12

132 24 2
                                    

•Happy reading •

"Shinsiya-san, apa maksud ucapanmu?!" Iida berteriak penuh tanya.

Ini namanya berpura-pura anjir, biar si Stain nya diem. Kalian kan dah tau sikap nge sok gua, jadi diem aja :)

"Kau menarik, siapa namamu?" Tanya Stain menyeringai.

"Izuki, Stain-sama."

Aku tersenyum tipis, walau aku menjawab pertanyaan Stain, tetapi tatapanku tak teralihkan dari ketiga siswa teman sekelas ku yang sepertinya sudah bisa bergerak?

"Mari berjabat tangan, Stain-sama."

Ku ulurkan tangan kananku ke arahnya. Namun, itu hanyalah sebuah pengalihan perhatian. Aku langsung mendorong Stain dengan memusatkan pusaran angin dihadapan anti-hero itu. Walaupun terhempas, tetapi ia masih bisa memposisikan dirinya.

"Pergerakan yang bagus, aku terkesan." Ucap anti-hero itu.

Aku kembali menerjangnya, kemampuan bertarung Stain tak main-main!

Argh, kenapa aku harus join ke sini sih?!

Lengah, aku pun tersayat oleh salah satu senjata Stain. Anti-hero itu kemudian menjilat darahku yang berada di senjatanya dan sontak tubuhku langsung sulit di gerakan.

Sial!

Stain menghempaskan diriku ke dinding. Anjing lah, sakit banget :)

Aku hanya bisa meringis pelan sembari menatap waspada ke arah Stain. Apakah ini karma ku karena bersikap nge sok tadi?

Sebuah bongkahan es menerjang ke arah Stain sehingga membatasi antara aku dan anti-hero itu.

Bunda, sakit banget lah oasu:')

Badan terasa remuk, tangan tertancap pisau, luka yang di Kamakura kembali terbuka. Dan akhirnya aku nangis

Iya, nangis. Tapi, tanpa suara. Jadi hanya meneteskan air mata sambil merem nahan sakit.

Tiba-tiba aku merasa tubuhku diangkat seseorang. Takutnya si Stain, jadi aku buru-buru buka mata.

"Lah, Todoroki?" Gumamku saat melihat surai dengan warna yang mirip bendera dari negara asalku tercinta.

Si husbu sejuta umat itu pun membawaku menjauh dari area pertempuran lalu meletakan ku dengan hati-hati di dekat hero pulu-pulu

Tanpa ngomong apapun, si mas gepeng itu kembali join the war.

Apasih, ga jelas anjir.

Eh, tapi kan yang paling memungkinkan buat pindahin aku emang si Todoroki. Kan tangan Iida luka, begitupula Midoriya. Jadi berakhir lah si Todoroki yang angkat lalu bawa aku biar ga dijadiin Sandra sama si Stain.

Iya tau, aku jadi lemah disaat para MC di cerita oren yang selalu aku baca always nolongin husbunya di keadaan genting seperti ini.

Ah tapi yaudah sih, yang penting aku selamat.

~•Author POV•~

Shinsiya hanya dapat menonton pertarungan secara live itu dari kejauhan. Daripada jadi beban, ia memilih untuk nyantuy di samping hero pulu-pulu.

Todoroki menyerang Stain dengan bongkahan es dari quirknya. Melihat hal tersebut membuat Shinsiya merasa sedikit jengkel. Pasalnya, bongkahan tersebut memberikan pijakan bagi Stain sehingga anti-hero itu bisa bergerak leluasa.

"Woi,Jangan bodoh begitu!. Para petarung jarak dekat menggunakan pijakan untuk mempermudah gerakan mereka. Jangan bikin gunung es terus, Todoroki!" Teriak Shinsiya geram dengan salah satu husbunya itu.

My Own Groove [BNHA×Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang