7

409 88 4
                                    

Kalvin hanya bisa pasrah saat tubuhnya di tarik begitu saja oleh balita yang terlihat bersemangat itu, padahal mereka baru bertemu tadi dan itu hanya sebentar tapi sudah membuat balita bernama Gyan itu membantunya lepas dari pria kasar itu walaupun sama saja karena pada akhirnya ia harus tinggal di tempat ini tanpa bisa bebas seperti biasanya lagi bahkan mungkin saja ia harus merelakan kuliahnya begitu saja saat ini. Haknya untuk menentukan pilihan sendiri sudah tak ada sama sekali, hidup hanya untuk di setir oleh orang lain sebab dirinya sudah di jual sekarang ini.

"Paman besal! Tolong antelin tami te tamal na Gian dong!" ujar Gyan dengan semangat, tangan kecil itu masih menggenggam tangan kakak baik tanpa ada niatan untuk melepaskannya sama sekali.

"Tuan kecil, siapa pemuda yang kamu bawa itu? Apa Tuan besar tahu ini semua?" tanya penjaga itu, ia sedikit merasa heran saat melihat pemuda asing ada di sini karena selama ini dirinya tahu betul siapa yang sering keluar masuk dari dalam Mansion ini.

"Ini teman na Gian, paman! Teman balu! Ini nama na tata bait!" ujar Gyan dengan senyuman miliknya membuat penjaga itu terdiam dengan tatapan penuh tanda tanya mengarah pada pemuda itu karena ia butuh penjelasan, sebab keselamatan Tuan kecilnya sangat penting.

"Aku pengasuhnya Gyan, kalau nggak percaya nanti tanya aja Tuanmu itu. Lagi pula aku nggak bakalan ngelukain dia kok orang dia baik." ujar Kalvin malas, kenapa orang-orang selalu mengira bahwa dirinya orang jahat? Apa wajahnya terlihat seperti itu? Jika memang iya maka demi apapun ia akan merubah itu semua agar terlihat lebih ramah lagi.

"Em! Tata na penasuh na Gian paman! Antelin tami ya?"  ujar Gyan dengan mata kucingnya seperti biasanya, ini pertama kalinya ia ingin di antar seperti ini karena biasanya balita itu akan pergi ke kamarnya sendiri tanpa meminta bantuan apapun itu.

"Baik lah ayo." ujar penjaga itu, jalan lebih dulu dari depan membuat balita itu tersenyum senang melihatnya, paman itu tak tahu saja jika itu hanya akal-akalannya saja, niat aslinya ingin memberitahu jika saat ini ia sudah mempunyai teman!

"Tata? Nanti tita tidul di tamal na Gian ya? Tidul beldua! Biaca na Gian tidul na cendilian!" ujar Gyan dengan menatap ke arah samping di mana ada kakak baik di sana, membuat Kalvin menatap balita itu setelah cukup lama melihat dekorasi dari rumah yang sering di sebut Mansion ini.

"Iya nanti kita tidur berdua," ujar Kalvin apa adanya, karena demi apapun ia masih memproses semua yang terjadi saat ini, mulai dari kedatangan pria kasar itu ke rumahnya, di jual orang tuanya, di tampar, di ikat dan di jual belikan di rumah ini serta sekarang ia harus menjadi pengasuh dari balita yang tadi ia temui, semuanya begitu mengejutkan demi apapun itu sampai membuatnya susah untuk membiasakan semuanya.

"Tuan kecil jangan lupa untuk berganti pakaian lebih dulu sebelum tidur, nanti sakit kalau langsung tidur begitu saja." Pesan penjaga itu saat mereka sampai di depan sebuah pintu bertuliskan 'Gyan Abian'

"Ciap! Paman uga janan lupa tidul bial becok bica telja!" ujar Gyan dengan semangat sebelum membuka pintu kamar miliknya, masuk dengan menarik kakak baik agar ikut bersama dengannya.

"Ini tamal na Gian! Baguc nda?" ujar Gyan dengan menatap kakak baik itu dengan kedua mata bulat miliknya, ia begitu senang mempunyai teman baik seperti kakak baik ini! Karena biasanya ia selalu mempunyai teman yang jahat! Mereka selalu mengejeknya sebab tak mempunyai seorang ibu! Ia tak menyukai mereka!

Kalvin menatap kamar ini dengan seksama, sangat luas dan juga bersih, ia menyukai ini semua. Anak orang kaya memang seperti ini, selalu di jaga sebaik mungkin tanpa lecet sedikitpun, begitu beruntung bisa menjadi balita ini.

