Chapter 15. Rencananya

9 5 3
                                    

🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃

Kakinya melangkah cepat, diselimuti asap hitam yang melingkar di sekitarnya, pertanda bahwa dia sedang dalam keadaan marah. Hewan-hewan aneh yang dilewatinya menunduk ketakutan, sesekali dia mengeluarkan kekuatan hitamnya untuk menyingkirkan makhluk ciptaannya yang menghalangi jalan. Sosoknya benar-benar menakutkan.

Shymporak yang baru kembali ke rumah dikejutkan dengan kedatangan tuannya. Pria bermata elang itu telah menyambut dirinya di depan gerbang neraka. Baru saja dia akan menyapa, tubuhnya tiba-tiba melayang, lehernya tercekik, napasnya tersendat.

"Berani-beraninya kau memberikan kekuatan pada anak-anak bumi itu!" Teriak tuannya, penuh amarah.

Shymporak mencoba melepaskan cengkeraman di lehernya, namun semakin dia meronta semakin kuat cekalan tuannya. "A-aku—"

"Kau ingin melawanku, hah?!" bentak tuannya semakin keras.

"A-aku memiliki alasan!" Shymporak berusaha mengucap dengan susah payah. Beruntung, cengkeraman itu akhirnya dilepaskan.

Dia terjatuh, hampir kehilangan nyawa, dan buru-buru menarik napas panjang untuk memulihkan kesadarannya.

"Apa yang sedang kau rencanakan?" tanya pria bermata elang itu dingin. Meskipun dia adalah orang yang menciptakan Shymporak, tapi tetap saja dia tidak memiliki kuasa untuk mengendalikannya seperti makhluk-makhluk ciptaannya yang lain. Shymporak adalah makhluk yang spesial, memiliki emosi dan kehendaknya sendiri.

"Cepat jelaskan padaku!" Tuannya kembali memerintah, kali ini dengan nada yang lebih tajam.

Dengan gerakan tangan, pria itu menciptakan sebuah kursi singgasana dan duduk di atasnya dengan penuh keangkuhan. Dia menatap Shymporak yang berlutut di hadapannya, masih mencoba memulihkan diri. Meski marah, pria itu masih membutuhkan Shymporak—itulah sebabnya dia belum membunuhnya.

"Izinkan aku untuk menjelaskan, Tuan," kata Shymporak sambil menunduk. Tuannya hanya menggerakkan tangan, memberi isyarat untuk melanjutkan.

"Maafkan aku karena tidak memberitahumu lebih awal. Aku hanya ingin membuat permainan ini lebih menarik, Tuan. Jika mereka memiliki kekuatan, Anda bisa bermain dengan mereka, menyerang mereka secara langsung. Menurutku, itu lebih menyenangkan daripada hanya mengamati dari jauh. Anda bisa menunjukkan kekuatan dahsyat Anda pada mereka, kekuatan yang tak tertandingi," jelas Shymporak diakhiri dengan sanjungan halus, berharap bisa meredakan amarah tuannya.

Pria itu menyentuh dagunya, berpikir keras mencerna penjelasan Shymporak. Setelah beberapa saat, dia tersenyum lebar—senyum yang bagi siapa pun tampak seperti ancaman yang perlahan mendekati maut.

"Aku mengerti maksudmu. Tapi, mengapa kau tidak melakukan ini dari dulu?" tanya pria itu dengan suara yang lebih rendah.

"Karena menurutku manusia-manusia itu tidak menarik, yang kali ini berbeda Tuan," jawab Shymporak dengan penuh rasa hormat.

The Hidden Key [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang