16.

6 0 0
                                    

"Cinta itu datangnya tiba tiba, tanpa aba aba dan tiba tiba ada, gue gak bisa cegah buat dia masuk" Sam_

*******

Hari hari berlalu seperti biasanya. Kini, Clara telah siap dengan seragam sekolahnya, penampilannya pun masih sama, berkacamata dan rambutnya dikepang dua.

Namun yang berbeda, akhir akhir ini Clara merasa sering diperhatikan oleh seseorang, dan orang itu adalah salah satu sahabat abangnya.

Orang itu adalah Samuel Geovano Rajasthan. Ya, Samuel lah orangnya. Clara sering kali memergoki pemuda itu curi ciri pandang padanya, Clara tentu saja hanya diam, dia tidak ingin terlalu percaya diri.

Di ruang makan, Bagas dan Naura sedang berbincang bincang, sedangkan Bara bermain ponsel.

Setelah menunggu cukup lama, namun orang yang mereka tunggu tak kunjung tiba, Naura pun merasa geram sendiri.

"Ck, kenapa anak itu belum turun juga, padahal udah siang," ujar Naura.

"Jangan terlalu sering marahin Clara, dia itu masih remaja labil," ujar Bagas.

"Kamu juga, jangan manjain Clara terus, bisa bisa dia jadi anak manja," ujar Naura tak mau kalah.

Bara yang terganggu pun hanya bisa menghela napas pasrah, dia beranjak dari duduknya, membuat kedua paruh baya itu mengalihkan atensi padanya.

"Loh Bara? Mau kemana kamu sayang?" tanya Naura setelah melihat Bara beranjak.

"Mau manggil Clara Mah," jawab Bara, yah memang dia berniat menjemput Clara ke kamarnya, agar kedua orang tua itu berhenti berdebat.

"Hoho, ada apa ni? Kenapa kalian mau panggil princess yang imut ini? Apa ada pembagian sembako gratis?" Ditengah percakapan mereka, akhirnya Clara muncul juga, dia menuruni tangga dengan dagu terangkat layaknya seorang gadis angkuh.

"Nah ini dia si anak gadis, baru bangun kamu?" ujar Naura, dia berkacak pinggang dan menatap horor Clara.

"Bunda, jangan ngomel dulu ya, ini aku udah telat nih," ujar Clara memelas, lalu tanpa aba aba duduk di kursi yang ada di samping Bara.

"Clara kamu itu gimana sih? Dibilangin itu jangan ngeyel, lihat Bara, dia selalu bangun pagi pagi loh." Naura memijit pelipisnya, tak habis pikir dengan kelakuan Clara.

"Mama bela aja terus si Bara itu, lagian dia bangun pagi kan karena dia itu ketua OSIS, Clara yakin kalo Bara bukan anak OSIS, pasti bangunnya lebih siang dari Clara," ujar Clara. Dia menatap Bara dengan tatapan permusuhan.

"Sudahlah Clara, katanya kamu telat, jangan berdebat lagi hm?" Bujuk Bagas.

Akhirnya mereka makan dengan tenang, sebelum akhirnya berangkat ke sekolah. Bara melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata rata, membuat banyak umpatan terdengar dari pengendara lain.

Beberapa menit kemudian akhirnya Bara dan Clara sampai di sekolahnya, mereka turun dari motor, dan masuk ke lingkungan sekolah.

"Yak! Batu Bara! Kenapa Lo bawa motornya kenceng banget? Mau buat gue mati ha?!" Teriak Clara, dia menerjang tubuh Bara, hendak memukul pemuda itu. Namun, semuanya tidak berhasil, karena Bara berhasil menghindar.

Dan pertengkaran itu berlanjut, hingga datanglah teman teman Bara.

"Yo! Ada apa nih? Tumben kakak beradik ini akur?" Ujar Bobi.

"Mata Lo katarak? Atau rabun? Jelas jelas mereka sedang bertengkar," ujar Rendi, sesekali dia mencuri ciri pandang terhadap Clara. Ada yang berbeda dengan pemuda itu, rambutnya yang semula warna warni, entah mengapa sudah berubah hitam lagi.

Clara yang berusaha menendang Bara menghentikan aksinya, dia menoleh ke arah Rendi. Clara berjalan mendekat pada pemuda itu, dan berhenti tepat didepannya.

"Hmmm. Gue liat liat ada yang berubah dari penampilan Lo, kira kira apa ya?" Ujar Clara, dia menyipitkan matanya dan menatap Rendi intens.

Rendi yang ditatap seperti itu tentu saja merasa gugup, terlebih dia memang menyukai Clara sejak lama.

"Ahaaaa, gue tau! Rambut Lo beda hari ini, kemana rambut warna warni Lo? Kenapa jadi gini?" Ujar Clara, tangannya terulur dan menyentuh rambut Rendi, lalu mengangkat sedikit rambut Rendi. Wajah Rendi memerah, setelah itu dia bergegas pergi dari sana.

Clara menatap kepergian Rendi dengan bingung, lalu menatap orang orang yang ada di sekitarnya.

"Loh? Kenapa? Kenapa dia kabur? Dan, kenapa wajahnya tiba tiba merah gitu?" Ujarnya heran, di menatap Bara dan yang lainnya, menuntut penjelasan.

"Huh, sudahlah Clara, itu urusan laki laki. Salahkan saja diri Lo sendiri, kenapa jadi orang yang gak peka coba?" Kali ini Dodit yang berbicara. Clara tak mendengarkan perkataan Dodit, dia malah termenung dengan pikirannya sendiri.

"Emmm, jangan jangan.......... si Rendi kebelet boker?" Gumam Clara yang masih bisa didengar yang lain. Mereka hanya bisa menghela napas pasrah mendengar gumaman Clara.

Setelah selesai dengan pikirannya, Clara mengedikkan bahu, dan mengalihkan pandangan ke kakaknya. Tanpa sengaja dia melihat Samuel menatapnya.

"Eh ngapain Lo tatap gue kayak gitu? Mau gue colok mata Lo ha? Maaf ya, bukannya gue terlalu percaya diri, tapi gue sering mergokin Lo liat liat gue. Ada apa? Ada yang mau Lo omongin? Kalau ada ya tinggal ngomong aja, apa susahnya coba? Jangan buat gue jadi sasaran cewek Lo ya! Gue gak mau," ujar Clara, dia melotot dan berkacak pinggang, seperti seorang ibu yang memarahi anaknya yang nakal.

Mendengar perkataan Clara yang panjang lebar, Sam akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Nah gitu dong, jadi cowok jangan buta. Masak iya suka sama cewek kucel, burik, dan bodoh kayak gue!" Ujar Clara, yah Clara memang mengakui bahwa dilihat dari sisi manapun, Clara versi cupu ini memang tidak menarik sama sekali.

Bara, Romi, Dodit, dan Boby melongo mendengar perkataan Clara yang terlalu sadar diri.

"Aduh aduh, ngaku juga ya kalau diri Lo itu jelek," ujar seseorang yang tiba tiba datang, mereka Karin, Dewi, dan Mita.

Karin langsung saja bergelayut di lengan Bara, Dewi menggandeng tangan Sam yang langsung ditepis pemuda itu, dan Mita yang memeluk Romi.

"Yah, sukur sukur si cupu sadar diri, cewek kayak dia gak pantes bergaul sama orang orang ganteng," ujar Dewi.

"Ya ya, yang paling cantik, kalo gitu...," Clara melirik Karin dan entek enteknya.

"Sini gue buat kalian jelek!" Teriak Clara, detik itu juga Clara menerjang ketiga gadis itu dan mengacak rambut serta makeup mereka, dimulai dari Karin, lalu Dewi, dan terakhir Mita.

Dan lihatlah ketiga gadis itu, penampilannya sudah berantakan, rambutnya acak acakan seperti orang tersetrum.

"Yak! Berani sekali lo! Dasar cupu!" Ujar Karin, dia bersiap membalas perbuatan Clara, begitupun dengan kedua temannya.

Saat hendak membalas, bel masuk tiba tiba berbunyi, dan guru BK sudah berkacak pinggang di samping mereka.

"Hahahaha! Maaf ya trio badut! Tapi kalian gak bisa balas gue sekarang, wlee." Clara memeletkan lidah mengejek mereka. Setelah itu, dia tertawa renyah, dan menuju kelasnya.

"Clara cupu!" Teriak ketiga gadis itu bersamaan.

Di tempatnya berdiri, Sam terhipnotis oleh tawa Clara. Jika di ingat ingat, perkataan Clara sebelumya memang benar, tak ada yang menarik dari gadis itu, tapi, kenapa dia malah suka?

Begitupun dengan Rendi yang melihat dari kelasnya di lantai dua, dia menyentuh dadanya, jantungnya berdetak dengan cepat.

"Sial! Daya tariknya terlalu kuat!" ujar Rendi.

Bersambung.........

Cewek Konyol Dan Pangeran Pulu-pulu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang