🍃🍃🍃
Jessy memandangi tetesan air hujan dari balik jendela. Biasanya ada ketenangan dalam air yang jatuh dari langit itu, namun kali ini kebimbangan datang bersahutan dengan gemuruh petir yang memekik di telinga. Sepertinya Aspodius telah melancarkan aksinya untuk mencuci otak Azhrael di atas sana.
Sentuhan lembut yang selalu dia kenal tak membuatnya bergeming dari tempat. Dia cemas memikirkan masa depan anak cucunya nanti ketika dia telah tiada.
"Kenapa kau terlihat sangat khawatir? Sedang memikirkan apa?" tanya Rudolf, laki-laki bumi yang sangat dia cintai.
Jessy menggeleng pelan. "Aku hanya takut hujan akan menggenang Desa Dapron," kilahnya.
Rudolf tertawa pelan, merasa bahwa istrinya sedang bercanda. "Tidak mungkin, Jes. Desa Dapron itu ada di dataran tinggi; jelas air tidak akan bisa naik ke mari."
"Kau benar. Mungkin karena aku juga takut dengan suara gemuruh petir di luar sana," ujarnya sambil tetap menatap ke luar jendela.
Rudolf berjalan mendekatinya dan memeluk Jessy sambil mengusap perutnya yang membuncit. "Masih takut? Ibu hamil tidak boleh takut, stres, atau sedih. Kau tahu itu, kan?"
Wanita itu mengangguk pelan. "Iya, baiklah."
Perasaannya tiba-tiba tak tenang. Semua ini karena kejujurannya. Rudolf dan semua orang di bumi tak tahu siapa Jessy sebenarnya. Dia terlalu takut untuk jujur, mungkin Rudolf tak akan menerimanya. Jessy hanya mengatakan bahwa dia hidup sebatang kara dan tinggal di hutan bersama para hewan di dalamnya. Meskipun terdengar tidak logis, mereka percaya bahwa Jessy adalah manusia yang dilindungi dewa, sebuah berkah.
Namun, di balik itu semua, dia khawatir dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Dia yakin, akan ada sebuah hal besar yang akan membayang-bayangi manusia.
*****
Sepuluh tahun berlalu ...
Jessy memiliki lima anak yang lucu. Dia bahagia bersama keluarganya. Namun, semakin hari dia semakin merasa takut karena menyembunyikan semuanya dengan rapi.
Pada suatu pagi, Jessy berjalan tergesa-gesa menuju hutan, mengabaikan anak-anaknya yang masih tertidur pulas dan setelah Rudolf berangkat kerja. Namun yang tidak diketahui oleh Jessy, suaminya kembali pulang setelah menyadari kotak makannya tertinggal di atas meja. Rudolf mendapati istrinya memasuki hutan, lalu mengikutinya diam-diam.
Jessy memelankan langkahnya ketika tiba di atas bukit. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya—sebuah kunci biru, penghubung antara dunia manusia dengan dunia para dewa. Tidak ada yang tahu tentang ini, bahkan para dewa sekalipun, kecuali dewa tertinggi. Jessy membuka telapak tangannya, dan terciptalah sebuah portal biru tua yang siap melahap siapa saja yang masuk ke dalamnya.
Jessy masuk ke dalam untuk menemui dewa tertinggi. Tanpa sepengetahuannya, Rudolf yang dilanda kebingungan ikut masuk ke dalam portal. Dia terkejut dengan dunia di balik portal tersebut, seperti berada di atas awan. Dia mengedarkan pandangan mencari istrinya namun tak menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Key [END]
FantasyLima siswa SMA terjebak dalam sebuah insiden aneh ketika mereka diperintahkan untuk membersihkan gudang sekolah yang sudah lama terbengkalai. Di tengah kesibukan, Mawar menemukan sebuah radio tua dan tanpa sengaja memicu bencana yang membawa mereka...