Manusia mempunyai dua sifat, sifat pertama adalah sifat yang di tunjukkan kepada semua orang, dan sifat kedua adalah sifat yang ditunjukkan ketika dia sendirian. Jadi alangkah baiknya kita tidak melihat seseorang dari covernya.
********
Setelah mengganggu rapat tadi, di sinilah Clara. Sedang duduk di hadapan abangnya, Bara. Mereka saat ini telah pulang ke rumah, dan Clara sedang dimarahi habis habisan oleh Bara.
"Eh Clara! Gimana sih Lo, kenapa Lo tadi ketuk ketuk pintu brutal gitu? Lo sengaja? Pengen buat gue malu? Iya?" ujar Bara, dia benar benar memarahi Clara habis habisan.
"Apa Sih, orang dari tadi gue udah bilang, gue cuma disuruh sama temen Lo itu, katanya Lo manggil gue, makanya gue kesana. Mana gue tau kalo Lo lagi rapat!" ujar Clara, dia menunduk, air mata hampir jatuh dari pelupuk matanya. Dia sama sekali tak terbiasa di bentak seperti ini, dia tidak suka dibentak oleh keluarganya, jika itu orang lain, Clara pasti tidak akan sedih seperti ini.
"Tapi gue udah bilang ke Jordan kalo Lo temuin gue waktu jam istirahat!" Ujar Bara lelah.
"Tapi, tapikan gue kesana emang waktu jam istirahat! Gimana sih Lo, gue sampe gak jajan gara gara mau nemuin Lo, sekarang Lo malah marahin gue," ujar Clara. Dia mengusap air matanya yang luruh, dengan masih menunduk.
Menyadari ada yang tidak beres dengan adiknya, Bara pun mengernyit heran. Dia pun menyuruh clara untuk mengangkat wajahnya.
"Hei Clara? Lo kenapa?" tanya Bara.
"Emang gue kenapa? Gue gak papa kok," ujar Clara dengan suara parau.
"Bohong, kenapa hm? Coba sini Abang lihat," ujar Bara lembut, dia mengangkat wajah Clara untuk menghadapnya.
Dan terlihatlah Clara yang sedang menangis, membuat Bara terkejut bukan main.
"Loh, Clara? Lo nangis?" tanya Bara.
"Nggak! Gue gak nangis! Gue lagi ketawa!" Pekik Clara kesal.
"Udah tau lagi nangis, pakek nanya segala!!" Ujarnya dengan nada kesal.
"Ya-ya, maafin gue dong, maafin Abang oke?"ujar Bara.
"Nggak gue gak mau maafin Lo! Gak akan!" ujar Clara lalu pergi dari kamar Bara. Dia menghentakkan kakinya di setiap langkahnya.
"Huff, dasar cewek, ngambek aja kerjaannya," ujar Bara.
Bara hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan adiknya itu, kemudian Bara merebahkan tubuhnya di kasur King size-nya. Tak lama kemudian terdengar suara dering dari HP-nya.
Di sana tertera nama kekasihnya, Karin. Tanpa menunggu lama Bara pun mengangkat teleponnya.
"Halo? Kenapa sayang?" tanya Bara lembut.
"Sayang sayang! Masih ingat kah kalo kamu punya pacar?" ujar Karin di seberang sana, suaranya terdengar kesal.
"Ya ingat dong, emang ada apa sih?" Tanya Bara bingung.
"Pakek nanya lagi, kamu sadar gak sih? Setelah papa kamu nikah kamu udah gak pernah ngajak aku jalan, kenapa? Kamu udah bosen sama aku?" ujar Karin ketus.
"Hah? Maksud kamu apa sih? Kenapa kamu telepon aku cuma buat marah marah? Dan apa tadi? Semenjak papa nikah aku gak ngajak kamu jalan? Karin, akhir akhir ini aku sibuk, kamu kan tau bentar lagi bakalan ada peringatan anniversary sekolah. Aku tuh lagi sibuk ngurusin itu," ujar Bara panjang lebar.
"Halah, bilang aja kalo udah bosen, emangnya kesibukan kamu itu lebih penting dari aku?" ujar Karin di seberang sana.
"Karin, tolong ngertiin aku dikit lah, aku tuh ketua OSIS, coba kamu banyangin, kalo lagi ada acara gini aku malah jalan sama kamu. Itu artinya aku gak bertanggung jawab kan?" ujar Bara mencoba membujuk Karin.
"Tuh kan, aku emang gak lebih berarti dari kesibukan kamu itu, aku kan pacar kamu," bukannya mengerti, Karin malah semakin belulah.
"Huh, terserah kamu deh Karin, aku tuh capek habis rapat tadi, sekarang kamu malah cari masalah sama aku," ujar Bara. Ia memijit pelipisnya, sedikit merasa pusing.
"Oo, jadi menurut kamu aku cuman masalah? Terus kenapa kamu pacarin aku? Kamu berubah Bar, oh atau ini semua gara gara adik tiri kamu yang bar bar itu? Iya? Dia kan yang udah hasut kamu?" ujar Karin. Bara semakin emosi dibuatnya.
"Karin! Jangan bawa bawa keluarga gue dalam masalah kita! Clara gak salah apa apa dalam hal ini, dan papa juga gak salah!" ujar Bara. ia lelah dan ingin istirahat, tapi Karin malah mencari masalah dengannya.
"Gue? Tuh kan! Kamu sampai bentak aku cuma gara gara cewek cupu itu Bar!" Teriak Karin. Karena sudah muak, Bara pun menutup teleponnya sepihak, lalu kembali merebahkan diri.
"Kenapa semua cewek suka cari masalah dan ngambekan?" Gumam Bara.
Tadi Clara tidak mau memaafkannya, sekarang kekasihnya juga marah marah tak jelas. Bara mengedikkan bahu, dan memilih untuk tidur.
Sedangkan di seberang sana, Karin sedang marah marah. Ia mengacak rambutnya kasar dan membanting HP-nya ke lantai. Hancur? Tentu saja HP-nya hancur berkeping keping.
"Ini semua gara gara cewek cupu itu, iya, ini semua gara gara dia," desisnya.
"Awas aja," bisik gadis itu.
Keesokan paginya.......
Clara saat ini tengah bergelung dengan selimutnya, bahkan cahaya matahari yang menembus jendela kamarnya tak membuat gadis itu terusik. Hari ini hari Minggu, jadi mereka libur, oleh sebab itu Clara belum bangun sampai sekarang.
"Clara sayang, ayo turun dulu nak, kita sarapan," ujar suara lembut dibalik pintu kamarnya. Dia bunda Naura.
"Hmm iya Bun, lima menit lagi..," ujarnya, Clara pun menaikkan selimutnya dan memeluk guling ya dengan erat.
"Yasudah kalo gitu, padahal setelah sarapan rencananya kita mau piknik loh," ujar bunda Naura.
Mendengar kata piknik, Clara langsung bangun dari tidurnya. Dan bergegas mencuci wajah dan menggosok gigi.
"Bun tungguin Clara! Clara siap siap sebentar!" ujar Clara.
Ceklek
Tak lama setelah itu, Clara keluar dari kamarnya, di sana di depan kamarnya sudah ada Naura yang menunggunya.
"Ayo Bun, kita mau piknik ke mana? Ke puncak? Ke pantai?" Tanya Clara dengan cengiran khasnya. Bunda Naura terlihat mengernyit bingung.
"Ke puncak? Ke pantai? Ya enggaklah Clara, kita mau piknik di halaman belakang mansion kok, ngapain jauh jauh coba, orang di taman belakang rumah juga pemandangannya indah," ujar bunda Naura. Mendengar perkataan bundanya, Clara membulatkan matanya.
Jadi? Ia tidak akan ke puncak? Atau pun ke pantai?
Clara pun terlihat lesu setelah mendengar perkataan bundanya yang tak sesuai dengan ekspektasi.
Sesampainya di meja makan, dapat Clara lihat Bara dan Bagas tersenyum lembut ke arahnya.
"Selamat pagi Clara," sapa keduanya setelah melihat kedatangan Clara.
"Ah ya, selamat pagi Pah," ujar Clara dengan senyum manis menatap Bagas. Lalu dia beralih menatap Bara, kakaknya.
"Dan juga, Bara," ujar Clara sinis.
"Panggil Abang Clara! Dia Abang kamu," ujar Naura.
"Cuman saudara tiri kok Bun," ujar Clara jengah, dia masih merajuk kepada Bara. Sedangkan Bara sendiri, dia mengepalkan tangannya, tidak terima dengan perkataan Clara.
"Heh bagaimanapun juga gue tetep Abang Lo ya, jadi Lo harus panggil gue Abang, terlepas dari Lo cuma adek tiri gue," ujar Bara.
Sedangkan Bagas dan Naura yang mendengarkan perdebatan keduanya hanya bisa pasrah.
"Kapan mereka akan akur?" Batin keduanya.
Bersambung.........
13, Maret, 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Konyol Dan Pangeran Pulu-pulu
Teen FictionClara, gadis berpenampilan nerd yang suka membuat ulah, tiada hari tanpa membuat onar dan bertingkah konyol baginya. Terlebih lagi, saat ibunda tercintanya menikah lagi, Clara semakin menjadi-jadi tingkah konyolnya. "Hehehe, mari kita ber-eksperimen...