"Bagus, ini siapa yang dekorasi?" tanya Kalvin penasaran, mungkin yang melakukan ini semua orang yang memang tugasnya mendekorasi, ia hanya penasaran.

"Daddy dong!" ujar Gyan bangga, ini memang di lakukan oleh daddynya sendiri waktu itu!

Kalvin melongo mendengar itu semua, pria sekasar tadi bisa bersikap baik pada anaknya sendiri? Ia mengira sikapnya akan sama saja ternyata? Sungguh di luar pikirannya, semuanya terlalu mengejutkan dirinya.

"Tata tunggu ya? Gian mau ganti baju dulu!" ujar Gyan saat melihat kakak baik hanya diam saja tanpa mengatakan hal apapun setelah ia mengatakan hal tadi, dirinya harus segera berganti pakaian agar bisa tidur!

Tubuh Kalvin tersentak saat mendengar suara balita itu kembali, ia menatap ke arah samping di mana ada Gyan tengah melihatnya juga, kedua mata bulat itu mengerjab menunggu jawaban darinya sepertinya.

"Kamu bisa ganti pakaian sendiri? Atau mau minta bantuan sama aku?" tanya Kalvin, sekarang ia pengasuh balita itu bukan? Jadi semua hal tentang Gyan harus dirinya yang mengurus, sedikit banyaknya ia tahu bagaimana cara menjadi pengasuh yang baik terlebih balita itu anak orang kaya, sudah pasti semua hal harus di bantu bukan?

"Bica dong! Gian ganti baju dulu ya! Tata tungguin di cini! Jangan tabul!" ujar Gyan dengan semangat sebelum langkah kecil itu segera berlari ke arah ruang ganti pakaian.

Membuat Kalvin yang mendengar itu semua hanya bisa terdiam, tubuhnya itu secara perlahan terduduk di lantai, tatapan kedua mata bulat itu mengedar melihat kamar ini lebih jelas lagi, dugaannya tentang itu semua ternyata salah, anak orang kaya bisa mandiri? Itu luar biasa, entah apa lagi yang akan terjadi setelah ini semua, pasti akan begitu banyak kejutan menantinya di depan nanti, siap tak siap ia harus siap.

"Dalam satu malam kehidupanku berubah gitu aja, yang biasanya jam segini sibuk ngerjain tugas kuliah jadi diam aja di kamar semewah ini. Dalam mimpi pun aku nggak pernah menyangka akan datang ke tempat kayak gini bahkan sampai duduk di lantai ini. Pasti harga lantainya ini aja miliaran." ujar Kalvin, ia memang sedikit polos tapi terkadang pikiran randomnya suka sekali memikirkan hal yang di luar nalar seperti hal barusan.

"Cudah!" ujar Gyan setelah berganti pakaian, membuat Kalvin tersentak lagi mendengar itu semua, balita ini suka sekali mengejutkan dirinya!

"Ayo tidul!" ujar Gyan dengan menarik kakak baik agar mengikutinya naik ke atas ranjang, sedangkan Kalvin hanya bisa menurut saja karena pikirannya masih mencerna semuanya sebaik mungkin.

"Tata tau?" ujar Gyan saat sudah merebahkan dirinya di atas ranjang, ia ingin bicara sedikit hal pada kakak baik yang diam saja sejak tadi.

"Apa?" tanya Kalvin penasaran, balita itu belum memberitahunya apa-apa lalu bagaimana caranya ia tahu?

"Temen na Gian di tempat let celalu bilang talo Gian nda puna ibu talena Gian natal. Tapi tata daddy, Gian nda puna ibu talena ibu na pelgi di ambil cama yang di atac! Butan talena Gian natal," ujar Gyan dengan tatapan mengarah pada kakak baik, tubuh kecil itu miring agar bisa melihat kakak baik sekarang.

Kalvin terdiam, ia baru tahu tentang satu fakta ini, baru tadi ia mengira jika istri pria itu sangat tahan akan prilaku suaminya yang kasar tapi ternyata?

"Aku punya prinsip selama ini. Kalau perkataan orang menyakiti kita maka jangan di masukin ke hati tapi kalau perkataan orang itu baik maka kita harus memikirkannya. Jadi kamu nggak perlu memikirkan itu semua, mereka sama sekali nggak penting." ujar Kalvin, anak sekecil ini tak seharusnya memikirkan hal seperti ini, itu sangat menyakitkan.

"Em! Gian batalan ditu uga!" ujar Gyan sebelum menutup kedua mata bulat miliknya saat rasa mengantuk mulai mendatanginya.

Bersambung..

Votmen_

Paman Duda {BXB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang