30. Billionaire's Club

154 22 4
                                    

Sibuk, jadi belum periksa dua kali. Tipo? kasi tau yah!

Met baca cintaku~



_______________________




"Anak nakal tidak tahu diuntung. 'Halo, Pak Tony?' Apa hanya itu yang kamu katakan setelah lama tidak bertemu?!"

"Apa lagi yang perlu kukatakan? Ini baru sekitar dua bulan!"

"Kamu berani menaikkan suaramu?!"

"Kakek sendiri yang lebih dulu mengomel!"

"Aku tidak akan memarahimu jika kamu tidak bertingkah tidak mengenalku di sana!"

"Aku bersikap profesional!"

"Durhaka bukanlah sikap profesional!"

Naomi mendenguskan tawa tidak percaya, "Hah! Aku tidak mengutukmu di depan banyak orang! Kenapa aku dipanggil durhaka?!"

Duduk di antara Tony dan Naomi yang beradu mulut membuat Rhea tidak berkutik sama sekali. Makanan di meja bundar mereka tampak lezat dan harum namun sama sekali tidak bisa ia telan. Sedangkan yang bertengkar saat ini masih bisa mengunyah. Dia merasa sarannya mengajak mereka makan siang bersama tidak bagus.

"Bilang saja kamu tidak mengakuiku. Apa kau tidak tahu semua orang akan senang begitu tahu bahwa aku adalah kakekmu!"

"Itu yang aku tidak inginkan!"

"Lihat?! Kamu mengakuinya!"

"Yang ingin aku katakan, aku tidak ingin tempat kerjaku menjadi tempat penjilat! Aku hanya ingin bekerja layaknya orang normal!"

"Maksudmu keluarga kita keluarga abnormal?"

"Kakek!" seru Naomi frustasi.

"Siapa kakekmu? Panggil aku Pak Tony!"

Naomi membuka mulutnya, masih dengan tampang frustasi, marah, dan tidak percaya. Hanya hal sesederhana itu, pria tua ini membesar-besarkannya. Satu jam sebelumnya, Tony datang untuk melihat pameran yang ditugaskan untuk Rhea. Sedangkan dia memiliki tugas lainnya bersama timnya. Namun siapa sangka mereka bertemu di koridor di mana banyak rekan kerjanya. Dia pun segera menyapanya dengan sopan, bahkan dia menjadi orang pertama yang menyapa agar mereka tidak bertengkar. Itu yang ia pikir.

"Menyebalkan," bisiknya bergumam dan Tony menatapnya marah.

"Apa yang kau bilang?!"

Rhea yang sedari tadi menjadi penonton di kursi yang tidak nyaman pun berdeham. Apalagi banyak pengunjung restoran yang juga menonton mereka. "Uhm, bagaimana kabar kesehatan Kakek akhir-akhir ini?"

"Sangat baik."

"Dia bisa memarahiku artinya kesehatannya baik-baik saja," tambah Naomi.

"Syukurlah, senang mendengarnya. Apa Kakek suka makanannya? Perlu kita pesan yang lain lagi?"

Tony dengan perlahan mulai tenang mengibaskan tangannya. "Ini sudah cukup. Tetapi jika kalian ingin, pesan saja sepuasnya. Kali ini biar aku yang mentraktir kalian."

Rhea tersenyum. Dari ekor matanya ia bisa melirik Naomi yang juga mulai tenang.

"Sampai kapan pamerannya berlangsung, Rhe?" tanya Tony.

"Sebulan, Kek."

Tony mengerutkan dahi. "Selama itu?"

"Pameran besar bahkan bisa berbulan-bulan," ujar Naomi. "Sampai-sampai beberapa tim perlu bergabung."

The Billionaire's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang