Masa Lalu di Setiap Langkah

27 1 0
                                    


15 tahun setelah kematian Herdi......

Waktu yang berlalu terasa cepat, namun luka di hati mereka yang ditinggalkan tak pernah benar-benar sembuh. Meski demikian, hidup terus berjalan, bumi masih berputar, membawa setiap orang menuju babak baru dalam perjalanan mereka.

Matahari siang yang terik menyinari halaman rumah di Kota Solo. Daryono duduk di teras, menatap kebun bunga yang tumbuh subur di depan rumahnya. Rambutnya kini hampir seluruhnya memutih, tubuhnya sedikit bungkuk, tetapi wajahnya tampak lebih damai dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di sebelahnya, istrinya duduk sambil menikmati segelas air kelapa yang segar, merasakan angin sepoi-sepoi yang berhembus. Mereka berdua telah memasuki masa tua dengan tenang, menikmati kehidupan yang sederhana. Kehidupan yang sangat berbeda dari masa lalu yang kelam.

Daryono, yang dulu menjalani hukuman penjara atas kasus korupsi, kini telah bebas. Setelah menjalani masa hukumannya, ia memutuskan untuk memulai kehidupan baru. Tidak mudah baginya untuk kembali diterima oleh masyarakat, tetapi perlahan ia berusaha menebus kesalahannya. Dengan bimbingan dari komunitas mantan narapidana, Daryono mulai bekerja sebagai relawan di lembaga sosial yang membantu para mantan narapidana untuk kembali ke masyarakat. Ia menemukan makna baru dalam hidupnya dengan membantu orang-orang yang juga pernah terjerumus seperti dirinya.

Kini, di usia senjanya, Daryono hidup lebih tenang bersama istrinya, menikmati setiap detik kehidupan yang telah berubah jauh dari masa lalu yang penuh penyesalan. Bunga-bunga di kebun itu seolah mencerminkan perjalanan hidupnya. Bertumbuh kembali setelah masa kegelapan. Meski hidup mereka kini sederhana, Daryono dan istrinya tak pernah merasa kekurangan. Mereka menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, dan yang paling berharga adalah saat-saat mereka bersama. Namun, di hati mereka, ada satu luka yang tak pernah sepenuhnya sembuh, kehilangan Herdi. Setiap kali mereka mengenang putra mereka, ada kesedihan yang mendalam. Meskipun begitu, mereka tahu bahwa Herdi tidak ingin mereka terus-menerus terperangkap dalam kesedihan.

Sementara itu, Ibu Herdi, meskipun hatinya masih penuh dengan duka, tidak pernah kehilangan semangat hidup. Setiap pagi, mereka berjalan di sekitar rumah, berbicara tentang kenangan masa lalu dan merenungkan hidup mereka yang penuh liku. Di ruang tamu, foto Herdi yang tersenyum dengan seragam polisinya masih tergantung di dinding, sebagai pengingat akan anak mereka yang telah pergi terlalu cepat. Bersama-sama, mereka berusaha mengingat Herdi dengan cinta, bukan hanya kesedihan, merayakan setiap momen yang mereka miliki dan terus melangkah maju meskipun ada luka yang menganga.

"Ibu, lihat bunganya mulai mekar lagi," ucap Daryono sambil menunjuk bunga-bunga yang tumbuh di kebunnya. Istrinya tersenyum lembut, menatap Daryono dengan cinta yang tetap bertahan meski melewati berbagai badai. "Iya, Pak. Indah sekali," balasnya lembut, sambil menyeruput teh hangatnya. Dalam diam, mereka berbagi kedamaian, merasakan ketenangan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.


(****)

(****)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIBALIK LAYAR KOTA SOLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang