15

2.9K 274 15
                                    

"Mungkin kalau sekarang Naila masih ada maka dia akan marah besar melihatku melakukan ini semua. Karena dulu aku sangat menurut dengan apa yang dia inginkan bahkan sama sekali tak berani membuat kejahatan sama sekali, berbeda dengan sekarang, walaupun orang itu memohon jika aku tak peduli maka semuanya sia-sia saja." ujar Maverick dengan senyuman miliknya, perubahaan yang begitu sangat luar biasa setelah kepergian sumber kebahagiaan untuknya selama ini, walaupun masih ada anak mereka tapi rasanya berbeda.

Terdengar suara ketukan dari pintu ruang kerja miliknya membuat pria itu langsung mendongak, melihat sekretarisnya mulai masuk ke dalam, ini saat-saat yang ia tunggu sejak tadi agar pikirannya jauh lebih tenang lagi dan bisa menikmati semuanya seperti biasanya.

"Saya sudah menemukan semua hal yang Anda minta tadi tanpa terkecuali," ujar teman dari Maverick itu dengan menyerahkan dokumen besar di meja bosnya itu, jika urusan mencari tahu data diri orang maka dirinya juaranya karena ini bukan pertama kalinya tapi sering.

"Baiklah, kau bisa kembali bekerja sekarang. Tolong urus semuanya karena setelah ini saya akan pulang." ujar Maverick tanpa menatap ke arah sekretarisnya itu, dokumen di depannya ini jauh lebih menarik untuknya dari pada hal yang lainnya, ia ingin semuanya lebih jelas sekarang.

"Saya pamit undur diri kalau begitu."

Pria itu hanya menganguk sebagai jawaban sebelum membuka dokumen itu, terdapat foto pemuda yang kemarin di bawa oleh ayahnya, ini memang pemuda itu, tak salah ia meminta sekretarisnya melakukan ini semua.

"Kalvin Vendra, usia 20 tahun, anak tunggal dari keluarga Vendra," ujar Maverick saat membaca bagian atas dari pesan yang ada di dalam dokumen itu, ia membacanya dengan teliti agar bisa menemukan keanehan yang ada di sini.

Ia bisa melihat jika di sini tertulis secara gamblang jika pemuda itu anak yang sama sekali tak di inginkan kedua orang tuanya, bahkan sering kali ingin di lenyapkan oleh mereka saat pemuda itu masih di dalam kandungan, Maverick merasa aneh memangnya ada orang tua yang melakukan itu semua pada darah dagingnya sendiri? Bahkan ia sendiri  sama sekali tak bisa marah pada kedua anaknya tapi ini? Ingin di bunuh? Setiap paragraf dirinya baca sebaik mungkin, mulai dari pemuda itu yang sampai detik ini tak di beri kasih sayang oleh orang tuanya sendiri, harus bekerja di sebuah restoran demi membantu keuangan keluarganya walaupun itu percuma karena ayah pemuda itu selalu menambah hutang yang ada.

"Apa ada orang tua seperti ini di dunia? Ah ada, mereka dan juga ayah sama saja. Tak memiliki perasaan serta rasa kemanusiaan sama sekali." ujar Maverick saat menyadari jika ayahnya hampir sama seperti mereka berdua.

"Jadi ini alasan pemuda itu mengatakan hal tadi? Tapi apa yang bisa dia harapkan setelah di jual oleh kedua orang tuanya? Kebahagiaan?" ujar pria itu pada dirinya sendiri, ia merasa heran memangnya setelah di jual pemuda itu berharap akan merasakan kebahagiaan? Itu sangat salah, tapi jika di pikir ulang mungkin pemuda itu hanya berharap di perlakukan baik tak lebih, hanya saja ia tak tahu apa-apa tadi sehingga melakukan itu semua.

"Aku harus bereaksi seperti apa sekarang setelah tahu semuanya? Biasa saja?" ujar Maverick bingung sendiri, selama tiga tahun ini ia sama sekali tak pernah memikirkan orang lain, menurutnya itu urusan mereka sendiri jadi untuk apa dirinya repot-repot melakukan hal yang berbeda? Tapi sekarang rasanya aneh, entah kenapa. Mungkin ia akan bereaksi biasa saja seakan-akan tak pernah ada yang terjadi selama ini, toh pemuda itu bukan siapa-siapanya hanya pengasuh dari Gyan saja.

"Lebih baik aku langsung pulang saja sekarang agar bisa melihat apa yang tengah Gyan dan juga pemuda itu lakukan di rumah sekarang ini." ujar pria itu sebelum beranjak dari tempat duduknya, dari pada pusing memikirkan sesuatu yang sama sekali bukan urusannya lebih baik ia pulang agar bisa melihat kondisi anaknya setelah mempunyai pengasuh pilihannya sendiri hari ini.

Urusan pemuda itu belakangan saja, toh hari ini ia sudah tahu semuanya sampai ke akar-akarnya jadi tak ada yang perlu khawatirkan atau bahkan di pikirkan lagi. Yang terpenting semua pertanyaan di dalam hatinya sudah terjawab semua.

***

Gyan terdiam di dalam kamar miliknya menunggu kakak baik kembali, selama ini kakaknya itu selalu saja bicara ketus padanya padahal ia sendiri tak merasa melakukan kesalahan pada kakaknya itu. Saat ia bertanya pada daddynya kenapa kakaknya seperti itu, daddynya hanya mengatakan jika kakak Haidarnya butuh waktu lebih dulu baru nanti bisa bicara dengannya tapi sampai kapan? Kakak orang-orang baik  semua, tapi kenapa kakak Haidarnya berbeda?

"Gyan?"

Balita itu langsung menatap ke arah pintu kamar miliknya di mana ada kakak baik di sana, ia langsung turun dari atas tempat tidur sebelum memeluk kakak itu sekarang.

"Tata Idal nda malahin tata tan? Tata fine?" ujar Gyan dengan memeluk kakak baik, walaupun ia membiarkan kakak baik bicara dengan kakak Haidarnya tapi tetap saja ia takut kakak baik akan di sakiti nantinya.

"Aku baik kok, tadi setelah bicara sama kakak kamu aku langsung datang ke sini untuk melihat bagaimana keadaan kamu." ujar Kalvin dengan mengelus rambut tebal balita yang tengah memeluknya sekarang, anak sekecil ini harus di salahkan atas semua hal yang sama sekali tak dia lakukan, pasti selama ini Gyan merasa sangat sedih melihat kakaknya sendiri melakukan hal yang sama sekali tak balita itu mengerti.

"Tata Idal nda malah cama tata?" tanya Gyan heran, selama ini kakaknya itu selalu galak dengan orang-orang yang ingin dekat dengan dia, tapi kenapa kakak baik tak kena marah? Apa kakaknya juga merasa jika kakak baik orang baik jadi dia tak marah? Tapi Gyan juga anak yang baik!

"Nggak, tadi aku cuman bicara tapi dia cuman diem doang. Setelah aku bicara banyak, aku datang ke sini tanpa melihat bagaimana tanggapan dia," ujar Kalvin mengatakan semuanya tanpa tersisa apa pun untuk balita itu agar Gyan bisa lebih tenang lagi.

"Tata telen! Tata Idal biaca na malah tau! Tapi cama tata dia nulut! Telen!" ujar Gyan dengan memberikan dua jempol kecilnya untuk kakak baik sebelum memberi arahan agar kakak itu menunduk.

Kalvin yang paham langsung saja menunduk sebelum balita itu memeluk serta mencium pipinya, sepertinya Gyan merasa sangat senang sekarang.

"Tata eman yang telbait! Gian tayang tata!" ujar balita itu setelah memeluk dan mencium kakak baik sebagai tanda terima kasih darinya, sedangkan Kalvin menyambut balita itu dengan senang hati, selama ini hanya Gyan yang begitu sayang padanya dari pada orang tuanya sendiri, ia bisa merasakan itu semua.

Bersambung..

Votmen..

#lupa update nih cerita, udah seminggu lebih🗿🙏

Paman Duda {BXB}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang