27

444 70 24
                                    

Ketiga tamu itu diajak masuk tapi tidak dengan pak rt, beliau memilih kembali dan membiarkan sepasang suami istri beserta anaknya di rumah si pemilik rumah. Mereka langsung diarahkan ke sebuah kamar dan, benar saja, kamar ini yang Kathrina lihat waktu itu, ada wadah juga yang sudah disiapkan, air matanya jatuh saat melihat bayi mungil diletakkan, iyah, "itu diriku, bukan?" ujar Kathrina dalam hatinya, sorot mata Kathrina memang memiliki ciri khas karena dari bayi sudah terlihat tajam dan seksi

Meski tubuhnya bertegar Kathrina terus memberanikan diri menyaksikan semuanya, bayi mungil yang terlihat sibuk menggigit jari sendiri seperti tidak tahu jika 3 orang dewasa di sekelilingnya sedang sibuk menyalakan api dan mengambil sebuah benda, ketika benda itu sudah matang dibakar lalu ditancapkan di titik yang sudah disepakati maka akan langsung membuat bayi ini ma*i. Begitu rencananya. Si perempuan terlihat memasukkan beberapa kayu atau justru bubuk ke dalam wadah agar apinya terus menyala, sungguh tidak ada wajah kasian dalam diri mereka semua, mereka terlihat biasa saja tanpa rasa takut, jika Kathrina ada disana ingin dia menendang wadah itu agar mengenai wajah mereka semua.

*Besi sudah menyala

"Sudah siap" -ucap si orang pintar

Tunggu sampai benar-benar panas dan menyala, tanpa memberi jeda si orang pintar langsung mengarahkan benda panas itu ke dada kanan Atin kecil, sorot mata ketiganya nampak menunggu hasil tanpa mempedulikan tangisan pedih dari si bayi

*Kathrina menangis sejadi-jadinya
Perasaan sedih dan sakit bercampur menjadi satu, dadanya terasa sesak

"omah cuman punya kamu"

"kamu tidak apa-apa sayang?"

"engga lah, kita ini keluarga kan ka indah?"

"iyah dong"

"kamu ga sendirian"

"dijaga yah mulutnya"

"Utututututu sini peluk"

Bayangan orang-orang yang sayang padanya kini kembali hadir

"nona, nona tidak papa?"

"ayo saya gendong"

"injak saja nona, tidak masalah"

"pintar sekali nona kami"

"atin sayang, ayo makan sini"

"atin!"

*Kathrina berusaha mengangkat kepalanya untuk kembali menyaksikan adegan yang belum selesai

"kita saaaaaayang atin"

"kita sayang kamu kath"

"omah sayang kamu"

"ibu ada di sini sayang"

"kapan pun nona butuh bantuan, kami ada"

*Kathrina menopang dirinya untuk kembali berdiri

Suara bayi itu terus menjadi-jadi

Kenapa ada orang tua sejahat ini? kenapa bisa takdir hidupnya seperti ini? Kathrina benar-benar mempertanyakan semuanya

*Sepasang tangan dan kaki bayi itu terus memberontak seakan meminta pertolongan

Dirasa masih kurang, si orang pintar mengambil benda satunya lagi lalu menempelkan, jangan lupa dibakar dulu agar panas dan mampu menyakiti si bayi

*Tangisan semakin kencang

*Suami istri itu bertatapan

"Bunuh saja secara langsung" -teriak si istri merasa tidak sabar menunggu kemat*an anak yang tak berdosa

Hurikan Katrina, Nila ( 2 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang