🍃🍃🍃
Saat mereka berlari berpencar, bayangan-bayangan itu seolah-olah hidup, bergerak cepat mengikuti langkah mereka. Kabut hitam semakin pekat, menghalangi pandangan, namun Mawar tetap memegang radio erat-erat. Dia terus memancarkan sinyal, memastikan bahwa mereka tetap terhubung meskipun terpisah.
Anugerah dari koin pemberian Pangeran Edrian, membuat mereka lebih kuat dari sebelumnya. Selain mendapatkan kembali kekuatannya, kini mereka bisa berinteraksi jarak jauh menggunakan telepati dan melihat petunjuk arah yang dipancarkan oleh Mawar melalui radio. Itulah sebabnya mereka tidak takut untuk berpencar.
"Lari, kita terus lari! Jangan sampai memperlihatkan kekuatan kita," ujar Gio lewat batinnya.
Mendengar instruksi itu, keempat temannya langsung mengangguk. Rencana mereka adalah untuk terus menyembunyikan kekuatan sampai pada saat yang tepat. Apapun kondisinya, sesulit apapun, mereka tidak boleh menggunakannya.
Namun langkah mereka terhenti ketika kabut makin pekat, menelan segala bentuk di sekitar. Pohon-pohon hilang dari pandangan, begitu pula tanah yang sebelumnya dapat mereka injak. Mereka benar-benar tersesat dalam pekatnya kabut yang membawa suara-suara samar, bisikan yang seolah berasal dari ingatan mereka sendiri.
"Sial! Kita terkepung," rutuk Harry dalam hati.
Keempat temannya ikut mengumpat, merasa buntu dan mendapati diri di tengah kabut yang mengungkapkan bayangan kehidupan mereka masing-masing. Azhrael sepertinya sengaja mempermainkan ingatan mereka, memunculkan kenangan manis dan pahit yang membuat mereka rindu dan hancur dalam waktu bersamaan.
Harry, yang tengah melangkah untuk mencari jalan keluar, tiba-tiba terhenti ketika sosok kedua orang tuanya muncul di depannya. Mereka memeluknya dengan hangat, membelai rambutnya, dan mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.
“Kita mulai semua dari awal ya, Harry,” ucap wanita yang selalu dia panggil Mamah. Matanya yang teduh menatap Harry penuh harap, tangannya membelai pipinya, lembut membujuk Harry menuju dapur. Di sana, meja makan yang biasanya kosong kini dipenuhi makanan favoritnya.
“Mamah udah masak khusus buat anak kesayangan Mamah,” ujar ibunya sambil tersenyum manis.
“Kamu harus cobain masakan Mamah. Enak banget, sampai Papah nggak pernah makan di luar lagi setelah nyobain,” tambah ayahnya dengan tawa hangat.
Orang tuanya mempersilakannya duduk, namun Harry hanya menggeleng. Wajahnya datar, tapi air mata perlahan menetes di pipinya, membuat kacamatanya berembun. Meski tangan ibunya mencoba menghapus air matanya, cairan itu justru mengalir makin deras.
Harry memalingkan tubuhnya, bersiap berlari menuju pintu keluar. Namun langkahnya terhenti ketika suara ibunya menggema di telinganya.
“Harry! Kamu nggak sayang lagi sama Mamah? Kamu benci Mamah?” tanyanya dengan nada marah yang menusuk hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Key [END]
FantasiLima siswa SMA terjebak dalam sebuah insiden aneh ketika mereka diperintahkan untuk membersihkan gudang sekolah yang sudah lama terbengkalai. Di tengah kesibukan, Mawar menemukan sebuah radio tua dan tanpa sengaja memicu bencana yang membawa mereka...