14

3.6K 284 11
                                    

Haidar menatap ke arah pintu kamar miliknya yang tertutup sekarang, selama tiga tahun ini ia memang memberi jarak antara dirinya dan juga adiknya itu karena merasa jika penyebab ini semua adalah Gyan, mungkin jika Gyan tak lahir ini semua tak akan mungkin terjadi, ia tak akan kehilangan mommynya waktu itu. Setelah wanita yang melahirkannya itu pergi, hidupnya terasa hampa, rumah tanpa lampu saja akan gelap apa lagi jika hidup tanpa sosok seorang ibu, itu terasa jauh lebih menyakitkan lagi.

Selama ini ia selalu menyalakan adiknya itu bahkan tak ingin bertemu balita itu, entah kenapa setiap kali melihat Gyan ia merasa sakit. Daddynya selalu mengatakan jika ini semua terjadi karena takdir, mereka tak bisa mengelak sama sekali bahkan daddynya juga masih bersedih sampai detik ini, bedanya pria yang ia panggil daddy itu tak membenci Gyan sama sekali, daddynya mengatakan jika adiknya sama sekali tak bersalah di sini.

Lalu yang harus di salahkan atas ini semua siapa? Takdir? Jika memang takdir yang melakukan ini semua maka detik ini juga Haidar membenci garis takdir hidupnya bahkan tadi pria asing itu mengatakan hal yang sama seperti daddynya, mungkinkah semua orang dewasa memikirkan itu semua?

"Lo nggak bakalan pernah ngerti, kalian nggak bakalan pernah ngerti. Rasanya di tinggalkan oleh orang yang selama ini selalu ada untuk selama-lamanya, daddy selalu sibuk di kantor dan hanya ada mommy di rumah. Kami selalu bersenang-senang buat habisin waktu sampai sore tapi sekarang orang yang selalu bersama gue udah pergi dan nggak bisa kembali lagi. Ini semua karena takdir yang kejam," ujar Haidar dengan tatapan mengarah ke arah foto di mana ia dan mommynya tersenyum di sana, perkataan pria asing tadi mulai datang ke dalam pikirannya kembali.

"Kamu nggak suka sama adik kamu karena mengira dia penyebab dari kematian ibu kalian bukan? Apa selama ini kamu pernah berpikir jika ini semua terjadi karena memang takdir yang ingin ini semua, jika mau mungkin adik kamu nggak mau jadi penyebab itu semua tapi kita nggak bisa memilih alur mana yang harus kita ambil."

"Aku tau ini mungkin terasa berat banget buat kamu kan? Harus kehilangan sosok ibu yang sangat berarti dalam hidupmu, mungkin jika bisa ibumu juga nggak mau ninggalin kalian dan bikin anak pertamanya membenci adiknya sendiri. Jika bisa pasti ibu kalian nggak mau liat anak mereka kayak gini karena kepergiannya tapi lagi dan lagi kita nggak bisa milih bukan?"

Perkataan itu sama persis seperti daddynya yang selalu mengatakan ini semua terjadi karena takdir mereka memang seperti ini, sekuat apa pun mereka menolak jika ini sudah takdirnya maka mereka bisa apa? Daddynya juga masih belum bisa merelakan kepergian istrinya sama seperti dirinya, tapi bedanya daddynya itu sama sekali tak menyalakan Gyan, berbeda dengannya. Pria tadi juga benar, jika mommynya pasti tak ingin ini semua terjadi, dulu saat mommynya itu mengandung mereka sudah banyak membicarakan tentang adiknya yang akan lahir bahkan Haidar sering kali bicara pada adiknya itu tentang dirinya yang sudah tak sabar menyambut ke datangan sang adik ke dunia tapi sekarang? Saat adiknya itu sudah lahir ia malah melakukan ini semua, pasti mommynya akan sedih di atas sana tapi entah kenapa sulit sekali rasanya untuk berdamai dengan semuanya.

"Entah kenapa rasanya sulit banget buat terbiasa dengan semuanya, hati gue udah terlanjur sakit dengan apa yang sudah terjadi selama ini. Gue nggak siap tapi di suruh buat siap." ujar Haidar, saat menyadari ini semua rasanya aneh, selama tiga tahun dirinya tumbuh akan dendam pada adiknya sendiri padahal jika di pikirkan Gyan memang tak salah, selama ini ia selalu cuek bahkan saat adiknya itu bicara padanya, apa mungkin ia bisa berubah? Bisa lebih lembut pada adiknya itu? Mungkin sulit tapi jika berusaha pasti bisa bukan?

"Gue jadi penasaran siapa cowok tadi? Dia baru di sini, walaupun gue jarang ada di rumah biar nggak sering ketemu sama Gyan tapi tuh cowok baru. Dia kelihatan aneh banget, make kalung kayak gitu apa mungkin dia pengasuhnya Gyan?" ujar Haidar saat menyadari satu hal saat ini, siapa pria tadi? Wajahnya terlihat sangat asing dan juga matanya penuh akan kesedihan, ia tahu itu semua walaupun baru melihatnya hari ini. Pria itu mampu membuatnya sedikit sadar sampai ia bertanya-tanya tentang pria itu saat ini.

"Mungkin setelah gue sembuh, gue bakalan cari tau siapa cowok itu nanti." ujar Haidar dengan tatapan mengarah pada foto mommynya sekarang, ia sudah sedikit sadar, selama kepergian mommynya dirinya sering sakit karena tak bisa merawat dirinya sendiri dan menolak jika ada orang yang menawarkan kasih sayang untuknya bahkan daddynya sendiri ia tolak.

"Maafin Idar ya mom? Selama tiga tahun ini mungkin aku udah keterlaluan sama adek dan juga daddy padahal cuman mereka yang Idar punya sekarang, walaupun sulit tapi aku bakalan usaha buat berubah kayak dulu lagi dan lebih lembut sama mereka." ujar Haidar dengan menatap ke arah foto mommynya sekarang ini, sudah tiga tahun ia salah dan sekarang dirinya akan berusaha untuk berubah walaupun mungkin sangat susah, tapi mommynya selalu mengatakan jika ada usaha pasti akan ada hasil yang memuaskan untuk itu semua dan ia percaya.

****

Maverick terdiam di dalam ruang kerjanya, menunggu pesan dari sekretarisnya yang mengatakan jika hal tentang pemuda itu sudah dia dapatkan sekarang, sangat cepat, ini yang ia sukai dari temannya itu selalu bergerak cepat walaupun jika ingin sesuatu maka tak bisa di ganggu gugat sama sekali.

Sejak tadi ia juga sama sekali tak fokus mengerjakan semuanya, entah kenapa pikirannya sama sekali tak tenang sebelum mengetahui apa yang sudah terjadi pada pemuda itu, mungkin sekarang ia sudah berubah setelah kepergian sang istri tapi dirinya masih mempunyai hati dan rasa kemanusiaan, berbeda dari sang ayah yang begitu kejam dengan orang lain.

"Mungkin kalau sekarang Naila masih ada maka dia akan marah besar melihatku melakukan ini semua. Karena dulu aku sangat menurut dengan apa yang dia inginkan bahkan sama sekali tak berani membuat kejahatan sama sekali, berbeda dengan sekarang, walaupun orang itu memohon jika aku tak peduli maka semuanya sia-sia saja." ujar Maverick dengan senyuman miliknya, perubahaan yang begitu sangat luar biasa setelah kepergian sumber kebahagiaan untuknya selama ini, walaupun masih ada anak mereka tapi rasanya berbeda.

Bersambung..

Votmen_

Paman Duda {BXB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang