⚠️ WASPADA TYPO
_____________________
•Happy Reading•"Cinta terbaik adalah di saat kamu mencintai seseorang yang membuat akhlakmu menjadi semakin baik, jiwamu semakin damai, dan hatimu semakin bijak"
-Faradina-
*
*
*Brukhh!
Tanpa kendalinya, kepalanya terhantuk bagian ujung meja.
Pandangan Fairuz beredar melihat situasi kelas yang sudah sepi.
Kemana para teman-temannya semua?Ia mengusap wajahnya, alih-alih itu semua hanya mimpi, kesadarannya hilang saat baru menjawab beberapa soal.
Ia baru tersadar, kemana lembar ujiannya? Apakah sudah di kumpulkan oleh Hadziq?
Di tengah kecemasannya, ia melihat jam dinding. Pantas saja kelas sudah tidak ada siswa, ternyata sudah hampir 1 jam ia tertidur saat ulangan bahasa Arab berlangsung.Dia mengusap wajahnya kasar—menghilangkan rasa kantuk, kembali teringat tentang mimpinya barusan.
"Astaghfirullah! Kapok deh. Ampun ya Allah, Fairuz gak tidur jam pelajaran lagi, masa iya anak setampan ini harus di botakin."
Merasa sudah cukup, ia memutuskan keluar kelas untuk mencari keberadaan Hadziq.
Dia ambang pintu masuk, Fairuz berpapasan dengan santri lainnya.Ia tak mampu membungkam tawanya melihat Fairuz yang menampilkan wajah kusutnya—sedikit bengep serta matanya yang sedikit memerah.
Fairuz yang melihat temannya itu tertawa sedikit menatap tak suka padanya.
"Keenakan tidur ya Ruz?"
Tanyanya diiringi sedikit tawa, seolah ia sedang meledeki Fairuz."Apa? Gak ada yang lucu di sini." Lancangnya dengan nada yang sedikit sengit.
Balasan Fairuz mampu membuat sang lawan bicara diam tak bergeming dan berlalu memasuki kelas, sedangkan Fairuz ia mulai melangkah keluar dan berjalan menelusuri lorong Pesantren.
Sangat tidak suka rasanya jika bangun tidur sudah ada hal yang membuat dirinya naik setum.
•••
Ketiga sejoli itu masih nyaman saling bertukar cerita, rasanya sudah sangat jarang mereka menikmati moment seperti ini di sekolah. Apalagi sekarang salah satu mereka sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepertiga Malam Terakhir
Non-FictionTidak pernah tersirat di pikiran Mala bahwa masa lalu adalah masa depan ... Ia berpikir bahwa yang sudah berlalu tidak akan ada pengulangan untuk kedepannya. Tapi siapa sangka bahwa rencana tuhan lebih baik dari hamba nya, keduanya sama-sama memoh...