Serius, minggu ini sibuk sampai sulit update TBB. Banyak kerjaan yang perlu diselesaikan tepat waktu juga huhu. Minggu depan juga sama. Jadi maklumi ya kalau aku lama update:')
Follow, vote, comments, 'kay!^^
Met baca, para cintaku~
_____________________
Malam itu juga di sebuah penthouse, Andini menggigit kukunya yang rapi. Dia duduk dengan tidak sabar menunggu kepulangan suaminya. Ini sudah pukul dua pagi namun Enzo masih belum pulang. Dia sudah menghubungi dan mengirim banyak pesan sejak sore dan pria itu hanya menjawab singkat, 'Aku lembur'.
Dia sangat heran, kenapa Enzo selalu lembur setiap hari? Dia bahkan tidak memiliki waktu untuk mendengar curahan hatinya.
Berdecih, ia mengusap rambutnya hingga terdengar suara pintu terbuka. Dia mendongak dan melihat kedatangan Enzo dengan jas yang disampirkan di lengannya. Secara naluriah dia beranjak dari sofa dan mendekati suaminya.
"Kamu belum tidur?" Enzo bertanya. Wajahnya terlihat lelah.
"Bagaimana bisa aku tidur saat kamu saja belum pulang."
Enzo tersenyum mengetahui bahwa istrinya mengkhawatirkannya. Dia membuka lebar tangannya. "Kemarilah. Kamu bisa tidur se—"
Perkataannya terhenti begitu Andini meraba-raba tubuhnya tanpa terlewatkan sedikit pun.
"Sayang, aku benar-benar lelah. Kita bisa melakukannya besok pagi." Enzo terkekeh melihat betapa aktifnya istrinya. Namun kekehannya berhenti ketika menyadari sesuatu yang aneh.
Istrinya, Andini ternyata buka merabanya dalam konteks vulgar. Wanita ini seperti sedang mencari sesuatu. Untuk lebih jelasnya, dia pun melihat tiap sisi kemeja Enzo seolah matanya sedang memindai keseluruhannya.
Dan satu pertanyaan yang muncul di benaknya membuat senyumannya menghilang. Apakah Andini berpikir dia mencari wanita lain di luar?
"... Sayang, kamu tidak berpikir seperti itu, kan?"
Andini mendongak. "Kamu tidak habis bertemu wanita lain dan ke hotel, kan?"
Wajah Enzo berubah gelap. Memejamkan matanya, dia mengumpat pelan, "Brengsek."
Dia melepaskan tangan Andini kasar hingga istrinya mundur beberapa langkah. Lalu melewatinya menuju lantai atas.
"Kita perlu bicara."
"Kita tidak bisa bicara ketika kamu berpikir bahwa aku selingkuh mau bagaimanapun aku menjelaskannya," ujar Enzo tanpa berhenti di anak tangga.
Andini yang tidak tahan pun membuntuti suaminya. "Lalu kenapa kamu selalu pergi sangat awal dan pulang selarut ini setiap hari? Apa yang kamu lakukan di luar? Kenapa kamu tidak membalas pesanku dengan baik? Aku menghubungi seharian tapi kamu mematikan panggilanku! Apa aku sangat mengganggumu? Katakanlah sesuatu agar aku—"
Mereka sudah tiba di lantai atas. Begitu Enzo berbalik tiba-tiba dan menatapnya tajam, Andini secara refleks terdiam.
"Aku bekerja, An. Sekarang berhenti berpikir buruk dan tidur. Ini sudah larut dan aku tidak punya energi untuk bergagumen hal kecil seperti ini."
Enzo berbalik kembali dan melangkah lebar menuju kamar mereka meninggalkan Andini seorang diri. Bunyi sepatunya yang terdengar kasar menjadi latar belakang suara dalam rumah yang luas dan sunyi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Bride
Romance#1 Billionaire Club Series Setelah mengetahui pengkhianatan pacar dan sahabat yang ia percayai ditambah lagi kepergian ayahnya, Rhea Pramidita benar-benar terpuruk dan putus asa. Lalu seorang pria muncul mengulurkan tangannya kepada Rhea. "Kau bisa...