Chapter 5 - Bertemu

86 7 5
                                    

⚠️WASPADA TYPO
________________
Happy Reading•

⚠️WASPADA TYPO________________•Happy Reading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♪♪

Benarkah ini terjadi tanpa di sengaja?
Tapi kenapa jantung Mala serasa mau copot?
♪♪♪
-Basmalah-
*
*
*


Fatamorgana dunia selalu silih berganti, sudah sekitar 1 bulan lamanya setelah kejadian itu Mala tak pernah lagi melihat keberadaan Zevan di sekolah.

Keempat gadis itu sedang menduduki pendopo sekolah sambil menikmati semilir angin dengan sesekali bercanda riang menghilangkan penat setelah bertempur dengan soal.

"La, kira-kira setelah kak Zevan nembak kamu itu dia kemana ya?"

Setelah beberapa keheningan, Serli mulai membuka pembicaraan. Membuat ketiga gadis itu mengarah ke arahnya.

Mala hanya mengangkat bahu dengan melengkungkan bibirnya sedikit kebawah.

Tak lama setelah itu, ia merasa ada gelenyar aneh, Mengapa Serli bisa mengetahui kejadian itu? Sedangkan saat peristiwa tersebut berlangsung, situasi sekolah sedang sepi.

"E-enggak, mana ada kak Zevan nembak aku."
Nadanya sedikit gugup menjawab pertanyaan Serli.

Terpaksa ia berbohong, karena Mala tidak ingin banyak orang mengetahui tentang itu. Mala hanya khawatir jika nantinya ia akan menjadi bahan cibiran di sekolah. Tapi ini sahabatnya, tidakkah ia percaya dengan mereka?

"Udah deh La, jangan bohong. Orang kita-"
Serli menutup mulut dan memberhentikan perkataannya cukup sampai di situ.
Sementara Shifa dan Alea hanya bisa memukul pelan masing-masing kening mereka.
Ceroboh sekali sahabatnya yang satu ini, hal kecil saja bisa ia lupakan. Begitu pikir Shifa.

Mala heran dengan Serli, mengapa tetiba saja ia terdiam.
" 'Orang kita' apa?"
Ia kembali mengulang dua kata terakhir dari Serli dengan merotasi kan pandangannya ke Alea dan Shifa yang seolah tak mendengar apa yang barusan di katakan Serli.

Serli hanya bisa tersenyum getir ketika mendapat pelototan dari Alea dan Shifa. Ekspresi mereka seperti akan mengeluarkan seribu Omelan untuk Serli.

Serli sedikit menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal.
"Sorry La, k-kita, waktu itu gak sengaja denger pembicaraan kamu sama kak Zevan."

Alea dan Shifa semakin melotot karena Serli berkata sebenarnya.
Mala membuang nafas berat dengan sedikit menjatuhkan punggungnya di pondasi kayu jati yang menjadi tiang di pendopo itu.

Sepertiga Malam Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang