Chapter 11. Berbuat Kebaikan

13 6 5
                                    

🍃🍃🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃🍃🍃

Suara air sungai yang mengalir menjadi melodi yang menenangkan. Setidaknya, untuk sejenak mereka bisa menikmati alam di dunia asing yang mereka tempati.

"Wuah! Seger banget!" seru Gio setelah meminum airnya dan membasuh wajahnya.

"Iya, berasa hidup lagi," sahut Harry yang melakukan hal sama dengan temannya itu.

Dara, Salsa dan Mawar juga melakukannya, sejenak untuk membuat tubuh mereka sejuk. Air ini begitu jernih dan berkilau seolah berasal dari surga.

"Konon katanya, sungai ini adalah air minum untuk para dewa dan dewi. Karena memang, hutan ini tidak pernah tersentuh oleh manusia lain. Hahaha ... jangankan untuk meminum air di sini, mendengar nama hutan ini saja mereka sudah ketakutan," terang Edrian yang duduk di dekat pohon besar.

"Memang menyeramkan, kan? Kau saja sampai berubah seperti ini," sahut Salsa. Gadis itu kini duduk di samping Edrian dan menyandarkan kepalanya ke tubuhnya. "Edrian, kau tidak mau membawaku jalan-jalan dengan cara terbang? Sebelum kau kembali menjadi seorang pangeran," tanyanya.

"Salsa, lo gak usah aneh-aneh deh. Kita datang ke sini bukan buat tamasya, tapi buat sebuah misi," celetuk Harry yang kini sudah ada di sampingnya.

Salsa mendelik menatapnya, entah kenapa dia selalu sewot padanya padahal dia yakin tidak pernah melakukan kesalahan apa pun. "Gue juga tahu, kita gak boleh lama-lama di sini atau ingatan kita bakalan hilang selamanya. Tapi setidaknya, kan? Kita punya kenangan dari dunia ini."

Dara terlihat berpikir sejenak, mencerna setiap kata yang ucapkan Salsa. Dia hampir lupa dengan kata-kata makhluk aneh itu, gara-gara naga ini dia jadi tidak bisa menceritakan hal yang membuatnya trauma kepada keempat rekannya.

"Eh, bukannya kita harus berbagi cerita, ya? Biar ingatan kita gak hilang," ujar Mawar yang ikut menyelonjorkan kakinya di samping Harry.

"Iya, gue hampir lupa." Harry melirik pada Gio yang masih asik bermain di sungai yang dangkal. "Woi! Lo gak mau gabung?" teriaknya.

Gio menoleh, menaikkan alisnya. "Ngapain? Gue lapar nih, lagi nyari ikan," katanya.

"Hah! Gue juga laper ...." Salsa mengusap perutnya yang mulai berbunyi nyaring.

"Kamu lapar?" tanya Edrian tiba-tiba.

Salsa mengangguk. "Banget, udah mah kemarin gue belum sarapan, di tambah istirahat gak jajan, terus tiba-tiba malah masuk dunia asing. Makin plus-plus perut gue." Dia mengoceh, mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Baiklah, aku akan mencarikanmu makanan," ujar Edrian.

Salsa menegakkan tubuhnya ketika sang naga beranjak dari tempat duduknya. Tubuhnya yang besar dan kakinya yang kuat masuk ke dalam sungai, kepalanya di masukan ke dalam air seperti sedang mencoba untuk memancing. Salsa terus memperhatikan sang naga dan hal itu membuat Harry menajamkan matanya. Entah kenapa, tapi yang jelas suasana hati Harry jadi buruk.

The Hidden Key [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang