Bunga Terakhir

21 1 0
                                    


Malam sebelum hari pernikahan mereka, Herdi merasa sangat antusias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam sebelum hari pernikahan mereka, Herdi merasa sangat antusias. Setelah hari-hari yang penuh dengan tantangan dan rasa syukur atas kesempatan kedua dalam hidupnya, ia ingin memberikan kejutan kecil untuk Dahayu. Bunga mawar merah yang menjadi favoritnya. Ia tahu bahwa Dahayu tidak pernah mengharapkan sesuatu yang mewah, namun Herdi ingin membuat malam terakhir mereka sebagai calon suami-istri menjadi istimewa. Herdi membeli seikat bunga mawar merah yang indah dari "Toko Bunga Adwinda." Pemilik toko, seorang wanita paruh baya yang sudah mengenal Herdi sejak kecil, tersenyum hangat ketika melihatnya datang.

"Untuk Dahayu, ya?" tanya pemilik toko sambil membungkus bunga dengan kertas indah.

Herdi mengangguk sambil tersenyum, "Iya, ini malam terakhir sebelum kami menikah besok."

Setelah bunga dibungkus rapi, Herdi keluar dari toko dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Tepat pukul 10 malam, cuaca malam itu cukup sejuk. Dengan angin lembut yang membawa aroma hujan dari kejauhan. Ia melirik jam di dashboard mobil, dan merasa lega bahwa masih ada waktu sebelum Dahayu tidur. Ia ingin memastikan bahwa Dahayu mendapatkan kejutan kecil itu sebelum hari besar mereka esok. Dengan hati yang dipenuhi rasa bahagia dan sedikit tegang, Herdi mengendarai mobilnya di jalan yang sepi. Pikirannya dipenuhi bayangan senyuman Dahayu ketika menerima bunga itu. Ia bahkan sudah membayangkan ekspresi terkejutnya. Senyuman yang sudah lama tidak pernah ia lihat dengan begitu murni sejak mereka terlibat dalam kasus yang berat beberapa bulan terakhir.

Ketika lampu jalan berkelap-kelip di sekitar mobil, Herdi sempat melirik mawar-mawar di kursi sebelahnya dan berpikir betapa sederhana tapi penuh makna hadiah itu. Bunga mawar merah, simbol cinta dan pengabdian yang dalam, yang menggambarkan semua perasaan yang ingin ia sampaikan pada Dahayu. Namun, di tengah kebahagiaan yang meluap itu, tiba-tiba ada yang salah. Ketika Herdi mencoba menginjak rem saat mendekati sebuah tikungan di jalan yang curam, mobilnya tidak merespons. Rem mobilnya tidak berfungsi.

Herdi panik. Tangannya dengan cepat menggenggam erat setir, sementara kakinya mencoba menekan rem berulang kali, namun tidak ada yang berubah. Mobilnya terus melaju, dan kecepatannya semakin meningkat. Jantung Herdi berdegup kencang, adrenalin membanjiri tubuhnya. Ia menoleh ke jalan di depannya, namun jalur tersebut semakin menurun dan tajam. Herdi mencoba untuk mengendalikan mobilnya, berpikir keras mencari cara agar dapat selamat. Namun, seberapa keras ia mencoba, laju mobil tidak bisa dikendalikan. Di hadapannya, pagar pembatas jalan mendekat dengan cepat, dan dalam hitungan detik, mobilnya menghantam pagar tersebut dengan keras.

Mobil terguling sekali, dua kali, sebelum akhirnya terhenti dalam keadaan terbalik. Seikat mawar merah yang semula ada di kursi sebelahnya kini terpental keluar, kelopaknya bertebaran di seluruh jalan. Suara dentuman keras menghilang, digantikan oleh keheningan malam. Dalam sekejap, semuanya gelap. Herdi tidak merasakan apa pun.

(***)

Kabar Tragis untuk Dahayu

Sementara itu, di hotel, Dahayu sedang menyelesaikan persiapan terakhir sebelum tidur. Pikirannya tenang, penuh dengan kebahagiaan karena esok hari akan menjadi hari yang sangat penting bagi hidupnya. Pernikahannya dengan Herdi. Ia tidak sabar menunggu untuk melihat Herdi besok pagi, mengenakan setelan pengantin, tersenyum bahagia di sampingnya. Namun, di tengah malam yang damai itu, sebuah suara dari televisi yang menyala di sudut kamar menarik perhatiannya. Suara pembawa berita yang terdengar tegang membuat Dahayu melirik layar.

DIBALIK LAYAR KOTA SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang