Maverick menatap ke arah samping di mana ada beberapa penjual sudah ada di luar padahal ini masih lumayan pagi, ia memang terbiasa datang lebih cepat ke kantor agar bisa pulang lebih cepat juga sebab ingin menghabiskan waktu bersama kedua anaknya, sejak kejadian 3 tahun yang lalu, ia sedikit berubah. Yang dulunya sibuk sekali di kantor sampai jarang pulang ke rumah, jadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarganya walaupun hanya Gyan yang bersemangat, karena anak pertamanya sama sekali tak peduli akan semua hal yang ia lakukan, mungkin karena sampai detik ini Haidar menyimpan rasa sakit pada adiknya sendiri sampai membuat ini semua terjadi.
"Joe, apa menurutmu Gyan akan merasa senang tinggal bersama pemuda itu di rumah? Tadi malam saya melihat sendiri jika mereka tengah tidur bersama itupun dengan posisi saling memeluk satu sama lainnya, ini pertama kalinya sampai membuat saya merasa yakin mungkin saja pemuda itu memang baik untuk Gyan? Kau tahu sendiri 'kan Joe bagaimana anakku itu dulunya? Tak ingin ada pengasuh atau hal yang lainnya tapi sekarang? Dia sendiri yang meminta pemuda itu untuk menjadi pengasuhnya." ujar Maverick pada sopir pribadinya selama ini, mereka sudah bersama mungkin 20 tahun lebih? Dulu Joe masih berumur 20 tahun saat menjadi sopirnya dan sekarang sudah menginjak usia empat
"Saya belum sempat melihat pemuda itu secara langsung Tuan, tapi mendengar perkataan Anda tentang Tuan kecil yang begitu bersemangat saat bersama pemuda itu, mungkin saja memang pemuda itu baik untuk Tuan kecil. Kita lihat saja nanti bagaimana mereka ke depannya nanti."
Maverick menganguk setuju karena itu semua memang benar, ini baru hari pertama jadi ia tak bisa mengatakan semuanya memang baik atau tidak, mungkin butuh waktu sebentar lagi agar mereka bisa melihat sendiri pemuda itu memang baik atau tidak.
Pria itu mengeluarkan sebuah alat dari saku jas miliknya sebelum menggunakannya di telinga miliknya, ia jadi penasaran apa yang tengah pemuda itu serta anaknya bicarakan saat ini, selagi menunggu mereka sampai di perusahaan.
"Tata? Tata Fine?"
Terdengar suara anaknya di sana, ia tersenyum kecil, balita itu memang selalu peduli dengan orang lain sama seperti mommynya dulu, mungkin wajah bisa saja mirip dengannya tapi untuk sikap, Gyan lebih mirip mommynya sedangkan Haidar mirip dengannya.
"Aku baik-baik aja kok, sekarang kamu tungguin aku bentar ya? Aku mau mandi dulu biar nanti kita bisa main atau ngelakuin hal yang pengen kamu lakukan hari ini."
Tak ada pembicaraan yang aneh sama sekali di sana, itu artinya pemuda itu mulai menerima semua hal yang ia berikan tadi, karena bagaimana pun itu dirinya lakukan demi kebaikan anaknya saja tak lebih, dan ia sendiri sangat yakin jika semua orang tua pasti akan melakukan hal yang sama dengannya sekarang.
"Em! Gian tungguin!"
Terdengar suara pintu kamar mandi setelah itu semua, membuat Maverick langsung ingin mematikan alat yang ia gunakan saat ini sebelum terdiam saat mendengar suara pemuda itu.
"Nggak di harapin, nggak di anggap, di hina, di benci dan sekarang di perlakukan layaknya binatang yang nggak ada perasaan apapun. Aku ini manusia, aku punya perasaan serta hati."
Entah kenapa perkataan itu terasa begitu menusuk untuknya, di setiap kata yang keluar mampu membuatnya berpikir ulang, mungkinkah apa yang ia lakukan tadi sudah sangat melukai pemuda itu? Tapi dirinya melakukan itu semua hanya untuk melihat anaknya bahagia tak lebih dari itu. Ia tak pernah tahu bagaimana kehidupan pemuda itu dulunya tapi setelah mendengar perkataan ini, ia cukup terdiam dengan pikiran mengarah jauh. Apa ia sudah melukai pemuda yang selama ini sudah terluka sebelum bertemu dengannya?
"Mungkin emang gini jalan takdirku?"
Ia langsung mematikan alat itu begitu saja saat mendengar suara lainnya dari seberang sana, suara sendu itu berhasil membuatnya terdiam lagi dan lagi. Kenapa sekarang ia begitu memikirkan pemuda itu? Mereka baru bertemu semalam tapi saat ini hanya karena mendengar suara sendu itu ia merasa aneh. Untuk pertama kalinya setelah tiga tahun yang lalu, seorang Maverick Abian memikirkan orang lain dan memikirkan apakah semua yang sudah ia lakukan melukai orang itu?
"Joe? Apa kau pernah berpikir jika apa yang saya lakukan selama tiga tahun belakangan ini salah? Memang mungkin begitu banyak perubahan terjadi setelah kepergian Naila, tapi apa seburuk itu?" tanya Maverick pada pria yang hanya tertaut usia 2 tahun dengannya, Joe 40 tahun sedangkan dirinya 38 tahun.
"Anda berubah begitu jauh Tuan, itu memang benar tapi untuk melakukan hal buruk atau tidak saya tak bisa mengatakan apapun. Itu kembali pada diri Anda sendiri, selama ini saya hanya bertugas menjadi sopir dari Anda saja tak lebih."
Maverick terdiam mendengar itu semua, apa yang supirnya itu katakan memang benar jika selama ini mereka berdua tak sedekat itu dan pasti Joe merasa sungkan jika harus mengatakan hal buruk tentangnya walaupun dirinya meminta hal itu sendiri.
Ia akan meminta sekretarisnya untuk mencari tahu semua hal tentang pemuda itu nantinya agar rasa aneh yang ada di dalam hatinya tak terasa begitu nyata, setidaknya setelah tahu apa yang terjadi sebelum mereka bertemu, ia bisa berpikir ulang jika ini semua bukan hanya dirinya saja tapi karena orang lain juga. Tapi jika memang sebelum bertemu dengannya atau ayahnya pemuda itu baik-baik saja, berarti ini semua karenanya.
Terjadi keheningan setelah itu semua sampai mereka tiba di kantor milik pria itu, Maverick keluar dari dalam mobil, membenarkan jas miliknya lebih dulu sebelum masuk ke dalam gedung tinggi di depannya saat ini. Tatapan itu terlihat sangat datar bahkan terlihat tak tertarik dengan apa pun itu walaupun menurut orang lain itu menggoda.
"Selamat pagi Tuan,"
Maverick menatap ke arah samping di mana ada sekretarisnya di sana, panjang umur sekali temannya ini karena datang di saat yang tepat.
"Tunda rapat selama dua jam, saya mau bicarain sesuatu yang sangat penting denganmu lebih dulu." ujar Maverick yang langsung beranjak dari sana, ia tahu temannya itu akan mudah mengerti tanpa harus di jelaskan panjang dan juga lebar, ia hanya menunggu sekitar 10 menit sampai temannya itu masuk ke dalam ruangan miliknya.
"Kau tahu bisnis yang ayah jalani bukan? Semalam dia habis membawa seorang pemuda bersama dengannya. Saya ingin kau mencari tahu semua hal tentang pemuda itu tanpa pengecualian sama sekali." ujar Maverick tanpa basa-basi sama sekali, saat di tempat kerja mereka harus profesional bukan? Maka itu yang saat ini dirinya lakukan tanpa banyak bicara.
"Baiklah, tunggu beberapa hari saya pasti akan segera mendapatkan itu semua." ujar teman dari Maverick itu, dari pada kena marah lebih baik setuju-setuju saja bukan? Toh ini mudah karena ia sudah terbiasa melakukannya.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Paman Duda {BXB}
RomanceTumbuh menjadi anak yang tak di inginkan kedua orang tuanya membuat Kalvin Vendra harus menerima semua hal yang orang tua lakukan, termasuk menikah dengan seorang duda yang memiliki dua anak, pria yang memiliki sifat yang sangat dingin bahkan tanpa...