Bab Tiga

38 4 0
                                    

Di saat Clara yang masih asyik mengobrol denga Chira, Alvian menghindar dari sana ketika tiba-tiba topik obrolan mereka malah menjadi seputar dunia kecantikan, tas-tas bermerek keluaran terbaru, dan berita baru soal seorang model yang mereka sukai kini tengah mengandung tanpa sebuah hubungan pernikahan, padahal model itu orang benar.

Kini, acara pernikahan sudah di hampir masuk penutupnya, hanya menyisakan pesta kemeriahan dengan banyak lantunan lagu dan bunyi gelas yang saling adu bersulang minum.

Alvian duduk sendiri di bar yang berkondisi sepi, karena hampir semua orang lebih banyak mengunjungi tempat duduk yang dekat dengan kolam. Dipikir-pikir lagi, ini malah bukan seperti sebuah acara pernikahan. Alvian bingung dengan pikiran teman Clara yang membuat konsep pernikahan yang agak bebas ini. Bahkan ada dari salah satu pengunjung membuka bajunya untuk sekedar berendam ke dalam kolam. 

"Konsep yang lo kasih boleh juga ya," ujar Clara saat melihat seseorang yang menceburkan diri ke kolam. Reaksinya sama seperti Alvian. 

"Ini lah, Ra. Konsep pernikahan yang gue mau, penuh kebebasan," ucap Chira, Clara hanya bisa tertawa kecil. 

Di sela obrolan yang masih sama, hanya perempuan yang tau pastinya. Afkar, laki-laki yang sempat dibicarakan Clara menghampiri keduanya.

"Clara?" tanya Afkar memastikan, takutnya salah orang, Claranya sendiri mengangguk senang. "Yang waktu itu pernah jatuh waktu naik kuda?" tanya Afkar lagi, dia membawa sebuah kenangan masa lalu ketika Clara saat itu masih kecil dan sangat ingin sekali naik kuda hingga dia terjatuh, saking tidak bisa diam karena kegirangan. 

"Itu kan udah lama kejadiannya." Clara malu saat mengingatnya.

Afkar yang tiba-tiba membungkuk, lalu mengangkat tangan seperti meminta meminjam tangan dari pihak Clara, membuat Clara dan Chira saling pandang satu sama lain. "Mau berdansa denganku, Nona?" tawar Afkar, Clara tertawa sambil ditutupi dengan tangan mungilnya. Lalu menyimpan tangannya pada tangan Afkar.

"Boleh saja." 

"Jawabannya berarti iya." 

Afkar membawa Clara ke tengah-tengah kerumunan orang yang asyik berdansa juga, mereka menari begitu indah, menjadi pusat perhatian. Banyak yang mengira mereka adalah pasangan yang begitu romantis karena saling berpegang begitu hangat. Gerakan terus dimaikan dengan iringi musik yang memanjakan teling, seperti sedang tinggal dalam kawasan kerajaan yang begitu megah dan indah. 

"Serasi banget deh mereka." 

"Lihat, tarian perempuan itu begitu indah." 

"Bukannya itu Clara?" 

"Siapa Clara?" 

Bisik-bisakan orang-orang yang memperhatikan Clara dan Afkar yang tengan berdansa di tengah kerumunan sampai pada telinga Alvian yang tadi tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar, apalagi posisi duduk Alvian membelakangi Clara yang sedang di bawa berdansa. 

Alvian melihat Clara tanpa berkedip, memang benar, setiap gerakan dari tubuh Clara sangat indah. Tapi, tiba-tiba hatinya tersulut amarah ketika melihat laki-laki yang menjadi pasangan Clara, apalagi laki-laki itu terlalu intim memegang pinggang ramping Clara. Clara sendiri menerimanya dengan santai.

Alvian bangkit dari duduknya, melangkah mendekati mereka. Kini dia sedang berusaha menerobos keramaian. Katanya acara ini hanya menerima tamu yang sedikit, setelah di pikir-pikir apa yang sedikit? Bahkan sepertinya bisa lebih dari dua ratus orang yang diundang. 

Alvian sudah berada di sebelah mereka yang masih tidak menyadari kehadiran Alvian, banyak juga yang ikut serta melakukan dansa jadi Clara tidak terlalu fokus pada orang-orang yang berada disekitarnya, geraka dansanya saja dari tadi banyak dengan adegan berputar. Seperti sekarang ini. 

Dengan sengaja kaki Alvian menahan gerakan kaki Afkar hingga terjatuh, dengan sigap yang Alvian lindungi adalah Clara. Tentu saja ini bagian dari rencana. Afkar jatuh menyentuh lantai. Semua orang kaget termasuk Clara, tapi bukan hanya itu, Clara kaget tiba-tiba tubuhnya ditahan oleh Alvian seperti kebanyakan adegan romantis pada sinetron dengan jumlah episode yang bukan main.

"Lain kali pilihlah orang yang benar-benar bisa berdansa, Clara," ucap Alvian dengan menatap mata Clara begitu dalam tanpa berkedip.

***

Bersambung

Alvian, Cinta, dan ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang