Chapter 13 - Keberanian Rakha.

52 9 12
                                    

⚠️ WASPADA TYPO
_______________________
•Happy Reading•

“Saya maafkan, tapi jangan terlalu dekat bisa? Saya tidak ingin ada orang lainyang melihat dan menyebabkan fitnah”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya maafkan, tapi jangan terlalu dekat bisa? Saya tidak ingin ada orang lain
yang melihat dan menyebabkan fitnah

[ Rakha ]
______________

Tepatnya di taman sekolah, kini kedua gadis itu berada. Menikmati jam istirahat dengan duduk di bangku yang berada di bawah pohon mahoni, dedaunannya yang rindang menambah kesan teduh dan tenang di taman itu, seiring berjalannya waktu, es teh yang baru di beli Alea sekitar 5 menit lalu itu telah habis tak tersisa.

Ia membuangnya ke sembarang arah.
"Le? Kebiasaan deh. Kasian nanti ibu kebersihan, kutip sana." Titah Mala.

Alea menatap sejenak sampah yang baru saja ia campakkan tadi, dengan langkah yang sedikit terpaksa gadis itu harus bangkit dan memasukkannya ke dalam tempat sampah yang tersedia.

Gadis berbulu mata lentik itu berpindah posisi menjadi duduk di atas rerumputan.
Ia menyangga dagunya dengan telapak tangan, menatap jauh pohon bunga yang sedikit bergoyang karena hembusan angin.

Alea yang melihat itu sudah paham dengan apa yang di rasakan Mala, dengan merangkul pundak Mala senantiasa dia berkata. "Udah ya, jangan di ingat lagi. Aku yakin semua pasti hanya sementara. Yakin, Allah mau lihat gadis ini menjadi gadis yang kuat."

Meski kalimat sederhana yang di katakan Alea, tapi baginya itu sudah menjadi bagian dari penyemangat.
"Thanks ya, Le. Kamu sudah mau kembali untuk ketemu lagi sama aku. Bayangin aja, sepupu aku cuma satu dan kalau kamu pergi aku sama siapa dong nantinya?"

Alea menggenggam tangan Mala "Ya pasti sama calon suami lah, kalau sekarang ya masih sama aku."

Mala yang mendapati jawaban seperti itu melebarkan bola matanya, tapi seperkian detik kemudian ia sedikit tertawa.
"Ganti, malah jadi ke calon suami. Ga seru tau bahas begituan."  Gadis itu hanya memberi respon senyum.

"Le? Bicara gini aku inget sama gadis yang ngerawat kamu. Kira-kira dia di mana ya?"

"Aku juga gak tahu, La. Seharusnya aku tahu, karena waktu itu dia sempat bilang di mana tempat tinggal dia kalau pulang ke Jakarta. Tapi sepupumu ini pikun, jadi yassalam. Sampai sekarang aku gak tahu dia di mana."

"Eumm... La?"

Mala yang tengah memainkan serimbang dengan batu kerikil itu menoleh. "ya?"

"Gimana? Kamu masih memendam rasa suka." Mala sedikit mengerutkan keningnya, apa yang di maksud Alea? Tapi sekian detik kemudian Mala tahu tentang 'yang di tanyakan'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepertiga Malam Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang