Hening Menyimpan Cinta

9 1 0
                                    

Setelah mempublikasikan hasil investigasinya tentang Daryono, Rudi, dan beberapa pejabat yang terlibat dalam kasus korupsi, Dahayu merasa lega tapi juga khawatir. Semua bukti yang dikirim oleh koneksi Herdi telah ia gunakan untuk membuka kasus besar ini, dan langkah cepat pihak berwenang sudah dimulai. Namun, pikirannya tetap pada Herdi, yang masih terbaring di rumah sakit dalam kondisi kritis. Dengan diantar oleh Lukman, Dahayu langsung menuju rumah sakit.

Sesampainya di sana, Dahayu berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Ia mencari kamar Herdi yang kata perawat baru saja dipindahkan ke ruang rawat biasa. Setiap langkahnya disertai perasaan cemas yang tak bisa ia abaikan. Setelah semua yang terjadi, setelah skandal besar yang melibatkan Daryono terungkap, pikirannya kini hanya tertuju pada satu hal, Herdi. Pria yang membantunya, yang berani mempertaruhkan keselamatannya demi mengungkap kebenaran. Herdi kini terbaring di rumah sakit, dan Dahayu merasa dirinya punya tanggung jawab untuk memastikan keadaannya.

Ketika sampai di depan pintu ruang rawat, Dahayu menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum masuk. Dahayu mengetuk dan membuka pintu. Ia mendapati ibu Herdi sedang duduk di samping tempat tidur putranya.

"Masuk saja, Nak," dengan suara lembut.

Ibu Herdi tersenyum meskipun tampak lelah. Di sisi lain, Herdi masih terbaring lemah di ranjang, dengan selang infus dan alat-alat medis yang masih terpasang. Wajahnya terlihat sedikit lebih segar daripada sebelumnya, namun jelas masih memerlukan banyak perhatian tim medis.

"Ibu..." Dahayu menyapa, lalu mendekat dengan hati-hati. Ia menoleh ke arah Herdi yang terbaring diam. "Bagaimana keadaan Herdi, Bu?" tanyanya khawatir.

Ibu Herdi menatap Dahayu dengan senyum tipis penuh ketenangan. "Herdi sudah sadar, Nak. Tapi dia masih sangat lemah. Dokter bilang dia butuh banyak istirahat," jawab sang ibu. Suaranya terdengar tenang, namun ada kekhawatiran yang dalam di matanya. "Nak Dahayu, terima kasih sudah menepati janji untuk mengungkap kebenaran demi Herdi. Saya tahu, perjalananmu tidak mudah. Ibu mewakili Herdi, sangat berterima kasih."

Dahayu merasakan kehangatan di hati mendengar kata-kata ibu Herdi. Ia berusaha menahan air mata yang hampir menetes, lalu berkata pelan, "Bu, saya hanya melakukan apa yang seharusnya. Herdi sudah berkorban banyak untuk membantu saya, dan saya tidak bisa membiarkan semua itu sia-sia. Kebenaran harus diungkapkan."

Ibu Herdi menepuk tangan Dahayu lembut. "Herdi selalu cerita tentang betapa beraninya kamu, Nak. Dan sekarang saya tahu, Herdi tidak salah jatuh cinta sama kamu."

"Ibu keluar dulu ya. Kamu disini dulu ya." Kata Ibu Herdi yang beranjak pergi


(****)

Sepuluh menit kemudian, Herdi mulai bergerak di tempat tidurnya. Matanya perlahan terbuka, dan ia menatap kedua wanita di hadapannya. Suaranya serak ketika ia memanggil, "Dahayu..."

Dahayu segera mendekat ke sisi tempat tidur Herdi. Ia merasa lega melihat Herdi sadar, meskipun pria itu masih tampak sangat lemah. "Herdi," Dahayu tersenyum kecil, "Akhirnya kamu sadar. Kau harus banyak istirahat."

Herdi berusaha tersenyum, meski kelihatannya berat. "Aku baik-baik saja... tapi, terima kasih... terima kasih karena menyelesaikan semuanya."

Dahayu menatapnya dengan mata lembut tapi tegas. "Kamu perlu makan dulu." Ia mengambil mangkuk bubur yang sudah disiapkan rumah sakit di meja kecil di samping tempat tidur Herdi. Dahayu langsung duduk di kursi di samping Herdi. "Tapi Herdi, kamu masih perlu istirahat. Kenapa kamu tidak makan malam dan istirahat dulu sebelum menemuiku di hotel malam itu? Kalau kamu makan dulu, mungkin kondisimu tidak akan separah ini," protesnya dengan nada penuh kekhawatiran.

Herdi tertawa kecil, meski wajahnya masih tampak kelelahan. "Aku terlalu khawatir tentangmu, Dahayu. Waktu itu, aku tidak punya waktu untuk memikirkan apa pun selain memastikan kamu aman."

Dahayu mendengus, meski tidak bisa menyembunyikan senyum kecil di wajahnya. "Aku tahu, Herdi, tapi kamu tetap harus menjaga dirimu. kamu tak bisa terus-menerus mengabaikan kesehatanmu. Kalau jatuh sakit seperti ini, apa yang bisa kamu lakukan?" katanya, suaranya sedikit lebih lembut sekarang.

Herdi menatap Dahayu dengan mata yang penuh syukur, lalu berbisik pelan. "Ibuku tadi cerita... tentang kalau khawatir pas aku masuk rumah sakit. Apa benar?"

Dahayu sedikit tersipu mendengar itu. Ia terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk. "Tentu saja aku khawatir, Herdi. Kamu pikir, aku tidak peduli dengan keadaanmu?"

Dahayu melanjutkan menyuapi Herdi, sementara di antara mereka terjalin keheningan yang dalam. Tatapan mata mereka bertemu, dan Di antara kelelahan dan perjuangan, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai dengan tulus. Itulah kekuatan yang akan membantu mereka melewati semua rintangan. Setelah menghabiskan makanan, Herdi kembali untuk beristirahat. Dahayu duduk di sampingnya, pandangannya tetap tertuju pada Herdi. Meskipun masih tampak lemah, namun senyum kecil di wajahnya sudah cukup menenangkan hati Dahayu.

"Semuanya akan baik-baik saja," gumamnya lagi, seolah meyakinkan dirinya sendiri.

DIBALIK LAYAR KOTA SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang