⋆·˚ DB | 15 ༘ *

20 6 4
                                    

Tok! Tok! Tok!

Terangkat kepala daripada komputer riba. Siapa yang datang? Ayla tidak beritahunya apa-apa pun.

"Come in," laung Alessandro, tidak kuat tetapi tidak perlahan juga. Cukup untuk orang di luar mendengarnya.

Pintu dikuak. Ayla melangkah masuk. Jemarinya dipicit, menghilangkan gemuruh.

"What is it, bambina?" skrin komputer riba direndahkan sedikit. Jejaka itu menumpukan perhatian pada pembantu peribadinya.

"Don't waste my precious time," tegas Alessandro bersuara. Lengan disilang ke dada, menunggu gadis di hadapan bersuara dengan penuh sabar.

"Uh... I want to apologize," Ayla tunduk merenung lantai. Dahi licin Alessandro berkerut sehingga keningnya yang cantik terbentuk mencantum.

"Apologize? Ah, for what happened earlier?" Alessandro bersandar pada kerusi empuk beroda itu.

"Yes, sir. I want to apologize because I was gone--"

"Look at me,"

Ayla angkat kepala. Mata mereka bersambung. Liur ditelan payah. Iris zamrud itu merenungnya dengan tajam.

"I don't like it when someone talks to me without look at me in the eyes,"

"Y--yes, sir. I'm sorry again," Ayla menahan gemuruh. Mengapa dia gemuruh ketika di hadapan jejaka ini?

Adakah dia takut? Mungkin. Setelah pertemuan kedua mereka itu, siapa sahaja tidak takut? Senjata di tangan bersama tubuh yang entah bernyawa atau tidak di sebelahnya.

Tidak mustahil jejaka di hadapannya ini ialah pembunuh.

Jadi dia perlu berhati-hati.

"It's alright. Is there anything else you want to say?" Alessandro mengongkat rahang.

"No, sir,"

"Okay, I'll forgive you. But with one condition,"

Baru sahaja Ayla ingin menghela nafas lega, mendengar empat perkataan terakhir Alessandro membuatkan dia gemuruh kembali.

"What is it?" soal Ayla, berdebar.

"Call me mio bel signore from now on,"

"Huh?" menatang apakah itu? Kedengaran susah sahaja untuk disebut.

"It's easy, bambina. Mio bel signore. Try it," Alessandro senyum sinis, penuh makna.

"Mio... bel... signore," terkulat-kulat Ayla menyebut nama panggilan yang entah apa maksudnya. Fikir dia berlidah Itali macam jejaka itukah?

"Again,"

"Mio bel signore," ujar Ayla, sedikit lancar daripada tadi.

"Say it louder, bambina,"

"Mio bel signore," ulang Ayla lagi, kali ini kedengaran lancar dan indah di telinga Alessandro.

"Ah, that's it. Good. Now, do you need anything else?"

Ayla geleng. Urusannya sudah selesai. Dia sudah meminta maaf seperti yang hatinya hajati.

"You may go,"

"Yes, mio bel signore. Thank you,"

Ayla tunduk untuk kali terakhir sebelum keluar. Pintu ditutup rapat. Terletus tawa sinis dari dua ulas bibir delima itu.

"Gosh, you're so naive,"

✧༝┉˚*❋ ❋*˚┉༝✧

Kerja di hadapan mata tidak dapat dilakukan. Fikirannya padat dengan situasi sebentar tadi.

Devil's BrideWhere stories live. Discover now