🍃🍃🍃
Suasana berubah tegang ketika Mawar mengatakan itu. Udara yang tadinya terasa sejuk perlahan menjadi berat, dan angin hutan mulai bertiup lebih kencang. Mereka semua berhenti berjalan, berdiri diam dengan waspada. Mawar memegang radio semakin erat, seolah perangkat tua itu adalah satu-satunya yang bisa memberi petunjuk. Mereka saling pandang, ketakutan mulai menjalari hati mereka, namun tak ada yang berani mengucapkannya.
Suara desisan terdengar dari balik semak, semakin lama semakin jelas. Keluarlah sesosok ular besar yang siap melilit mereka secara bersamaan. Sisiknya berwarna cokelat gelap, dengan corak khas berwarna emas. Matanya merah menyala tajam dan penuh kebencian, seolah-olah bisa menembus jiwa siapa pun yang berani menatapnya. Kepalanya dihiasi tanduk-tanduk kecil di sepanjang punggung leher, memberikan aura kegelapan yang kuat. Giginya tajam dan panjang seperti pedang.
Gio meneguk ludah dengan kasar, berpikir bagaimana mereka bisa melawan ular yang besarnya sepuluh kali lipat dari mereka.
"Kalian pikir perjalanan ini akan mudah? Tidak, aku akan menghalangi jalan kalian," kata ular itu.
Mereka terkejut ketika mengetahui hewan yang mereka hadapi bisa berbicara, itu tandanya makhluk yang mereka lawan kali ini bukanlah lawan yang mudah.
"Siapa kau?" tanya Dara dengan penuh keberanian.
"Aku Ophidion, utusan dari dewa kegelapan," jawab ular itu dengan nada menyombongkan diri.
"Ophidion, makhluk mitologi yang bisa memanipulasi bayangan, dapat bersembunyi di balik kegelapan, dan menyerang dengan kecepatan luar biasa. Dikatakan juga bahwa dia dapat mengendalikan pikiran makhluk lemah dengan tatapan matanya, serta suara desisannya dapat membawa kutukan bagi siapa pun yang mendengarnya."
Semua mata tertuju pada Harry. Dia menjelaskan secara rinci kekuatan musuh yang akan mereka hadapi. Terdengar sulit untuk mengalahkannya.
"Wah, ternyata kau pintar juga. Tapi, tenang saja, kekuatanku belum sepenuhnya pulih. Namun, setelah aku mengalahkan salah satu dari kalian, kekuatan yang dianugerahkan dewa padaku akan kembali," Ophidion tertawa puas.
"Sombong amat! Maju sini, gue hajar pake pedang sakti gue," teriak Salsa sambil menodongkan senjatanya.
Mawar memegang tangan Salsa, mengisyaratkan agar gadis itu menurunkan pedangnya. Dilihat dari segi manapun, tampaknya mereka tidak akan menang melawan ular itu. Mereka masih belum tahu cara mengendalikan kekuatan masing-masing, masih perlu mengasah kemampuan mereka.
Ophidion menghentikan tawanya dan memicingkan mata ke arah Salsa. Namun, bukan itu yang menarik perhatiannya, melainkan gadis di samping Salsa. Gadis bermata cokelat dengan poni yang menghiasi dahinya—dia merasa tidak asing dengan sorot mata itu.
"Kau, bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya Ophidion.
Mereka berlima mengerutkan dahi, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan ular itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Key [END]
FantasyLima siswa SMA terjebak dalam sebuah insiden aneh ketika mereka diperintahkan untuk membersihkan gudang sekolah yang sudah lama terbengkalai. Di tengah kesibukan, Mawar menemukan sebuah radio tua dan tanpa sengaja memicu bencana yang membawa mereka...