Garis Korupsi dan Romansa di Solo

22 3 0
                                    


Investigasi yang dilakukan oleh Dahayu tidaklah mudah. Meski dibantu oleh beberapa rekan di kantor cabang Solo, namun bukti yang diperoleh masih terasa samar. Politikus satu ini sangat lihai dalam menyembunyikan jejak korupsinya. Namun sebagai wartawan investigasi yang sudah menangani banyak kasus, Dahayu yakin bahwa dibalik topeng Daryono yang bersih, ada kegelapan yang menunggu untuk dibuka. Dahayu memulai penyelidikan dengan menemui beberapa narasumber lokal yang dianggap memiliki informasi mengenai kasus Daryono. Salah satunya, seorang pegawai pemerintah yang tak ingin disebutkan namanya. Ia memberi Dahayu sebuah informasi penting tentang aliran dana gelap yang mengarah pada perusahaan fiktif yang dikelola oleh beberapa kerabat Daryono.

"Ini bukan hanya tentang politik, Mbak Ayu. Ini lebih besar dari itu. Ada jaringan yang lebih luas yang terkait dengan keuangan ini," kata narasumber tersebut.

Beberapa orang yang diwawancarai sengaja bersikap defensive. Mereka menolak untuk memberikan informasi lebih jauh dan detail mengenai Daryono. Seperti ada ketakutan hitam yang melingkupi Solo. Seolah-olah siapapun yang berbicara melawan Daryono akan mendapatkan hukuman yang sangat kejam. Hal ini membuat Dahayu semakin penasaran dan bertekad untuk menggali lebih dalam. Dahayu menghabiskan waktu berhari-hari melakukan wawancara dengan orang-orang yang pernah bekerja dengan Daryono. Setiap percakapan, setiap dokumen yang ia temukan, mulai mengarah pada satu kesimpulan yaitu Daryono tidak bekerja sendiri. Ada banyak jaringan yang lebih besar di belakangnya, dan Daryono hanya satu dari sekian banyak pelaku dalam skandal korupsi yang menggerogoti pembangunan Solo.

Setelah melakukan wawancara dengan beberapa pihak, Dahayu mampir ke Alun-alun Solo untuk beristirahat sejenak. Pepohonan yang rindang di sekeliling memberi kesan serta suasana yang damai bagi pengunjung. Diantara keramaian ada beberapa orang yang sedang asik berolahraga. Terlihat juga seorang pria yang tengah berlari santai mengelilingi lapangan.

Pria itu adalah Herdi, mantan atlet silat yang kini bekerja sebagai polisi, menikmati rutinitasnya dengan langkah kaki yang mantap. Fokus pada setiap detak langkah kakinya dan ritme napasnya, ia merasakan ketenangan. Namun, di tengah aktivitasnya, kedua bola matanya menangkap sosok wanita cantik yang sedang duduk di bangku taman. Wanita itu tak lain adalah Dahayu, yang terlihat asyik dengan kamera dan laptop yang ia bawa. Raut wajahnya serius, seolah Dahayu telah terbenam dalam pekerjaan.

Saat pertama kali melihat Dahayu, Herdi tak hanya terkesima dengan kehadirannya di tempat umum dengan begitu banyak barang kerja. Namun, ada hal lain yang membuat Herdi merasa heran sekaligus tertarik. Paras dan kecantikan Dahayu begitu menonjol di matanya. Wajahnya terlihat begitu anggun dengan mata yang fokus pada layar laptop, rambutnya yang tergerai dihembus angin sore, dan gerak-gerik tangannya yang lincah menyentuh tombol-tombol laptop membuat Dahayu tampak mempesona.

Herdi tersadar, ada dorongan dalam dirinya untuk mendekat. Sesuatu yang tak bisa ia abaikan. Dia jarang merasa seperti ini, tertarik pada seseorang hanya dari sekali pandang. Saat menyelesaikan beberapa putaran, Herdi berhenti di dekat bangku tempat Dahayu duduk. Ia mengambil handuk dan air minum dari tas olahraganya, dan tanpa disadari, mereka saling bertatapan sejenak. Saat mata mereka bertemu, jantung Herdi berdetak lebih cepat. Dahayu memberikan senyuman singkat sebagai bentuk sopan santun, tapi bagi Herdi, senyuman itu sudah cukup membuatnya semakin tertarik. Herdi tersenyum kecil, menyadari dirinya sedang memperhatikan Dahayu dengan begitu intens. Ia merasa seolah terhipnotis oleh aura wanita itu.

"Selamat pagi," sapa Herdi, berusaha memulai percakapan dengan ramah.

Dahayu langsung mengangkat pandangannya dari layar laptop. "Pagi juga," jawabnya singkat sambil tetap fokus pada pekerjaannya.

Meskipun respons Dahayu terdengar dingin, Herdi tidak menyerah begitu saja. Ada rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan. Ada sesuatu pada wanita ini yang menariknya, lebih dari sekadar kecantikan fisik. Herdi merasa dorongan yang kuat untuk mengenal Dahayu lebih dalam.

Tak ingin menyerah begitu saja, Herdi masih melanjutkan obrolannya kembali. "Kamu bekerja di sini? Aku jarang lihat orang yang olahraga tapi bawa laptop dan kamera di alun-alun."

Menndengar pertanyaan itu, membuat Dahayu tertawa kecil. Ia menyadari ada keanehan yang dirinya lakukan pada situasi tersebut. "Ah, aku di sini bukan untuk olahraga, tapi ada pekerjaan yang harus aku lakukan. Jadi, kupikir udara segar di sini dapat membantu," jawab Ayu.

"Oh, wartawan ya?" tebak Herdi, sambil melihat cara Dahayu bekerja di depan laptop lengkap dengan beberapa berkas dan draft yang ada di sampingnya.

Dahayu sedikit terkejut mendengar tebakan itu. Namun, ia hanya membalas dengan senyuman hangat. "iya, kamu benar. Aku sedang menyelesaikan laporan inestigasi." Jawab Dahayu.

Herdi mengangguk dan berjalan kearah Dahayu. "Aku Herdi, biasanya lari di sini setiap pagi atau sore. Kamu baru di Solo," kata Herdi.

Merasa percakapan mulai menarik, Ayu pun menutup laptopnya sebentar. "Iya, aku baru seminggu tinggal di Solo. Namaku Dahayu tapi juga bisa panggil saja Ayu. Aku wartawan dari salah satu media di Surabaya." jawab Dahayu.

"Selamat datang di Solo, Dahayu," kata Herdi sambil tersenyum lebar.

"Kamu pasti banyak kerjaan, ya?"

Dahayu langsug menghela napas ringan, sambil tersenyum tipis. "Iya, kasus yang sedang aku tangani lumayan rumit. Tapi Solo tempat yang menarik untuk bekerja dan... sedikit melarikan diri dari rutinitas."

Herdi menatapnya dengan rasa penasaran. "Kasus yang kamu selidiki tentang apa?" Dahayu tampak ragu untuk menjawab, tetapi kemudian ia memutuskan untuk memberi jawaban yang umum. "Kasus korupsi, melibatkan seorang politikus di Solo."

Mendengar kata "korupsi", ekspresi Herdi seketika berubah serius. Namun, dia berusaha tetap tenang. "Korupsi ya? Di kota ini banyak yang begitu, tapi berharap yang kamu tangani segera selesai."

Dahayu mengangguk. "Aku juga berharap begitu."

Percakapan mereka berlanjut dengan suasana yang lebih santai. Herdi dan Dahayu mulai membicarakan tentang hal-hal ringan, dari keindahan kota Solo, makanan khas, hingga bagaimana orang-orang di Solo hidup dengan ritme yang berbeda dibandingkan kota-kota besar lainnya.

Saat matahari mulai semakin tenggelam, Dahayu menaruh laptopnya ke dalam tas.

"Sepertinya aku harus kembali ke hotel," katanya sambil berdiri.

Herdi menatapnya dengan senyum hangat. "Semoga pekerjaannya lancar, dan semoga kita bisa bertemu lagi. Mungkin di sini, atau di tempat yang lebih santai?"

Dahayu pun tersenyum sambil membereskan barang-barangnya. "Terima kasih, Herdi. Siapa tahu kita bertemu lagi di tempat lain."

Sebelum pergi, Dahayu melangkah pelan meninggalkan alun-alun, meninggalkan Herdi yang masih berdiri dengan pandangan tak lepas darinya. Dalam hati, Herdi merasakan ada sesuatu yang berbeda tentang wanita itu. Dan tanpa disadari, hari itu menjadi awal dari sebuah kisah yang akan membawa mereka pada perasaan yang lebih dalam, serta rahasia-rahasia yang akan terungkap di kemudian hari.

DIBALIK LAYAR KOTA SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang