36. This Is Normal, Isn't It?

163 29 10
                                    

Huaaa betapa sibuknya aku :'((

Serius, aku pun mau update lancar, bukan cuma klean

Para cintaku jangan lupa vote, comments, follow:*



_____________________




"Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak ada yang penting. Bagaimana dengan mobilku?"

Tidak ada yang penting? "Lalu mengapa mengobrol sangat lama?"

"Apa? Kami tidak. Tunggu, mobilku—"

"Ibnu akan datang mengambilnya."

"Sudah kubilang kamu tidak perlu repot-repot. Kamu pasti sibuk pagi ini."

"Tidak ada urusan mendesak yang perlu ditangani. Jadi, pembicaraan tidak penting apa yang kalian bicarakan?"

Dengan tangannya yang digenggam ketika mereka berjalan di basement, Rhea mendadak berhenti hingga Maven ikut terhenti.

Rhea membasahi bibirnya. "Lihat, ini benar-benar membingungkanku. Apa kamu marah? Tingkahmu sangat aneh sejak tadi malam. Memangnya apa kesalahan yang telah aku lakukan?"

Maven memejamkan mata, menghela napas samar dan dalam, lalu berbalik.

Rhea berujar lagi, "Kamu tahu betapa takutnya aku tadi malam? Setidaknya bicara dulu dan katakan apa masalahmu supaya aku tahu garis mana yang tidak boleh kulewati."

"Mau berapa banyak orang lagi yang perlu aku peringatkan?"

"... Apa yang kamu bicarakan sebenarnya?" Peringatkan tentang apa? Rhea sama sekali tidak mengerti maksud ucapan suaminya. Wajah Maven sedikit frustasi dan itu membuatnya semakin bertanya-tanya. Apakah ada masalah dengan pekerjaan suaminya ini dan dia menjadi wadah untuk meluapkan emosinya?

Tiba-tiba saja, Maven membawanya ke dalam pelukannya menyebabkan Rhea terkejut dan berhenti berpikir.

"Maafkan aku ...," ujar Maven pelan. "Bukannya aku marah padamu. Aku hanya ... kehilangan kendali."

Lalu Maven membungkuk dan mengistirahatkan dahinya di pundak Rhea. Dia kembali menggenggam jemari halus istrinya dengan ibu jari tebal dan kasarnya yang memberi usapan halus hingga istrinya bersemu dan jemari itu gemetar kecil. Perilaku kecil seperti ini berhasil mengganggunya.

"Maaf telah membuatmu marah, Rhe. Aku tidak akan melakukannya lagi jika kamu tidak mau. Dan jika aku kembali lepas kendali, pukul aku sekuat-kuatnya."

"Ma-Maven."

"Sulit untuk bersikap tenang jika kamu seperti itu. Jika kamu tidak melakukannya, aku mungkin akan membuatmu marah lagi."

Jadi, ini kembali ke poin pertama dan dialah penyebabnya hilang kendali. Dengan perasaan semakin bingung, Rhea menggigit bibir bawahnya. "Bagaimana aku tahu kapan kamu akan lepas kendali?"

Dia perlu tahu ekor mana yang tidak boleh diinjak.

Lama Rhea menunggu namun Maven sama sekali tidak bicara. Hanya tangan besarnya yang masih sibuk membelai jemarinya. Dan selang beberapa saat, barulah dia berkata, "... Berhenti menanyakan pria lain dan bertemu dengan mereka hanya berdua. Mau bagaimanapun aku ini masih suamimu."

Sontak saja Rhea mengernyit. "Apa—"

Maven menoleh seraya menahan rahang Rhea dan menciumnya dalam.

***

The Billionaire's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang