🍃🍃🍃
Pada kenyataannya, hidup akan terus berjalan. Segalanya akan terjadi, mudah ataupun sulit, manusia hanya diperintah untuk melewatinya dengan penuh keyakinan dan keberanian. Namun, bayangan kehidupan SMA ternyata tidak semenyenangkan apa yang dikatakan orang, hidup mereka malah berhadapan dengan ancaman yang nyata, padahal mereka yakin tidak pernah melakukan kesalahan apa pun.
"Kita harus melewati ini bareng-bareng dan menyelesaikan dengan cepat," kata Harry pada keempat temannya, dibalas anggukan oleh mereka.
Harry menaikkan kacamatanya, mencoba menatap lawan dengan seksama.
Bulu-bulu halus yang menempel di badannya kini berubah kasar. Cakar yang semula mungil kini berubah panjang dan tajam, menyeramkan. Shymporak memperlihatkan wujud aslinya, lebih tepatnya dia mulai masuk dalam permainan bidak catur milik tuannya, Azhrael.
Salsa menggenggam kuat pedangnya, mencari pergerakan awal dari lawan, memungkinkan dia menyerang orang paling berpengaruh dalam tim terlebih dahulu.
"Tenang, aku tidak akan melukai kalian dengan parah," kata Shymporak dengan nada pelan, berusaha untuk berinteraksi dengan mereka. Dia berharap anak-anak itu paham maksudnya, tapi sepertinya tidak.
Kelima anak itu memasang ancang-ancang, menajamkan mata mereka, dan siap menyerangnya kapan saja. Shymporak tersenyum tipis, hampir tidak terlihat.
"Jangan habiskan tenaga kalian untuk melawanku. Aku akan berhati-hati untuk tidak melukai kalian. Ah, ya, dan tolong ingat satu pesanku." Shymporak menggantung ucapannya sejenak. "Gunakan koin yang kalian miliki. Di waktu-waktu tertentu, keajaiban akan datang saat itu juga untuk membantu kalian keluar dari keadaan genting."
Gadis berambut pendek itu menyadari tujuan dari perkataannya. Dia merogoh sakunya dan memperlihatkan koin bergambar phoenix kepada Shymporak. "Maksudmu, ini?" tanyanya.
Shymporak mengangguk. "Ya, jagalah baik-baik, siapa tahu kalian membutuhkannya nanti. Jangan sampai tuanku tahu tentang itu," katanya. Meskipun sedikit was-was berbicara demikian, tapi ini juga demi kelangsungan hidup mereka. Antara berhasil atau tidak, ada di tangan mereka.
Mereka masih tidak paham kenapa Shymporak mau ribet-ribet memberikan informasi mengenai hal yang akan dihadapi di depan sana. Namun, belum sempat berpikir jauh, mereka berpencar menghindari serangan tiba-tiba dari makhluk berbulu itu. Hah, katanya dia tidak akan menyerang, lalu ini apa?!
"Gio! Lindungi Dara dan Mawar," seru Harry. Dia langsung bergerak maju untuk menyerang diikuti oleh Salsa.
"Gue belum ngasih shield buat kalian!" teriak Dara yang sudah dikurung oleh benteng yang dibuat Gio dari tanah.
Di luar pelindung, Gio berteriak menjawab, "Gak usah khawatir, kita bakal cari aman kok. Lagian kita udah terlatih sekarang."
Gio berlari menyusul kedua temannya, sedangkan di dalam sana Dara mendengus sebal. Gadis itu akhirnya duduk dalam benteng yang lumayan luas, mendongak ke atas langit, memperhatikan bulan yang semakin memperlihatkan bahwa purnama sebentar lagi benar-benar sempurna. Di Hestropryk, siklus purnama memang berjalan seperti waktu, setiap detiknya bulan akan bergerak membentuk lingkaran. Waktu mereka semakin terbatas.
"Kalau purnama selesai, apa kita bakalan selamanya terkurung di sini?" tanya Dara yang masih nyaman melihat ke atas sana.
Mawar yang lebih banyak diam, kini mengikuti arah pandangan Dara. "Sepertinya iya. Gue rasa, pertolongan dari Jessy hanya berlaku bagi nyokap gue. Entahlah apa yang spesial darinya."
"Gue rasa ada sesuatu yang harus dipecahkan selain resonarka," kata Dara yang kini menatap Mawar.
Gadis yang ditatap menaikkan alisnya. "Apa?"
"Hubungan antara Jessy dan nyokap lo."
Dara menatapnya serius seolah mencari jawaban dari Mawar, apa pun itu yang dia tahu. Namun, sayangnya Mawar hanya menggeleng pelan, sepertinya dia juga tidak tahu apa-apa mengenai ini.
"Ah, iya gue baru ingat!" seru Mawar, membuat Dara membulatkan matanya.
"Apa? Lo ingat sesuatu tentang Jessy?" tanyanya antusias.
Mawar mengangguk perlahan, terlihat sedikit keraguan dari sorot matanya. "Gue pernah baca tentang itu, tapi gue gak baca sampai tuntas, dan ... ah, gue rasa ingatan gue hilang tentang itu."
Bahu Dara merosot, sudah dipastikan mereka akan gagal untuk semua perjuangan ini.
Di saat mereka berpikir keras tentang bagaimana keluar dari Hestropryk, tiba-tiba benteng yang dibuat oleh Gio lenyap seketika menembus tanah. Mata mereka membulat sempurna, menyaksikan bagaimana makhluk berbulu yang sedang menjadi lawan mereka melayang di udara. Tubuh besar itu seolah diangkat oleh sesuatu yang tak kasat mata.
Gio, Harry, dan Salsa mundur menjauh; kekuatan mereka lenyap begitu saja saat tubuh Shymporak kaku tak berdaya.
"L-lepaskan aku, Tuan." Dia melirih, napasnya tercekat dan sepertinya sebentar lagi akan hilang.
"Kau pikir aku bodoh?" Pria berjubah hitam yang pernah melukai Dara muncul dari kegelapan. Dengan tangan terkepal, dia tampak seperti mencekik sesuatu di udara. Telekinesisnya begitu kuat, tak terlihat namun nyata.
"Kau sangat menyedihkan. Aku cukup menyesal menciptakan makhluk sepertimu," ujarnya.
Shymporak terdiam, sibuk mengatur napas meski tampak mustahil bertahan.
"Aku tidak mengerti, kenapa kau begitu ingin menghancurkan rumahmu sendiri." Suaranya serak, penuh dengan amarah, namun meski begitu ada sesuatu yang terasa menyedihkan di setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Azhrael ...," bisik Shymporak, untuk pertama kalinya menyebut nama tuannya. Dia sebenarnya sudah lama ingin mengatakan itu, namun, dia tahu hal itu akan melukainya.
Untuk seorang yang mengetahui Azhrael sejak dulu, dia merasa iba padanya. Dia tahu, jika saja Jessy dan Azhrael bersama, pasti Hestropryk tidak akan ada dan dia tidak akan tercipta di dunia ini. Katakanlah, Hestropryk adalah rasa sakit dari Azhrael, dan rasa sakit itu menciptakan Shymporak, makhluk berbulu imut yang bisa berubah wujud. Shymporak adalah teman pertama dan makhluk pertama yang diciptakan Azhrael setelah sakit hatinya.
Memutuskan untuk berkhianat adalah hal yang begitu sulit bagi Shymporak. Namun, setelah kejadian hari di mana Lestari menyadarkannya, dia tahu bahwa dengan terus berada di bawah kemarahan Azhrael, hidupnya hanya akan sia-sia, meski tahu bahwa akhirnya neraka adalah akhir baginya. Setidaknya, ada kebaikan yang dia lakukan di akhir hidupnya.
"M-maafkan aku ...." Shymporak melirih untuk terakhir kalinya karena setelah itu tubuhnya dimakan oleh api, menciptakan cahaya oranye yang membuat mata siapa pun yang melihatnya berair.
Gio, Salsa, Harry, Mawar, dan Dara berkumpul, menyaksikan bagaimana Shymporak berakhir di tangan penciptanya sendiri, dan semua itu hanya untuk melindungi mereka. Shymporak memilih mereka untuk menghancurkan Hestropryk. Lalu, sekarang, apakah mereka bisa melakukan hal itu? Bisakah mereka menemukan resonarka, sedangkan kekuatan mereka saja kini hilang, bahkan pedang milik Salsa pun lenyap.
Angin berhembus melayangkan abu makhluk yang semula membantu mereka dalam perjalanan. Udara menjadi semakin dingin dan mencekam, apalagi ketika Azhrael menatap mereka dengan tatapan buas.
"Sekarang, kalian tidak memiliki kekuatan, bukan? Aku rasa kalian juga akan berakhir di sini, sama seperti orang-orang terdahulu kalian," katanya dengan senyum yang mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Key [END]
FantasyLima siswa SMA terjebak dalam sebuah insiden aneh ketika mereka diperintahkan untuk membersihkan gudang sekolah yang sudah lama terbengkalai. Di tengah kesibukan, Mawar menemukan sebuah radio tua dan tanpa sengaja memicu bencana yang membawa mereka...