Melawan Arus: Tugas Investigasi

44 3 0
                                    


Suasana di kantor Denting Surabaya Media pagi ini terasa lebih tegang dari biasanya. Semua orang tengah sibuk menyelesaikan laporan liputannya di depan layar laptop. Tak terkecuali gadis manis bernama Dahayu Rinjani Prameswari. Dahayu atau Ayu, seorang wartawan investigasi muda yang berusia 24 tahun. Dahayu merupakan salah satu wartawan investigasi di Denting Surabaya Media. Sejak insiden perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan kekasihnya tiga tahun lalu, Dahayu menutupi kesedihannya dengan sibuk bekerja sebagai jurnalis. Ia menjauhi hubungan yang terlalu serius.

Di dalam pikirannya saat ini, kebenaran adalah hal yang paling utama, dan segala yang lain hanyalah gangguan baginya. Meski usianya masih terbilang sangat muda, tapi pengalamannya di dunia media tidak dapat diragukan. Ia merupakan yang wartawan investigasi yang kompeten, tegas, dan tak mudah goyah. Banyak kasus besar yang berhasil ia ungkap ke masyarakat. Kunci yang selalu ia pegang setiap melakukan investigasi, adalah selalu bersikap objektif dan tidak terlibat perasaan emosional.

Dahayu yang telah malang melintang dalam berbagai liputan, merasa ada sesuatu yang berbeda ketika dipanggil oleh atasannya, Pak Candra, ke ruangannya. Biasanya, panggilan seperti ini berarti ada tugas besar menanti. Dahayu mengetuk pintu ruangannya dan mendengar suara berat Pak Candra dari dalam,

"Masuk, Dahayu."

Ia mendorong pintu dan masuk dengan senyum tipis, meskipun dalam hatinya ia merasa sedikit cemas.

"Ada apa, Pak? Panggil saya pagi-pagi begini, pasti ada sesuatu yang penting, ya?" tanyanya sambil duduk di kursi depan meja atasan.

Pak Candra, dengan wajah seriusnya, langsung membuka pembicaraan tanpa basa-basi. "Dahayu, aku punya tugas besar untukmu. Ini bukan tugas biasa, dan aku tahu kau adalah orang yang tepat untuk ini."

Dahayu mencondongkan tubuhnya sedikit, penasaran. "Apa itu, Pak? Saya siap," jawabnya, berusaha menenangkan detak jantungnya yang mulai berdebar lebih cepat.

Pak Candra meletakkan beberapa dokumen di depannya. "Kita baru saja mendapat informasi tentang kasus korupsi besar di Solo. Kasus ini kemungkinan melibatkan politikus terkenal, Daryono Sudrajat. Ada indikasi kuat bahwa uang negara telah diselewengkan dalam jumlah yang sangat besar. Ini akan menjadi investigasi yang berisiko."

Dahayu mengangkat alisnya, terkejut tapi juga tertantang. "Kasus korupsi di Solo? Apakah kita punya data awal?"

Pak Candra mengangguk, lalu menunjuk dokumen di depannya. "Hanya ada beberapa informasi yang kita terima. Sebagian besar informasi diduga telah dimusnahkan oleh orang-orang yang memihak Daryono."

"Aku ingin kau ke Solo, melakukan investigasi langsung di lapangan. Berbicara dengan sumber-sumber, mengumpulkan bukti, dan menggali lebih dalam."

Dahayu menatap dokumen-dokumen itu, merasa jantungnya semakin berdegup kencang. Tugas seperti ini bukanlah hal baru baginya, tetapi setiap investigasi besar selalu membawa risiko yang tidak terduga.

"Solo... Ini melibatkan nama politkus besar. Apakah kita sudah siap menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang mungkin terlibat, Pak?"

"Itulah sebabnya aku memilihmu. Karena aku tahu kemampuanmu dalam mengelola tekanan dan kau punya naluri tajam dalam investigasi semacam ini."

"Namun, perlu diingat, kita juga harus sangat berhati-hati. Jangan membuat gerakan yang terlalu mencolok sampai kita benar-benar punya bukti kuat."

Dahayu terdiam sejenak, memikirkan risiko yang mungkin ia hadapi. Namun, keberanian dalam dirinya mulai tumbuh. Ini adalah kesempatan besar, kesempatan untuk mengungkap kebenaran yang mungkin tersembunyi selama bertahun-tahun. "Baik, Pak. Saya akan pergi ke Solo secepatnya. Tapi, saya butuh tim pendukung yang solid. Investigasi ini tidak bisa saya kerjakan sendirian."

DIBALIK LAYAR KOTA SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang