Bag. 17

856 119 16
                                    

Sebab penyesalan selalu membutuhkan orang lain untuk disalahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebab penyesalan selalu membutuhkan orang lain untuk disalahkan.

***

"Aku hamil,"

Chika berkata dengan pandangan cemas sambil menatap mata Jinan. Keduanya kini sudah berada di dalam mobil milik Amel— manager Chika.

Jinan menatap Chika dengan tatapan dingin, "Terus apa urusannya sama aku?"

"Kamu mau bilang kalau itu anak aku? Aku sangat mencintai Cindy, Chik. Aku ngga mungkin lakuin itu." lanjutnya.

Chika menatap Jinan dengan pandangan cemas. Sungguh, Chika begitu mencintai pria di depannya ini. Namun, sepertinya ia memang tidak punya kesempatan sama sekali untuk kembali ada di hatinya.

"Kamu banyak berubah setelah pergi gitu aja, Kak." ujar Chika dengan air mata yang sudah berlinang di kelopak matanya.

"Semua orang berubah, Chik. Bahkan, tanpa sadar kamu pun sama. Aku minta maaf kalau akhir-akhir ini terkesan memberi kamu harapan dengan mengajak kamu bertemu, kamu tau kan aku cuma butuh pelampiasan karena di depan Cindy aku ngga mungkin nunjukin hal itu." jelas Jinan.

"Aku yakin anak itu bukan anak aku, Chik. Dan aku janji akan bantu kamu untuk menyelesaikan masalah ini, sekarang kamu mau gimana? Kamu ingin aku mencari ayah dari anak itu atau kamu mau jalanin solusi aku untuk tidur sama Tian dan aku akan tutup mulut soal ini." lanjut Jinan.

"Apa ngga pernah sedikit aja ada aku di hati Kak Jinan?" tanya Chika.

Jinan menggenggam erat tangan Chika, "Chik, aku memang pernah menaruh rasa sama kamu dan perasaan itu nyata bukan kebohongan tapi itu dulu. Sebelum aku kenal sama Cindy, aku tau sikap labil aku ini pasti nyakitin kamu, tapi Chik. Sebelum semuanya makin terlambat, ayo kembali menjadi murid dan dosen seperti sebelumnya."

"Aku selalu berharap hal baik untuk kamu, tapi maaf aku ngga bisa balik ke kamu. Biarin aku bahagia sama Cindy ya? Aku juga akan bantu kamu untuk menemukan kebahagiaan kamu yang baru."

"Cukup, Kak. Kalau dari awal Kakak emang ngga ada rasa seharusnya Kakak ngga nyuruh aku untuk temenin Kakak terus." ujar Chika menatap marah pada Jinan.

Saat ini perasaannya sungguh dipermainkan oleh pria yang usianya berbeda 8 tahun dengannya. Dosen keren yang selalu ia kagumi, entah kenapa kini tidak terlihat seperti itu.

Jinan hanyalah pengecut yang mempermainkan perasaannya dan Chika mengakui jika dirinya adalah wanita bodoh yang dibutakan oleh cinta.

"Kalau tau akhirnya begini, seharusnya sejak awal aku ngga menyetujui bantuan Kak Jinan untuk menjebak Kak Aran." ujar Chika.

"Kamu sadar ngga sih, Chik? Di sini yang egois itu kamu! Kamu sadar kan kalau Christian selalu berusaha menerima kamu? Dia berusaha untuk buat kamu mencintai dia, tapi kamu? Kamu malah sibuk ngejer-ngejer aku yang bahkan ngga pernah sedikit pun bilang akan seriusin hubungan ini!"

The Harlan's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang