Hari ini weekend, Clara berniat bermalas malasan dengan tidur sepanjang hari. Gadis itu berniat menonton drama Korea dan tidur seharian, namun sepertinya rencana yang telah disusunnya tidak akan berjalan lancar.
Di depan pintu, berdiri Naura dengan berkacak pinggang khas ibu ibu yang membangunkan anak gadisnya yang hobi tidur.
"Clara! Bangun kamu, anak gadis kenapa hobi tidur sih? Kamu itu harusnya bangun lebih pagi nak, bantu Bunda masak dan beres beres!" Pekik Naura sambil menarik selimut Clara yang masih tertidur nyenyak.
"Hoamm, apa sih Bun? Pagi pagi udah teriak teriak aja," gumam Clara yang masih menutup mata.
"Pagi? Pagi kamu bilang Clara? Ini sudah jam sembilan! Bangun kamu!" Teriak Naura dan menarik kaki Clara, berharap anaknya itu segera bangun. Ternyata usaha yang dilakukan Naura sia sia, Clara sama sekali tidak berkutik seolah gadis itu tengah pingsan, bukan tidur.
"Astaga anak ini!" Naura bergegas menuju kamar mandi dan mengambil satu ember air. Naura membawa air tersebut ke hadapan Clara, dengan baik hatinya Naura memercikkan air dengan tangannya ke wajah Clara. Namun gadis itu hanya mengernyit dan menggeliat, membuat kesabaran Naura habis.
Naura mengambil gelas yang ada di nakas samping tempat tidur Clara, mengambil air dari ember dan menyiram Clara.
Clara, gadis itu terperanjat dan langsung berlari lari di kamarnya sambil berteriak.
"Hujan! Hujan! Banjir banjir!" Teriaknya.
"Bagus, enak gak air kamar mandinya?" Tanya Naura dengan berkacak pinggang, Naura melihat tadi air yang disiramnya terminum oleh Clara.
Clara berhenti berlari, berbalik badan dan menatap bundanya dengan tatapan terkejut.
"A-air kamar mandi?" Tanya Clara memastikan, sebab dirinya tadi memang sempat meminum air yang disiram bundanya.
"Iya lebih tepatnya air dari WC," ujar Naura sedikit bercanda, menurutnya mengganggu putrinya yang pemalas itu sangatlah menyenangkan.
"A-apa?! Air WC?" Ujar Clara dengan wajah pucat pasi, bayangan tentang benda kuning memenuhi otaknya.
"Huek huek! Cuih!" Clara muntah, dan sesekali membuang ludah. Clara bahkan sampai mengeluarkan air mata saking jijiknya.
"Ahaahaha," tawa Naura. Naura merasa bersalah begitu melihat putrinya yang sampai muntah muntah.
"Maafin bunda ya Ra, itu bukan air WC kok, itu air kran kamar mandi," ujar Naura.
"Bunda! Kenapa kerjain Clara? Clara hampir aja jantungan tau! Lambung Clara juga rasanya mau keluar dari mulut!" Pekik Clara tidak terima.
"Makanya, kalau dibangunin itu segera bangun. Anak gadis kok tidurnya kayak kebo, kamu itu kan calon ibu rumah tangga," nasehat Naura.
"Sudah sana siap siap, nanti kamu ikut ke mall ya, mama mau fitting baju pengantin soalnya," lanjutnya dengan menaik turunkan alis, seolah pamer terhadap putrinya.
"Mama udah tua masih aja ada acara fitting baju, benar benar ibu jaman now," Clara menggeleng gelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Biarin, calon bapak kamu itu kan kaya. Kalau tidak dimanfaatkan rugi dong." Naura pergi dari kamar Clara setelah mengatakannya.
Clara menatap kepergian bundanya dengan seksama, sepertinya sekarang Clara tau dari mana tingkah konyol, barbar, dan mulut pedasnya berasal. Tentu saja itu turunan dari bundanya tercinta.
Clara segera mengambil handuknya dan berjalan santai menuju kamar mandi, sesekali gadis itu akan menguap karena mengantuk, dan gadis itu juga bergidik ngeri begitu membayangkan dirinya benar benar meminum air WC.
Selesai dengan ritual mandinya Clara menatap pantulan dirinya di cermin, Clara memandangi wajahnya tanpa kacamata.
"Kalau dilihat lihat gue cantik juga ya, cuma ketutup sama wajah kusam dan kacamata doang," gumam Clara yang mulai mengagumi wajahnya sendiri.
"Tanpa perawatan pun muka gue udah se lumayan ini, gimana kalau gue perawatan coba? Pasti gue cantiknya ngalahin si Karin," ujar Clara dengan bangganya.
"Kira kira kalau gue glow up banyak cowok yang ngejar gue gak ya? Atau tetep sama aja?" Lagi lagi Clara bergumam dan berbicara kepada dirinya sendiri.
"Dahlah, dikejar kejar cowok juga merepotkan, mending gue tetep jadi Clara cupu aja dah," gumam Clara.
Clara berdiri dan tanpa sengaja menjatuhkan kacamatanya, hingga kacamata itu retak.
"Aduh kacamata gue jatuh, ck menyusahkan!" Geram gadis itu.
Clara pun mengambil kacamatanya yang retak dan berjalan menuju ruang tamu tanpa memakai kacamata. Diluar dugaan Clara, berjalan tanpa kacamata rupanya agak sulit, terlebih Clara memang sudah terbiasa memakai kacamata.
Clara bahkan harus berjalan dengan hati hati agar tidak tersandung. Naura yang melihat putrinya berjalan dengan kesusahan pun menghampiri, rupanya disana ada Bara dan Bagas juga.
"Astaga Clara, dimana kacamatamu?" Tanya Naura.
"Eh Bunda? Kacamata Clara rusak Bun," jawab Clara sambil mengulurkan tangan kanannya. Bara pun sempat kaget melihat penampilan Clara tanpa kacamata.
Clara duduk di sofa, melihat siluet dua orang di depannya Clara pun bertanya.
"Bunda? Sejak kapan kita pelihara monyet? Monyetnya ada dua lagi," celetuk Clara dengan menyipitkan matanya, mencoba melihat dengan jelas.
Bagas dan Bara yang sedang minum bahkan sampai tersedak begitu mendengar perkataan Clara.
"Clara jaga omongan kamu, itu yang didepan kamu om Bagas sama Bara," ujar Naura mengingatkan.
Mendengar perkataan bundanya Clara menjadi gelagapan, bisa bisanya dirinya mengatai kedua orang itu sebagai monyet.
"Maaf om, maafin Clara ya. Soalnya penglihatan Clara kurang jelas," ujar Clara.
"Tidak apa apa nak," ujar Bagas memaklumi.
****
Setelah acara memalukan Clara tadi, kini keluarga itu sudah sampai di mall dan bersiap dengan urusan masing masing.
"Nak Bara, tolong kamu antarkan Clara beli kacamata baru ya," ujar Naura yang diangguki Bara.
Bara membawa Clara bersamanya, meninggalkan Naura dan Bagas yang menuju toko baju pengantin.
"Bisa bisanya Lo ngatain gue monyet Ra, padahal gue ganteng gini. Baru aja tadi gue mau muji Lo padahal," ujar Bara membuka percakapan.
"Ye mana gue tau, lagian muka Lo gak terlalu kelihatan jelas tadi," ujar Clara.
"Tapi jujur ya Ra, penampilan Lo yang tanpa kacamata itu lumayan juga," ujar Bara.
"Eh jangan sampai Lo naksir gue Bar, kita bakalan jadi saudara," ejek Clara.
"Dih, cewek gue lebih cantik kali," ujar Bara sewot.
"Bara!" Pekikan seseorang yang tiba tiba membuat kedua orang itu terkejut. Kompak mereka menoleh.
"Kamu jalan sama siapa lagi? Kemarin kamu kekeh mau anterin si cewek cupu, sekarang kamu juga jalan sama cewek lain," rupanya yang berteriak tadi adalah Karin, tidak tahukah Karin bahwa yang ada disamping Bara adalah Clara?
"Eh Bara ini pacar Lo ya? Si nenek lampir itu ya?" Tanya Clara, kebetulan disana ada teman teman Clara, Bara, dan Karin.
"Serius si Bara yang dingin dingin kulkas itu selingkuh?" Celetuk Sasa memperburuk keadaan.
"Gue bukan selingkuhan dia ya Sa!" Pekik Clara yang membuat mereka heran.
"Lo siapa? Kenapa kenal gue?" Tanya Sasa.
"Karena gue Clara ege!" Ujar Clara jengah.
"Apa?!" Pekik mereka bersamaan.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Konyol Dan Pangeran Pulu-pulu
Teen FictionClara, gadis berpenampilan nerd yang suka membuat ulah, tiada hari tanpa membuat onar dan bertingkah konyol baginya. Terlebih lagi, saat ibunda tercintanya menikah lagi, Clara semakin menjadi-jadi tingkah konyolnya. "Hehehe, mari kita ber-eksperimen...