🍃🍃🍃
Batang pohon yang seharusnya tegak dan menjulang tinggi sebagai tempat persinggahan beberapa hewan kecil yang bersembunyi dari sang pemangsa, kini harus rela rumahnya ambruk dicacah oleh makhluk buas yang kehilangan kendali. Beberapa pohon tumbang dan hancur lebur. Kebiasaan buruknya kembali, dia tidak bisa menahannya.
"Argh! Sialan! Bagaimana caranya aku bisa memenangkan permainan ini? Aku lelah!" teriaknya, tanpa memedulikan siapa pun yang mungkin mendengar.
Kewarasannya sudah hilang, setelah mendengar kabar dari Ophidion bahwa pria itu telah menyerang salah satu anak dari Bumi, dan dia seorang yang memiliki kekuatan pemulihan. Tuannya tahu betul apa yang dapat menyebabkan hal fatal, dan dia berhasil satu langkah di depannya. Mungkinkah tuannya sudah tahu mengenai ini sejak awal?
"Argh! Dewa, aku mohon bantu aku," ujarnya, menadahkan tangannya yang dihiasi kuku menyeramkan dengan bulu-bulu yang berubah merah menyala.
Dia teringat tentang dirinya, tidak mungkin dewa mau berbaik hati pada iblis sepertinya. Bagaimanapun, dia adalah salah satu makhluk ciptaan tuannya yang berarti akan menjadi pengikutnya sampai ke neraka. Sial! Kenapa dia harus terlahir seperti ini?
"Kau bodoh sekali, Shymporak."
Desisannya selalu berhasil membuatnya naik darah. Ular itu, tidak bisakah dia mati saja?
"Aku rasa kau tidak akan selamat dari permainan ini," kata Ophidion dengan nada angkuh seperti biasanya.
"Selamat atau tidak, tempat terakhirku tetaplah neraka," balas Shymporak dingin.
Makhluk berbulu yang kini berwujud raksasa itu menatap tajam ke arah Ophidion. Dia berpikir, bisakah dia mencekik ular itu sekarang? Apakah Ophidion akan mati? Ah, ide buruk. Ular itu hanya akan memperburuk segalanya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau ingin membunuhku? Ayo, bunuh saja," ucap Ophidion menantang.
Ular itu berdesis, menatapnya remeh, seolah berkata bahwa nyawa Shymporak ada dalam genggamannya.
"Tidak usah menggangguku, aku malas bertemu denganmu," ujar Shymporak dengan enggan.
"Kau pikir aku senang bertemu denganmu?" tanya Ophidion. Dia tertawa pelan, mengejek. "Aku tidak akan ke sini jika bukan karena Tuan."
Makhluk berbulu itu melebarkan matanya, seketika tubuhnya kembali berubah ke bentuk yang lebih mungil dan lucu. Dia merasa akan ada hal besar yang akan dilakukan Tuannya. Dia harus bergegas.
"Hei! Aku belum selesai berbicara!" teriak Ophidion ketika Shymporak berlari cepat masuk ke hutan tanpa berkata apa-apa.
Ophidion mengerutkan alis, geram. "Tcih, dia pasti akan meminta belas kasih pada Tuan. Benar-benar makhluk yang menjijikkan," gumamnya sebelum kembali berdesis dalam kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Key [END]
FantasyLima siswa SMA terjebak dalam sebuah insiden aneh ketika mereka diperintahkan untuk membersihkan gudang sekolah yang sudah lama terbengkalai. Di tengah kesibukan, Mawar menemukan sebuah radio tua dan tanpa sengaja memicu bencana yang membawa mereka...