Happy reading.
*
*
*
"Nyatanya lebih baik jujur tapi sakit, daripada berbohong justru membuat keadaan semakin rumit."
_Ravel Mahendra_***
Vera dan Ravel saat ini sedang di rooftop. Vera menceritakan pertemuan pertamanya dengan Shila dan Fero. Ravel menyimaknya dengan seksama dan tak melewatkan sedikitpun.
"Gue cuma bisa cerita sampe sini. Gue masih urus perpindahan kuliah gue."
Ravel berdecak. "Lo harus cerita gimana lo bisa deket sama Shila, dan apa lo manfaatin Shila? Dan Alana, apa bener ia akan setega itu sama Shila?"
"Pertanyaan lo udah kayak kereta api! Udah dulu, Rav gue serius sibuk. Kuliah gue juga penting."
Vera bergegas pergi meninggalkan Ravel. Ya memang benar masih banyak yang harus Vera urus karena kepindahannya.
Ravel juga akhirnya pergi karena ada kelas.
***
Shila baru saja selesai praktek. Saat ini ia sedang belajar dalam kelas sendiri karena yang lain istirahat ke kantin. Mau keluar pun ia merasa kesusahan karena memakai kursi roda. Sebenarnya ia masih bisa berjalan sedikit hanya saja terasa ngilu. Lebih baik ia mengistirahatkan kakinya.
Perut Shila keroncongan, ya Shila merasa lapar karena ini sudah siang. Shila pun berniat keluar. Namun sebelum itu terjadi, seseorang menaruh makanan di mejanya.
"Dari Athur, katanya dimakan sayangku," ucap Rion sambil bergedik geli.
Rion tertawa melihat ekspresi Shila yang melongo.
"Kidding, sorry. Belum kali, ya masih proses."
"Proses apa?" tanya Shila polos.
"Kagak, hehehe." Rion jadi kakuk karena Shila tak mengerti maksudnya.
"BTW, Athurnya ke mana?"
"Masih sibuk. Gue juga nih belum selesai harus balik lagi."
"Okey, thanks ya." Shila tersenyum manis.
Rion kagum dengan kecantikan Shila. Ia tak berkedip sedikitpun. Wajah Shila yang cantik dan tenang membuat Rion nyaman menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Shila
أدب المراهقين[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Sequel dari cerita The Secret Shila. Baca dulu cerita pertama. ___ "𝘚𝘩𝘪𝘭𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵." ___ "𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨𝘮𝘶...