Awal Mula Perjalanan Baru

12 1 0
                                    


(Tiga Bulan Kemudian)

Tiga bulan telah berlalu sejak pertemuan penuh emosi antara Herdi dan ayahnya di lapas. Herdi kembali bertugas di Kepolisian setelah cuti satu bulan penuh yang diberikan untuk pemulihan. Herdi kini kembali bekerja dengan tanggung jawab yang lebih besar. Ia dipromosikan menjadi Kepala Satuan Narkoba, posisi yang telah lama dinantikannya. Rekan-rekannya menyambutnya dengan hangat, bangga melihat Herdi bangkit dari cobaan hidup. Dari awal ia dikenal sebagai polisi yang berdedikasi dan berintegritas, meskipun keluarganya terlibat dalam kasus besar. Pertemuan dengan ayahnya di lapas juga memberikan perspektif baru dalam hidupnya, membuatnya lebih fokus dan pemikirannya lebih tajam. Di Kepolisian, Herdi semakin dihormati, baik oleh junior maupun seniornya.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Seiring dengan kembalinya Herdi bekerja, persidangan kasus korupsi yang melibatkan ayahnya, Daryono, semakin mendekati keputusan akhir. Suatu hari, saat sedang menyelesaikan laporan kasus di kantornya, ia menerima telepon dari ibunya.

"Di, persidangan ayahmu akan dimulai minggu depan," ucap ibunya dengan suara berat.

Herdi terdiam sejenak, mendengar kabar tersebut membuat hatinya sedikit tertekan. Meskipun hubungannya dengan ayahnya telah membaik, proses pengadilan ini akan menjadi momen yang menentukan. Ia tahu bahwa apapun hasilnya, ia akan tetap mendukung ayahnya yang kini menyesali semua perbuatannya. "Iya, Bu. Kita akan hadiri bersama," jawabnya pelan.


(*****)

Hari persidangan pun tiba. Di ruang pengadilan yang dipenuhi suasana tegang, Daryono duduk di kursi terdakwa. Wajahnya terlihat lelah, tubuhnya sedikit membungkuk, seolah beban hidup semakin berat di pundaknya. Herdi dan ibunya duduk di barisan depan, memberikan dukungan moril bagi pria yang dulu menjadi sosok yang ia idolakan. Meski berat, Herdi tahu bahwa ini adalah ujian terakhir dalam perjalanan panjang mereka sebagai keluarga. Hakim memandang berkas di hadapannya dengan serius sebelum menatap Daryono yang berdiri di kursi terdakwa. Suasana ruang sidang begitu tegang, bahkan napas pun terdengar seakan terhenti. Dengan nada tegas, Hakim memulai pembacaan vonis.

"Setelah mempertimbangkan semua bukti yang ada, serta kerja sama terdakwa selama penyelidikan, pengadilan memutuskan bahwa terdakwa, Daryono, dinyatakan bersalah atas tindak pidana korupsi besar yang melibatkan beberapa pejabat negara. Terdakwa telah melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, yang mengatur mengenai perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang merugikan keuangan negara." ucap Hakim dengan suara mantap.

"Namun, karena terdakwa telah mengakui kesalahannya dan menunjukkan itikad baik dalam membantu proses hukum, serta sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 mengenai kerja sama terdakwa dengan aparat hukum, maka hukuman yang dijatuhkan adalah 15 tahun penjara, sesuai dengan Pasal 55 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penyertaan dalam tindak pidana, dengan kemungkinan pembebasan lebih awal jika menunjukkan perilaku baik selama masa tahanan." Lanjut hakim sambil mengetuk palu.

Ruang sidang bergemuruh dengan desahan dan bisikan dari para pengunjung, namun suara Hakim terus menguasai ruangan. 

"Terdakwa juga berhak atas kemungkinan pembebasan lebih awal jika menunjukkan perilaku baik selama menjalani masa tahanan. Sidang ditutup."


Setelah sidang ditutup, orang-orang mulai beranjak, namun Herdi dan ibunya tetap di tempat. Daryono terlihat pucat dan lemah, duduk diam, seolah tak mampu bergerak. Herdi, yang mengenakan seragam polisinya, berdiri perlahan dan mendekati ayahnya, diikuti oleh ibunya. Seragam yang biasanya membuatnya merasa bangga dan tegar, kali ini justru menambah beban di dadanya. Saat ia menggenggam tangan Daryono, pria tua itu mendongak dan menatap putranya dengan mata yang berkaca-kaca.

DIBALIK LAYAR KOTA SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang