Sekarang Aurora dan Oliver sedang dalam perjalanan kembali ke ibukota setelah semalam mereka menghadiri perayaan dari para penduduk. Oliver memutuskan menaiki kereta bersama dengan Aurora.
"Tidak terasa waktu sudah hampir 1 bulan kita berada disini, tidak terasa sudah selama itu" ucap Aurora memandang pemandangan di luar dari jendela kereta.
"Oliver lihat pohon itu sangat besar" ocehan Aurora dan Oliver tetap selalu merespon nya walaupun ia sedang membaca dokumen - dokumen laporan yang di kirimkan Alger padanya, dan masih banyak lagi ocehan tidak jelas Aurora tetapi Oliver tetap meresponnya.
Saat ia selesai membaca semua dokumennya, ia merasa bingung kenapa tidak ada suara lagi dari Aurora lagi, dan saat menengok ke samping ternyata Aurora sudah tertidur dengan bersandar di dekat jendela.
"Pantas saja tiba-tiba sunyi ternyata sudah tertidur" ucap Oliver memandang Aurora dengan tatapan yang sangat dalam.
Tiba-tiba Aurora merentangkan tangannya lalu berbalik badan dan memeluk Oliver, ia mencari posisi nyaman di dada Oliver. Oliver tersenyum senang dan membawa Aurora dalam pelukannya memperbaiki sedikit posisi Aurora agar tidurnya nyaman.
***
"Selamat datang kembali duke Oliver dan duchess Aurora" sambut para pelayan dan prajurit yang ada di kediaman Oliver. Ya mereka baru saja sampai.
"Terimakasih sudah menjaga kediaman ini selama kami pergi kepala pelayan Harita " ucap Aurora.
"Itu sudah merupakan tugas saya duchess " hormat Harita.
"Terimakasih sudah mengerjakan tugas mu dengan baik kalau begitu " ucap Aurora tersenyum dan di balas senyum oleh Harita.
Setelahnya Oliver dan Aurora berjalan pergi menuju kamar Aurora.
"Istirahat lah lebih dulu, aku sedikit memiliki urusan" ucap Oliver lalu mencium kening Aurora dan meninggalkan Aurora sendiri di kamar tersebut.
Aurora tidak banyak berkomentar karena ia tahu pasti Oliver memiliki banyak pekerjaan yang harus ia urus, ia pun bersiap untuk mengerjakan tugasnya sebagai duchess.
***
"Dimana dia?" tanya Oliver pada Alger.
"Ikut saya jenderal" jawab Alger.
Oliver mengikuti Alger, ia memasuki kediaman salah satu menteri yang bertanggung jawab akan terjadinya pemberontak di 3 kampung kemarin.
"Di dalam sini jenderal" ucap Alger.
Oliver masuk ke dalam, dan di suguhkan dengan seorang pria yang sudah di ikat di sebuah tiang dalam keadaan berdiri. Terlihat pria tersebut keadaan nya tidak baik-baik saja.
"Oliver, jadi semua ini ulah mu?" tanya pria itu marah.
"Ya bagaimana melihat kematian keluarga mu beserta para pengikut setiamu mati di hadapan mu dengan sangat tragis menteri Ednal?" tanya Oliver duduk di sebuah bangku depan menteri Ednal.
"Kau monster, sebutan monster itu memang sangat cocok dengan mu" ucap menteri Ednal marah.
Oliver hanya menatap remeh menteri Ednal tanpa merasa terganggu sama sekali.
"Sangat kasihan wanita yang menjadi istri dari seorang monster haus darah seperti mu" ucap menteri Ednal lagi.
BLAM!
PRANG!
Oliver seketika berdiri memukul meja lalu melemparkan barang-barang di atas meja ke arah menteri Ednal.
"Jangan pernah menyebut tentang istri ku dengan mulut kotor mu itu!. Kau tidak pantas" ucap Oliver marah.
"Kau membunuh para penduduk yang tidak bersalah, merampas semua milik mereka bahkan kau membunuh rekan mu menteri Lew beserta keluarganya hanya untuk bisa menguasai kekayaan 3 kampung di bagian Utara kekaisaran. Apa pantas kau menyebut ku monster?, aku hanya membunuh para pendosa dan para pemberontak, tidak membunuh orang-orang yang tidak bersalah seperti mu" ucap Oliver marah menghampiri menteri Ednal yang sedang terikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenderal's Wife
Ficción históricaOliver Maxcmilian Grant, merupakan Jenderal paling di takuti di kerjaan Engrasia yang di kenal sangat tegas dan kejam dalam membasmi musuh musuhnya. Selain itu jenderal Oliver juga merupakan pangeran Ke-2 dari kerajaan Engrasia. Aurora Caroline Jo...