Maven tahu ini, pernikahan ini tidak akan berjalan mulus tanpa adanya kecurigaan. Tidak mungkin hanya Tony yang tidak percaya, banyak orang akan mempertanyakan pernikahan mendadak mereka, termasuk Ivanka.
Menghela napas pelan, Ivanka kembali menatap anaknya. "Saya tidak akan ikut campur dalam urusan kalian. Tapi jika anak saya terluka untuk kedua kalinya, saya tidak akan memaafkanmu, mereka, dan saya sendiri."
Selang beberapa menit sunyi, Maven kemudian membuka suara, "... Itu kurang tepat."
Pandangan Ivanka bergeser.
"Bukan istriku yang ingin balas dendam, tetapi aku. Aku hanya meninggalkannya sementara, tetapi dia berani mencari pria lain selama aku tidak ada. Jadi, aku menikahinya segera agar dia tidak mencari orang lain."
Ekspresi Ivanka dengan perlahan berubah. "Kau .... Apa ...."
"Tidak semua orang setelah dikhianati akan tidak menerima nasibnya. Ada juga yang dengan cepat meninggalkan masa lalu dan melangkah ke depan. Mama tidak perlu khawatir, aku tidak akan pernah meninggalkannya lagi mulai sekarang."
Memperhatikan raut wajah Ivanka yang rumit, Rhea yang baru saja kembali bisa merasakan atmosfer di sekeliling mereka terasa canggung. "Apa yang kalian bicarakan?"
Maven menoleh. "Hanya tentang keseharian. Kenapa atasanmu menelepon di hari libur?"
Dengan cakapnya Maven mengalihkan pembicaraan, Ivanka yang tersadar segera membersihkan tenggorokan dan melarikan pandangannya.
Rhea kembali duduk di sebelah Ivanka. "Bu Titi hanya bertanya perkembangan pada persiapan pameran nanti." Melirik jam tangannya yang mendekati jam makan siang, dia segera berdiri. "Sudah lama Rhea tidak memasak untuk Mama, Rhea akan—"
"Tidak perlu," potong Ivanka cepat segera menahan tangan Rhea. "Biarkan pelayan melakukannya. Kalian duduk santai saja di sini, atau kamu bisa ajak suamimu ke kamar kalian untuk istirahat. Mama akan ke dapur dulu, kebetulan Mama membuat lasagna sebelum kalian kemari."
Sebelum Rhea bisa menanggapinya, Ivanka sudah lebih dulu pergi.
Dan begitu hanya ada mereka berdua di ruang tamu, dia berbalik dan berbisik, "Apa yang kalian bicarakan?"
"Mama masih curiga," jawab Maven tak kalah berbisik sambil mengulurkan tangan.
Rhea menatap tangan itu dengan kerutan halus di ruang antara alisnya yang rapi.
"Dan sekarang kamu membuat segala hal semakin mencurigakan," tambah Maven sebab Rhea tak kunjung menerima uluran tangnnya.
"Tidak a—" Mendengar suara langkah kaki samar, Rhea segera mengitari meja dan menerima uluran tangan Maven seraya berdecak pelan.
Perilaku itu malah membuatnya tampak menggemaskan hingga Maven tidak sengaja tertawa pelan.
"Kau bisa tertawa?" Rhea menatapnya dengan mata kesal. Namun kekesalannya tidak bertahan lama, karena Maven tiba-tiba menariknya hingga ia jatuh di pangkuannya. Dia yang kaget dan tidak siap tanpa sadar menyentuh bahu lebarnya. "Hei!"
Maven menurunkan kepala di pundak Rhea hingga istrinya terdiam. Dia menghirup napas dalam sebelum menghembuskannya. "Bertahanlah untuk sementara."
Tangan kasar dan besar itu meremas lembut pinggang kecilnya, serta napas panas yang mengenai kulit area tulang selangkanya. Tentu saja tubuhnya menjadi kaku. Apakah Rhea bisa bertahan?
Di saat merasakan tangan Maven bergerak turun hingga menyentuh bokongnya, jari-jari besar tangan lainnya menyelip ke dalam pinggiran atasannya, dan kecupan-kecupan di sekitar lehernya, Rhea menggeram dalam hati. Oke, dia tidak bisa bersabar lebih lama dengan kenakalan Maven. Sontak saja dia mundur lalu memukul bahu suaminya bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Bride
Romance#1 Billionaire Club Series Setelah mengetahui pengkhianatan pacar dan sahabat yang ia percayai ditambah lagi kepergian ayahnya, Rhea Pramidita benar-benar terpuruk dan putus asa. Lalu seorang pria muncul mengulurkan tangannya kepada Rhea. "Kau bisa...