mereka cukup lama saling memeluk, ah bukan mereka tapi balita itu yang memeluknya dari tadi setelah melakukan janji bersama.

"Nda celem toc! Di cini tempat na daddy biaca na telja dali lumah cama tempat belmain na Gian!" ujar Gyan dengan melepaskan pelukan miliknya sebelum tersenyum ke arah kakak baik sampai barisan gigi rapinya terlihat sangat lucu.

"Mali tita tulun!" ujar Gyan dengan menarik kakak baik agar mengikutinya sekarang, mereka terdiam saat berada di dalam lift dan tangan balita itu selalu setia menggenggam tangan kakak baik agar selalu ada di dalam jangkauan miliknya.

"Eh!"

Tubuh kecil itu tersentak saat ingin keluar dari dalam lift, ada Maverick tengah berdiri di depan lift hingga nyaris membuatnya menabrak tubuh besar dari pria itu, untungnya ia sempat berdiam diri sebelum keluar tapi tetap saja jantungnya terasa senam sekarang!

"Daddy!" seru Gyan dengan semangat, ia selalu seperti ini setiap kali bertemu dengan daddynya di manapun itu padahal setiap hari mereka selalu bertemu.

"Gyan ke kamar duluan ya? Daddy mau bicara lebih dulu dengan kakak baiknya," ujar Maverick dengan menatap ke arah anaknya itu, niatnya tadi ingin menyusul anak serta pemuda itu ke lantai atas saat merasa mereka menghilang lumayan lama, tapi mereka malah bertemu di sini dengan posisi saling menatap satu sama lainnya, kedua mata bulat itu seakan-akan memberinya sebuah tarikan agar selalu menatapnya.

"Ote! Tata dangan lama-lama ya? Gian tungguin di tamal!" ujar Gyan dengan semangat sebelum beranjak dari sana meninggalkan Kalvin yang tengah mengerjab beberapa kali karena tak paham akan apa yang terjadi sekarang, bukannya tadi mereka sudah bicara lumayan lama? Jadi untuk apa pria ini mengatakan itu semua? Ia jadi takut sekarang demi apa pun itu.

Maverick berjalan masuk, sampai membuat pemuda itu memundurkan langkahnya sekarang, demi apa pun ia tak mengerti akan situasi yang terjadi sekarang dan pria ini sangat aneh.

"Aduh!" Tubuh kecil itu menabrak dinding lift sehingga sekarang ia terhimpit antara dinding dan juga pria itu, rasanya sangat aneh.

"Apa kau mau membantuku mengubah Haidar menjadi lebih baik lagi?" tanya Maverick, tadi ia melihat sendiri interaksi antara pemuda ini dan juga anaknya, mereka terlihat cukup dekat walaupun Haidar ketus.

"Kalau dia sendiri memang mau berubah, aku hanya bisa membantunya pelan-pelan. Karena perubahaan nggak bisa terjadi kalau terpaksa melakukannya," ujar Kalvin apa adanya, jika memang pria ini percaya maka ia akan membantu sebisa mungkin.

"Kalau kamu bisa melakukan itu semua, maka semua hutangmu akan saya anggap lunas." ujar Maverick, ia tahu tak ada yang gratis di dunia ini bukan? Maka perubahaan anaknya menjadi lebih baik cukup setimpal dengan harga 7 M bukan? Toh uang bisa di cari, sedangkan perubahaan anaknya tak bisa di paksakan, harus ada dukungan dan juga bimbingan.

Kalvin menatap mata tajam ini untuk mencari kebohongan di matanya, tapi tak ada sama sekali. Apa pria ini gila? Uang sebanyak itu untuk ini saja? Pasti mencari uang sebanyak itu sangat lama tapi pria ini ingin menggunakannya begitu saja?

Bersambung..

Votmen_

#yuk bisa yuk follow dulu sama remein komen yak🗿🙏

Paman Duda {BXB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang