Bantuan? Bayaran? Atau apa?
Di luar gedung kantor, Enzo mengeluarkan salah satu rokok dari bungkusnya kemudian menyalakannya dengan pemantik.
Dahinya berkerut dalam mencoba untuk mencari tahu apakah ada maksud tersembunyi dari Maven yang mengakuisisi Raya Finance. Apa karena dia kasian dengan istrinya? Takut perusahaan itu diambil alih oleh paman Rhea?
Tapi bagaimana jika bukan itu?
Menatap pohon rindang di depannya, ia mengembuskan asap sekali.
"Bagaimana jika bukan?" Enzo tanpa sadar menggumamkan isi pikirannya.
Ia kemudian merogoh saku celana dan menghubungi Andini. Dan tak butuh waktu lama, wanita itu segera mengangkat panggilannya.
"Ya, Sayang? Kamu melupakan sesuatu?"
"No. Aku hanya ingin menanyakan kabarmu. Kamu baik-baik saja kan di tempat kerjamu?"
"Tentu saja!" Andini di seberang telepon tersenyum lebar. Suaminya sangat perhatian dengannya padahal mereka baru berpisah sebentar. "Bagaimana denganmu?"
Menjentikkan abu rokok, Enzo menjawab singkat, "Ya. Lalu bagaimana dengan hubunganmu dan Rhea?"
Ketika Enzo membawa nama Rhea, raut wajah Andini seketika masam. Dengan setengah hati dia menjawab, "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan."
"Apa dia melakukan sesuatu terhadapmu?"
Andini terdiam. Dan perasaan bersalah muncul di benaknya. Ternyata dia salah paham dengan suaminya. Dia pikir Enzo ingin menanyakan kabar mantannya juga, ternyata pria itu masih mengkhawatirkannya. Dia tertawa dalam hati karena kebodohannya.
"An?" panggil Enzo membuat Andini menjawab cepat.
"Tidak ada. Dia tidak melakukan apa pun selain menghindariku. Tapi kamu tadi perlu khawatir, aku akan mengurusnya," Andini berujar dengan percaya diri karena dia sudah memiliki rencana manis di dalam kepalanya. "Kamu pasti sibuk. Aku akan menutup teleponnya. Jangan lupa untuk menjemputku nanti."
"Hm. Aku akan." Enzo mengisap rokok sekali lagi sebelum menekan ujungnya ke tempat sampah di samping hingga asapnya lenyap. Dia kemudian memasukkan kedua tangan di saku celana dan bergumam, "Jadi, bukan bayaran?"
Dia kembali mengambil ponsel dan menghubungi seseorang sambil berjalan ke kantor. Selang beberapa menit menunggu, dia pun berbicara dengan ramah, "Pak Axton! Apa kabar, Pak?"
***
"Apa kamu membutuhkan sesuatu?"
Ketika Maven menemuinya di dalam, keadaan tempat itu masih sepi. Namun, tidak nyaman baginya jika mereka ingin membicarakan hal rahasia di sana. Bagaimana jika seseorang menguping? Apalagi jika itu adalah Andini. Dia tidak ingin itu terjadi. Jadi, Maven mengajaknya ke mobil.
Maven menyerahkan paper bag kepadanya. Dia yang bingung tetap mengambilnya lalu melihat isinya adalah botol minuman dan sekotak buah.
"Pelayan di rumah mengatakan jika suasana hatimu buruk pagi ini. Lalu dia menemukan bungkus pembalut di tempat sampah kamar mandimu. Itu air jahe panas dan buah yang sudah dia potong."
"Maksudmu, kamu pulang ke rumah untuk mengambil ini dan mengantarkannya kemari?"
"Hm."
"Kamu—" Rhea menggeleng. "Kamu seharusnya tidak melakukan itu. Aku pasti merepotkanmu."
"Nyonya Williams tidak pernah merepotkan siapa pun."
Rhea pernah mendapatkan kalimat ini sebelumnya. Dan setelah diingatkan kembali oleh Maven, dia tidak bisa membalasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Bride
Romance#1 Billionaire Club Series Setelah mengetahui pengkhianatan pacar dan sahabat yang ia percayai ditambah lagi kepergian ayahnya, Rhea Pramidita benar-benar terpuruk dan putus asa. Lalu seorang pria muncul mengulurkan tangannya kepada Rhea. "Kau bisa...