Dua Wajah Herdi: Diantara Kebenaran Dan Pengkhianatan

14 2 0
                                    

Saat matahari berganti bulan, Dahayu akhirnya tiba di rumah Taufik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat matahari berganti bulan, Dahayu akhirnya tiba di rumah Taufik. Rumah itu berada di pinggiran Solo, tampak sederhana dengan pagar yang sudah mulai berkarat. Dahayu merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Sejak Sarjono menyebut nama Taufik, ia tahu bahwa pria ini memegang kunci penting dalam pengungkapan kasus korupsi yang melibatkan Daryono Sudrajat.

Dengan hati-hati, Dahayu mengetuk pintu. Suara ketukan terdengar nyaring di keheningan malam. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka perlahan, dan seorang pria paruh baya dengan wajah penuh kerutan berdiri di ambang pintu.

"Taufik?" tanya Dahayu pelan, memastikan identitas pria di depannya.

"Ya, siapa Anda?" jawab Taufik dengan nada curiga.

"Saya Dahayu, wartawan. Saya datang untuk berbicara tentang Daryono Sudrajat. Pak Sarjono menyebut nama Anda."

Mendengar nama Sarjono, ekspresi wajah Taufik berubah. Matanya tampak penuh kekhawatiran, tapi akhirnya ia mengangguk. "Masuklah."

Dahayu melangkah masuk ke dalam rumah yang sederhana. Mereka duduk di ruang tamu kecil yang hanya diisi beberapa perabot usang. Taufik tampak gelisah, sesekali melirik ke jendela seperti memastikan tak ada yang mengawasi.

"Sarjono benar," ucap Taufik memulai pembicaraan, suaranya pelan tapi tegas. "Daryono Sudrajat adalah dalang di balik semua ini. Dan saya tahu terlalu banyak."

"Apa yang Anda tahu tentang aliran dana proyek korupsi itu?" tanya Dahayu langsung ke inti.

Taufik menghela napas panjang. "Bukan hanya soal dana. Ini lebih dari itu. Daryono membangun sebuah jaringan kekuasaan yang mengakar. Dan mereka tak segan-segan menghancurkan siapa saja yang mencoba melawan."

Setelah beberapa saat hening, Taufik tampak ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya bangkit dari kursinya. "Tunggu di sini," katanya sambil berjalan ke ruang lain. Tak lama kemudian, ia kembali membawa sebuah amplop besar dan lusuh. "Ada sesuatu yang mungkin akan mengejutkanmu."

Dahayu menatap amplop itu dengan penuh rasa ingin tahu. Ia membuka perlahan dan menemukan serangkaian foto keluarga. Salah satu foto yang menarik perhatiannya adalah foto Daryono bersama wanita dan seorang laki-laki yang terlihat tidak asing baginya.

"Ini siapa?" tanya Dahayu bingung, menatap foto itu dengan seksama.

Taufik tersenyum tipis. "Itu Daryono dengan istri dan anaknya. Anak itu... bernama Herdiansyah Pratama Sudrajat."

Dahayu terhenyak, matanya melebar tak percaya. "Herdi?" suaranya nyaris berbisik.

"Ya," lanjut Taufik. "Herdi adalah anak dari Daryono. Sayangnya dia tidak tahu mengenai kebusukan ayahnya, tapi keluarganya terkait erat dengan semua yang sedang kamu selidiki."

Dahayu terdiam sejenak, pikirannya berputar-putar. Ia tidak pernah menyangka bahwa pria yang dikenalnya itu ternyata bagian dari keluarga besar Daryono.

"Besok saya harus bertemu dengan Herdi," kata Dahayu tegas, matanya kini penuh dengan tekad.

Taufik menatapnya dengan serius. "Kamu harus hati-hati, Nak. Daryono tidak akan tinggal diam jika kamu mulai mendekati keluarganya."

Dahayu mengangguk, memahami risiko yang akan ia hadapi. "Saya tahu, tapi saya harus melakukannya. Ini satu-satunya cara untuk mengungkap semua kebenaran."

Setelah mendapatkan informasi penting itu, Dahayu berpamitan pada Taufik dan segera keluar dari rumahnya. Pikirannya kini penuh dengan pertanyaan tentang Herdi. Siapa dia sebenarnya? Dan apakah dia tahu tentang keterlibatan ayahnya dalam kasus korupsi besar ini? Malam itu terasa panjang bagi Dahayu. Tidurnya gelisah, dibayangi oleh gambaran wajah Herdi dan keluarganya. Besok pagi, ia harus menemukan jawaban, dan pertemuan dengan Herdi akan menjadi kunci penting dalam penyelidikan ini.

DIBALIK LAYAR KOTA SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang