Prolog

56 16 4
                                    

Tetap berjalan tanpa arah atau tinggal dalam kegelapan selamanya

~The Hidden Key
.
.
.
.

🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃

Matahari tak lagi sama. Sinar yang dulu hangat, kini seakan hanya menjadi pantulan dingin yang menghantui setiap langkah mereka. Dingin adalah satu kata yang mampu mendefinisikan keadaan mereka saat ini. Hilang arah dan tujuan, tanpa jejak dan haluan. Mereka hanya mengandalkan firasat dan suara aneh yang memekik di telinga mereka. Mau tidak mau, suka tidak suka, inilah jalan mereka: menyelesaikan semuanya atau tinggal selamanya.

"Gue udah capek," gumam Dara lemah. Dia merebahkan tubuhnya di hamparan rumput kering yang terasa keras.

Salsa, yang tidur di sampingnya, melirik sekilas. "Lo pikir gue gak capek ada di bawah tekanan kayak gini? Gue hampir gila!"

Ketiga temannya hanya bisa menghela napas berat. Bagaimanapun juga, mereka sama-sama berada dalam keadaan yang tidak baik. Dihantui rasa cemas dan takut, setiap detik yang mereka habiskan di sini begitu berharga.

"Maaf," ucap Mawar yang sedari tadi hanya diam sambil memeluk barang yang tidak pernah bisa lepas darinya.

Gadis itu duduk menunduk, air matanya mulai jatuh setetes demi setetes. Dia tidak bisa berpikir apa-apa selain menyalahkan dirinya sendiri sejak kejadian hari itu.

Harry menepuk bahunya, lalu ikut duduk di samping Mawar. "Emang harusnya lo mati aja sih," katanya tanpa dosa.

Tidak jauh berbeda dengan Harry, seorang laki-laki bertubuh tinggi juga ikut duduk di samping Mawar, sambil melontarkan cibiran yang lebih pedas. "Kalo gue di posisi lo, gue malu sih dan mending gue nyari jalan keluarnya sendiri."

Mawar semakin mengeratkan pelukannya. Tidak ada yang memihak padanya, bahkan mungkin sejak dulu, kasih sayang hanya sebuah angan belaka. Kini dia semakin tersiksa karena berada dalam tekanan dan ancaman.

"Kita harus ngapain lagi?" tanya Gio kepada teman-temannya. Malas sebenarnya mengakui mereka sebagai teman, tapi bagaimana lagi? Dia butuh mereka untuk bisa terbebas dari sini.

"Gue nyerah, gue capek," bisik Dara, hampir putus asa.

"Gue juga, bodo amat!" tambah Salsa.

Kwakk... Kwakk...

Mereka semua tiba-tiba terdiam. Suara itu datang lagi, kembali menyadarkan mereka bahwa waktu semakin menipis, dan gelombang itu menyiksa pendengaran mereka, lagi dan lagi.

"Argh! Kita harus bergegas!" ujar Harry sambil memegang kedua telinganya yang terasa sakit.

Mawar membuka matanya lebar-lebar, menatap keadaan teman-temannya yang terlihat semakin buruk. Bagaimanapun, ini kesalahannya. Dia harus segera mengakhiri semua ini, atau mereka juga akan terkena imbas dari kesalahannya.

Matahari mulai berada di atas mereka, pertanda hari menyeramkan akan kembali menimpa jika mereka tidak segera bergegas untuk menyelesaikan teka-teki yang masih belum terpecahkan.

Mawar menunduk. Seandainya saja kejadian itu tak terjadi, seandainya saja dia tidak gegabah, mungkin keadaan mereka tidak akan seburuk ini. Mungkin mereka masih menjadi lima anak SMA yang sedang belajar di kelas.

"Dara!"

Teriakan itu membuat Mawar segera mengangkat kepalanya. Gadis yang disebut namanya terluka parah.

"Aku harus menyelesaikan ini dengan cepat."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Hidden Key [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang