Sejauh ini sepertinya ini yang paling jauh, Veera ucapkan terima kasih bagi yang sudah antusias untuk membaca. 🌷 Veera ucapkan juga bagi yang semangat menunggu kelanjutan dari cerita ini, meskipun hanya beberapa,. mungkin?Bukan untuk Riya' saat ini pembacanya sudah mencapai seribu lebih, tapi yang vote seperempatnya tidak sampai.
Terkadang buat nambah pahala karena Astaghfirullah. ༎ຶ‿༎ຶ
Yuk semungut yg baca, ringankan jari kalian untuk sekedar memencet tombol bintang sebagai apresiasi cerita ini.
Setidaknya beri kritikan kalian lewat komen, sekalipun tentang apa yang perlu di perbaiki dalam cerita ini..Veera terima dengan senang hati.
Karena itu salah satu cara Veera memperbaiki kesalahan, belajar lebih baik dari kesalahan. Karena di sini Veera masih sangat pemula, bahkan bisa di bilang masih baru menetas.
Jadi mulai sekarang sama-sama kita bekerja sama antara Author dan Readers. SEKIAN🌷
⚠️WASPADA TYPO
____________________
•Happy Reading•“Perbuatan Lo hari ini adalah gambaran untuk balasan di masa depan. Jadi, instrospeksi diri Lo sendiri, yang Lo lakuin ini baik atau buruk, sopan atau kasar, berakhlak atau kurang ajar.”
[Aleana Sheirin ]
____________________________
Kehangatan cahaya matahari mulai masuk menelisik helaian gorden, gadis yang sudah siap dengan segala kelengkapannya itu mulai tersenyum lega. Wajahnya tampak sumringah dari hari-hari sebelumnya.Hari yang di nantikannya sudah tiba, pagi ini adalah hari terakhir Mala di rawat, setelah melakukan beberapa konsultasi yang di langsungkan tadi malam. Dokter sudah memberi tahu keputusan untuk keadaan kesehatan gadis itu.
Satu malam sebelumnya...
Tok ... Tok ... Tok
Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok pria beralmamater putih.
Ya, itu adalah dokter Jack.
Mala yang tadinya sedang sibuk menciptakan coretan absurd, seketika atensinya beralih, ia segera menyimpan kertas gambarnya."Bagaimana kondisinya? Sudah lebih baik?" Sapa dokter Jack mulai memasuki ruangan.
Gadis itu mengangguk dengan barisan gigi putihnya "Sudah dok!, Kali ini sudah lebih membaik, tidak ada lagi keluhan." Jelasnya dengan begitu antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepertiga Malam Terakhir
No FicciónTidak pernah tersirat di pikiran Mala bahwa masa lalu adalah masa depan ... Ia berpikir bahwa yang sudah berlalu tidak akan ada pengulangan untuk kedepannya. Tapi siapa sangka bahwa rencana tuhan lebih baik dari hamba nya, keduanya sama-sama memoh...