Bab Empat Belas

75 3 0
                                    

Semuanya sudah reda, kondisi rumah penuh dengan barang yang dilempar masih belum dibereskan, yang penting sudah tidak ada lagi benda yang hancur kembali. 

Setelah menangis habis-habisan, Clara dengan sendirinya tertidur diatas sofa ruang tamu. Tidak seperti waktu itu, Alvian sengaja tidak memindahkan Clara ke kamarnya atau ke kamar milik Clara sendiri, dia masih tidak mau melanggar peraturan itu.

Di kursinya Alvian berusaha menelpon seseorang, posisinya kini berada di ruang kerja pribadi. 

"Gue mau ketemu lo." Tanpa basa-basi setelah Sadipta mengangkat teleponnya Alvian langsung pada poinnya. 

"Ada apa—" 

"Tempat biasa, bar waktu itu. Gue mau lo bisa hadir." Panggilan di putus secara sepihak oleh Alvian. Yang kemudian pergi meninggalkan rumah membiarkan Clara yang masih tertidur pulas.

"Ada apa sih, Al?" tanya Sadipta setelah menempuh jarak yang lumayan cukup jauh dari rumahnya. Setelah 30 menit, dia datang juga, Alvian sendiri sudah menunggunya dengan bosan.

Alvian meneguk minumannya. "Lo yang bilang kan? Kenapa Clara tau kalau gue punya mantan yang gue tinggalin?" Mata Alvian menelik. Sadipta bergidik ketika ditatapnya. 

"Gue cuma ngasih tau karena dia pengin tau. Lo gak pernah tau kalau Clara diem-diem suka buka ponsel lo." Sadipta memegangi kepalanya. "Ah, gue jadi gak bisa jaga rahasia. Iya, gue yang ngasih tau, Clara penasaran setelah buka chatting-an gue sama lo waktu itu. Mantan. Dia pengen tau itu. Yaudah, gue ceritain, gak semua kok tenang aja. Emang ada apa, sih?" 

"Dia marah dan nyebut soal itu." 

Memutar mata yang dilakukan Sadipta. "Al, kenapa sih, hubungan lo itu nggak pernah bener? Setiap hati pasti ada aja masalah, nggak berhenti-berhenti, masalah sepele jadi. Emang sih yang namanya hidup nggak luput sama yang namanya masalah apalagi sebuah hubungan pernikahan, tapi masalah yang seharusnya gak dibahas pun bisa jadi alat sebagai perceraian, aneh banget tau gak." Alvian kembali menyeruput minumannya. 

"Itulah makanya, kalo memulai sebuah hubungan biasakan rasakan dulu cintanya baru serius kedepannya. Tapi, kalau udah ada cinta dan memulai serius malah bikin nggak merasakan cinta kedepannya, berarti cinta aja nggak cukup, selain itu butuh rasa setia dan konsisten buat pertahanin cinta yang udah dibangunnya. Nah, pertanyaan gue, lo udah secinta apa sama Clara, Al?" ucap Sadipta yang ikut meminum minumannya yang baru datang sehabis dipesannya. 

Jawabannya tidak ada, Alvian menggeleng tidak tau. "Gue gak bisa ngejelasinnya dengan kalimat panjang ataupun satu kata. Susah buat gue ngutarain rasa cinta gue ke dia." 

***

Bersambung

Alvian, Cinta, dan ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang