"Lo gak bohong kan? Lo Clara? Clara itu cupu banget orangnya, sedangkan Lo?" Karin menilai penampilan Clara dari atas sampai bawah.
"Penampilan Lo lumayan, di poles dikit Lo juga udah cantik," ujar Karin.
"Jadi? Lo mengakui kalau gue cantik?, wkwk makasih, Karin," Clara dengan bangganya mengibaskan rambutnya yang sengaja diurai.
"Kok Lo tau nama gue?" Karin terlihat syok, seolah Clara adalah seorang cenayang baginya.
Clara maju, dan berjalan mendekati Karin dengan hati hati. Begitu sampai dihadapan Karin, Clara menepuk bahu gadis itu dengan senyuman kecil.
"Wkwk, kan udah gue bilang dari tadi kalau gue itu Clara," ujar Clara yang masih menepuk bahu Karin.
"Bohong! Sahabat gue itu cupu, kusam, gak kayak Lo!" Pekik Sasa tidak terima.
"Dia memang Clara, kita kesini karena mau beli kacamata baru. Kacamatanya rusak," ujar Bara mencoba menjelaskan apa yang terjadi.
Karin merasa dongkol, kekesalan menyeruak memenuhi perasaannya.
"Kalau memang dia itu Clara, kenapa lo yang anterin dia beli kacamata baru? Lo gak menghargai perasaan gue banget ya Bar? Hati gue sakit!" Karin mulai menjatuhkan air mata buaya nya.
"Sakit hati? Buang dong hatinya," ujar Clara dengan santainya.
"Diam Lo pelakor! Gue gak percaya kalau Lo itu Clara jelek! Nama Lo siapa ha? Dan Lo dari keluarga mana?" Tantang Karin, bahkan dirinya sampai menunjuk nunjuk Clara dengan wajah sombong.
"Apasih? Segitu ngaruhnya kah gue lepas kacamata? Sampai sampai kalian aja gak kenal gue, gue jadi agak sedih," gumam Clara dengan memasang wajah sedih.
"Duh disini ada yang punya kacamata minus gak kepake gak? Capek mata gue, harusnya sekarang gue udah sampai di toko kacamata, tapi gara gara kalian gue sekarang malah terjebak di sini," keluh Clara.
"Sam, si Sam ada bawa kacamata. Cuma gak pernah dipake sama tu bocah," celetuk Romi.
"Boleh gue pinjam? Mata gue sakit, dan sekalian aja buat pembuktian biar kalian percaya kalau gue itu Clara," ujar Clara pada akhirnya.
"Eh kamu apaan sih? Sam itu gak pernah sembarangan kasih barang dia ke orang lain, dan ini apa? Lo mau pinjam? Jelas jelas gak akan dikasih lah!" Sungut Dewi yang merasa kepanasan.
Sedangkan Sam, pemuda itu melirik Clara sekilas dan melempar tasnya, dengan sigap Bara menerima lemparan itu.
"Kok? Kok Lo kasih pinjam barang Lo ke dia Sam? Gue aja kalau mau pinjam barang gak pernah Lo bolehin," protes Dewi tidak terima.
"Heh harusnya situ sadar situ kan bukan siapa siapanya Samuel, keluarga jauh aja bukan kok sok ngatur," ujar Dodit mode julid.
"Tau tuh, udah tau cintanya ditolak malah makin ngejar aja," tambah Rendi dengan tatapan remeh.
"Diam kalian, gue sama Samuel itu saling mencintai! Yakan Sam?" Tanya Dewi pada Sam dengan penuh harap, namun Sam tidak memberikan respon apapun membuat Dewi kecewa.
"Udah Dewi, stop ngehalu," ujar Sasa.
Sedangkan Clara, gadis itu sudah memakai kacamata yang diulurkan Bara kepadanya.
"Nah gini kan lega," gumam Clara.
"What! Jadi? Jadi Lo beneran Clara cupu?" Pekik Karin yang sedari tadi memang memperhatikannya.
Mendengar pekikan Karin, semuanya menoleh dan sama sama terkejut melihat perubahan drastis Clara.
"Yaampun Ra, ini beneran Lo?" Tanya Sasa dengan wajah cengo.
"Terus? Lu kira siapa? Setan? Jelas jelas gue ini Clara," jawab Clara dengan ketus.
"Lo, Lo kok bisa jadi cantik?" Tanya Dewi tak habis pikir.
"Gue dari dulu udah begini kali, cuma ketutup sama penampilan aja, dahlah gue mau pulang, gak jadi beli kacamata gue!" Ujar Clara.
"Lu masih jelek Ra, cuma lebih baik aja dari biasanya," ujar Rendi dan yang lainnya juga.
"Bener, Lo lebih baik dari yang biasanya. Tapi bukan berarti Lo cantik," Karin menambahkan.
Saat ini Clara dkk dan juga Bara dkk serta Karin dkk tengah berkumpul di sebuah cafe. Terhitung sudah satu Minggu sejak Clara bertemu dengan Karin dan teman temannya di mall.
Teman teman Clara dan Bara pun telah mengetahui bahwa orang tua mereka akan menikah. Tentu saja semuanya terkejut dan tidak menyangka.
Setelah perdebatan panjang di mall, Bara dengan berat hati harus memberi tahu Karin tentang yang terjadi sebenarnya. Bara mulai menceritakan tentang papanya yang akan menikahi bundanya Clara.
Respon semuanya tentu saja sama, sama sama terkejut dan tidak menyangka.
"A-apa!! Ortu kalian mau nikah?" teriak semuanya kecuali Clara, Bara, dan Sam.
"Biasa aja dong, gausah teriak segala!" Jengah Clara.
"Berita waw begini Lo bilang biasa aja?" ujar Romi. Ia melongo tidak percaya.
"Emang apa sih yang bikin jadi waw?" Clara mendengus tak suka.
"Oh ayolah Clara semua orang juga tau kalau lo sama nyokap lo itu dari keluarga miskin, and nyokap lo tiba tiba mau nikah sama orang kaya?" Rendi tersenyum mengejek.
Mendengar perkataan Rendi, Clara mengepalkan tangannya kuat, ia merasa tidak terima.
"Lo! Jangan karena lo anak orang kaya Lo jadi seenaknya ya! Yang kaya itu orang tua lo, sedangkan Lo sama miskinnya kayak gue! Motor, mobil, semua fasilitas yang Lo gunakan itu dari orang tua lo. Bukan dari usaha lo sendiri!" geram Clara.
"Iya kah?" ujar Rendi seakan menantang Clara. Clara semakin geram dibuatnya.
"Dan yang harus lo tau. Percuma Lo punya uang banyak, punya kekuasaan. Kalo semua itu Lo gunakan cuman buat menindas orang lemah dan orang yang lebih di bawah Lo!" Clara bergegas pergi setelah mengatakan hal itu. Para sahabatnya pun mengikuti.
Sebelum pergi Raka menepuk bahu Rendi.
"Gue harap Lo cepet sadar ya." Raka pun pergi dari sana.
Setelah kepergian Clara dan teman temannya, kini teman Rendi menatap tajam pemuda itu. Sam yang biasanya tak peduli kini ikut menatapnya tajam.
"Asli Lo tadi keterlaluan banget Ren!" pekik Romi.
"Iya! Kata kata Lo bikin orang sakit hati!" sambung Boby.
"Dia aja yang berperan," cibir Rendi.
"Gila gak ada rasa bersalah banget ya Lo." Romi menggeleng tak habis pikir.
"Halah gak usah nyalahin gue, biasanya kalian berdua juga gangguin tu cewek cupu," ujar Rendi.
"Tapi Lo tadi udah keterlaluan," ujar Boby.
"Halah gak usah bahas tu cewek deh, males gue!" tegas Rendi.
"Rendi jangan pernah Lo macem macem sama Clara, dia bakal jadi adik gue!" ujar Bara tegas.
"Kenapa lo jadi belain anak cupu itu? Haa.... gue tau, Lo diancam sama dia?" tanya Rendi. Karena pertanyaannya barusan Bara menjadi marah dan memukul pipi Rendi.
Bugh
"Awas aja Lo ganggu dia lagi, Lo harus minta maaf sama Clara," ujar Bara. Lalu pergi meninggalkan teman temannya.
"Mulut Lo itu dijaga dong, jadi kena pukul kan. Lo tau sendiri Bara itu udah lama pengen punya adik, tapi nyokap nya udah di ambil tuhan duluan," jelas Romi.
"Tau tuh, sekarang Lo tinggal minta maaf sama si Clara," tambah Boby.
"Sampai kapanpun gue gak akan minta maaf sama si cupu!" pekik Rendi lalu pergi dari sana.
"Ck keras kepala banget tu anak," gumam Romi.
Bersambung........
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Konyol Dan Pangeran Pulu-pulu
Teen FictionClara, gadis berpenampilan nerd yang suka membuat ulah, tiada hari tanpa membuat onar dan bertingkah konyol baginya. Terlebih lagi, saat ibunda tercintanya menikah lagi, Clara semakin menjadi-jadi tingkah konyolnya. "Hehehe, mari kita ber-eksperimen...