Bab Enam

29 4 0
                                    

===

Sadipta

P. 
Udah lama nih gak minum-minum. 

Gue gak ada waktu.

Gegayaan banget, biasa juga lo paling nomor satu kalau soal ini.

kalau ada waktu gue ngikut deh.

Waktu senggang yang lo punya itu kapan, Al?
Lo udah mulai kehilangan waktu buat diri lo sendiri apalagi sama temen, sekali-sekali nyantai kek. 
Sibuk amat dah?

Lo tau kan tau, kalau gue punya istri.

Jadi, selain sibuk ngurusin pekerjaan, lo juga sibuk jaga istri?

Ya, gitu mungkin.

Gue juga gak tau.

Lo gak buang-buang waktu, Al? Kata gue sih lo cuma buang-buang waktu.
Lo aja gak cinta sama dia, dianya juga kan? Jadi … ngapain, gitu lho.
Bahkan, lo aja masih mikirin mantan yang lo tinggalin itu.

Gue cerita itu udah lama, nggak usah mengungkit hal yang udah basi.

Tiga bulan yang lalu, Al, lo ngomong itu. Dan menurut gue tiga bulan yang lalu bukan waktu yang lama
Eh, tapi ya, rasa-rasanya gue jadi kasian sama Clara.

Kasian buat apa coba?

Karena lo gak pernah ngasih sesuatu buat dia sebesar apa yang pernah lo kasih buat mantan lo.

Gue capek. 

Gue tau. 

Stop bahas yang nggak-nggak.

===

Alvian memijat pelipisnya pelan, dia merasa pusing kini. Lalu, memutar kursi untuk menghadap ke arah jendela besar, menatap lingkungan berusaha meredakan rasa lelah dan pikiran yang memenuhi isi kepala.

Sebenarnya, semua ungkapan dari Sadipta hampir seluruhnya benar. Alvain belum sepenuhnya bisa menerima Clara, kenangan tentang masa lalu masih menggenang, tak bisa mengalir lepas begitu saja. Bahkan, susah untuknya dilupakan. Rasa yang lama juga masih terasa. Tapi sayang, Alvian harus merela demi sebuah keuntungan bagi keluarganya jika menikah dengan Clara yang berstatus putri dari keluarga yang mampu membangun kembali perusahaan milik keluarga Alvian. 

Pernikahan yang bisa dibilang terpaksa ini masih harus tetap dilanjutkan, meski kadang Clara mengajaknya untuk bercerai waktu itu. Alvian harus tetap bisa mempertahankan. 

Kini, yang hanya Alvian pikirkan antara masih mempertahankan Clara karena keuntungan yang diberikan keluarganya untuk keluarga Alvian atau malah sebab dia lama-lama sudah bisa menerima Clara sebagai istrinya oleh sebuah cinta.

Arah pandangnya masih tidak bisa lepas, terus menatap kearah luar. Hingga tidak sadar bahwa dirinya tiba-tiba tertidur begitu saja.

***

Bersambung

Alvian, Cinta, dan ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang