8

3.4K 306 7
                                    

Maverick terdiam di dalam kamar miliknya, di jari pria itu terdapat sebatang rokok di sana, semua yang terjadi hari ini begitu tiba-tiba untuknya.

"Apa ini yang terbaik untuk anak kita?" tanya pria itu pada foto besar yang ada di dinding kamar miliknya, selama ini setiap kali ingin mencari pengasuh khusus untuk Gyan pasti balita itu akan menolaknya dengan sangat keras bahkan sampai tak ingin bicara jika sampai dirinya memaksa tapi sekarang? Dalam sekali melihat anaknya itu menyukai pemuda itu begitu saja, ia merasa ragu apa ini pilihan yang terbaik untuk anaknya? Apa pemuda itu baik?

"Kamu tahu betul bukan bagaimana payahnya aku dalam melihat seseorang bukan? Dulu saja aku mengira kamu tak mencintaiku karena sikapmu yang sering kali cuek padaku tapi ternyata kamu sudah lama menyimpan rasa untukku. Sampai kita bisa menikah dan hidup bersama," ujar Maverick, hanya pada sang istri ia bisa membagi semua hal yang ada di dalam hatinya tanpa tersisa sedikitpun, hanya dengan istrinya ia bisa menjadi orang lain bukan sikapnya yang sekarang tapi semua sumber ini sudah pergi meniggalkannya di sini bersama anak-anak mereka.

"Semoga saja pemuda itu yang terbaik untuk Gyan ya? Dan semoga saja anak pertama kita bisa berubah juga seiring berjalannya waktu, sejak kepergianmu waktu itu dia jadi lebih dingin dan tak menyukai adiknya. Dia merasa Gyan penyebab kepergian mommynya padahal itu semua terjadi karena takdir yang sudah menentukan semuanya," sambung Maverick, ia sudah sangat sering memberi pengertian pada anaknya itu namun bukannya mengerti, anak pertamanya itu semakin dingin padanya, hanya pada istrinya anak mereka bisa terbuka dan saat sumber itu pergi anaknya menjadi tertutup kembali.

"Tak mudah. Ini semua terasa begitu berat tanpamu sayang, aku juga semakin tak ter-rawat karena kamu tak ada di sini." tangan satunya ia gunakan untuk mengelus foto mendiang istrinya itu, sudah 3 tahun sejak kejadian itu tapi entah kenapa ia sangat sulit untuk menerima semuanya. Seakan-akan ini semua begitu berat dan tak mungkin bisa ia lewati sendirian tanpa sosok wanita itu di sampingnya.

"Apa yang sebenarnya akan terjadi sampai kamu di paksa di ambil kembali dariku? Perasaanku selama kita bersama bertahun-tahun, kamu begitu bahagia bahkan tak terlihat kesedihan sedikitpun di matamu tapi kenapa kamu pergi? Aku tahu kamu masih begitu mencintaiku 'kan? Hanya saja takdir punya jalannya sendiri sampai kita harus berpisah, kamu tahu sayang? Aku selalu berdoa semoga saja di kehidupan yang akan mendatang, kita menjadi pasangan kembali dan tak akan berpisah seperti sekarang. Berat merelakan semuanya." ujar Maverick, kedua mata itu terlihat memerah, banyak yang ingin menjadi pasangannya setelah kepergian istrinya tapi satupun tak ada yang bisa menggantikan sosok itu di dalam hatinya, istrinya masih sangat ia cintai sampai detik ini.

Maverick tak pernah bisa melupakan itu semua dan hari di mana ia harus berpisah dengan istrinya itu tanpa bisa di hindari, perkataan itu selalu berputar di dalam ingatannya seperti rekaman rusak, hatinya begitu sakit bahkan sempat depresi selama berbulan-bulan sampai bisa kembali bangkit demi kedua anaknya.

"Mas? B-berjanji lah padaku. K-kamu akan selalu menyayangi anak kita seperti biasanya, j-jangan p-pernah menyalakan mereka atas apa pun di dunia ini. Mereka hanya titipan untuk kita jadi untuk melakukan itu semua kita tak ada hak sama sekali. P-perlu kamu tau, jika sampai detik ini mas sangat aku cintai melebihi apa pun itu di dunia ini."

Perkataan itu selalu ada di dalam pikirannya sebelum istrinya itu pergi meninggalkannya, semua itu seperti mimpi buruk yang selalu nenghancurkan dirinya, ia berharap bisa bangun dari mimpi buruk itu dan ada istrinya yang akan menyambutnya kembali seperti biasanya.

Rokok itu kembali ia hisap, menikmati kenyamanan di sana saat asap itu menguar di udara di luar. Kehidupannya menjadi begitu gelap sejak hari itu, tak ada cahaya lagi, ia hanya hidup untuk kedua anaknya saja, mungkin tanpa mereka ia sudah tiada saat itu juga.

Tatapan itu teralihkan dari foto mendiang istrinya, ia harus melakukan tugasnya setiap malamnya yaitu memeriksa keadaan anak-anaknya, karena Gyan mudah sekali mimpi buruk, rokok itu ia matikan dan buang kedalam tong sampah yang ada sebelum beranjak keluar dari dalam kamar miliknya, berjalan ke arah kamar anak pertamanya lebih dulu, pada saat malam seperti ini ia bisa melihat anaknya itu tidur tenang tanpa raut sedih itu.

Ia terdiam saat sampai di depan pintu tertuliskan nama 'Haidar Abian' kamar anak pertamanya itu, tangan itu mulai terulur sebelum membuka pintu kamar itu lumayan pelan, masuk ke dalam sana. Terdiam saat melihat anaknya itu sudah tidur dengan tenang di sana, di antara kedua anaknya Haidar paling jarang bicara padanya bahkan bisa di bilang sangat cuek, atau pun saat di ajak bicara anaknya itu hanya diam saja, terkadang ia merasa sedih akan hal itu.

Maverick mengelus rambut tebal milik anaknya itu sangat pelan, ia begitu beruntung bisa memiliki dua anak yang sangat berarti dalam hidupnya ini. Dua anak laki-laki yang menjadi sumber kekuatan untuknya, ia sama sekali tak menyalakan mereka atas kejadian tiga tahun yang lalu.

"Kapan kamu bisa terbuka lagi dengan daddymu ini? Bahkan saat di panggil guru untuk datang karena kamu nakal, kamu tak bicara apapun sama daddy. Padahal daddymu ini tak akan mungkin marah jika kamu membuat masalah, itu hal yang wajar mungkin kamu melampiaskan semuanya dengan bertingkah di sekolah? Coba untuk mengatakan semuanya pada daddymu ini nak ... daddy akan selalu memberikan hal yang terbaik untukmu." ujar Maverick dengan tatapan mengarah pada wajah anaknya itu, istrinya sering mengatakan jika wajah Haidar sangat mirip dengannya dan sering kali wanita itu akan kesal karena itu semua, hidup mereka terasa sangat bahagia dulu.

"Jangan tahan semuanya lagi, ceritakan semuanya pada daddy jika memang kamu sudah mau terbuka lagi." ujar pria itu, memberikan ciuman di dahi anaknya itu sebelum beranjak dari sana, beranjak dari dalam sana untuk mendatangi kamar anak bungsunya sekarang.

Langkah kaki panjang itu terhenti di depan kamar si bungsu, sebelum membuka pintu kamar itu secara perlahan masuk ke dalam sana sebelum terdiam saat melihat seseorang tengah tidur bersama Gyan, mereka saling memeluk satu sama lainnya. Membuat ia tersenyum tipis miliknya, pertama kalinya anaknya itu tenang dalam tidurnya sehingga membuatnya merasa tenang, mungkin nanti ia akan meminta seseorang mencaritahu tentang asal usul pemuda itu agar lebih jelas lagi karena untuk saat ini kebahagiaan anaknya jauh lebih penting dari apapun itu.

Bersambung...

Votmen_

#sulit, masa lalunya lebih utama wkwk

Paman Duda {BXB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang