Upaya 19

34 1 0
                                    

Dengan semangat yang terus membara, Meylin mulai merancang rencana perubahan yang lebih konkret untuk kerajaannya. Dia mengundang para penasihat dan beberapa bangsawan yang dia anggap mendukung visi baru untuk menghadiri pertemuan di ruang istana yang luas.

Setelah semua hadir, Meylin berdiri di depan mereka, penuh percaya diri. "Terima kasih semua sudah datang. Hari ini, kita akan mendiskusikan langkah-langkah yang perlu kita ambil untuk memastikan kesejahteraan rakyat dan keamanan kerajaan."

Salah satu penasihat, Lord Arlen, mengangguk. "Kami sangat menghargai komitmenmu, Ratu. Apa langkah awal yang kau pikirkan?"

Meylin mengeluarkan dokumen yang telah dipersiapkannya. "Pertama, kita perlu mendirikan dewan penasihat dari berbagai lapisan masyarakat. Ini akan memastikan bahwa suara rakyat, baik dari kalangan bangsawan, petani, maupun pedagang, didengar."

Lady Celine menimpali, "Itu langkah yang bagus, tetapi bagaimana dengan pendanaan untuk program-program ini? Kita perlu sumber daya yang memadai."

Meylin mengangguk. "Aku telah memikirkan itu. Kita perlu mengurangi pemborosan di istana dan memanfaatkan pajak secara lebih efektif. Kita juga bisa membuka peluang kerja baru melalui proyek infrastruktur."

Satu suara dari barisan belakang berujar, "Tetapi apa yang bisa kita lakukan tentang ancaman dari luar? Kita tidak bisa lupa bahwa ada kerajaan lain yang mengincar kekuasaan kita."

Damian, yang berada di samping Meylin, menambahkan, "Kita juga akan memperkuat pertahanan kerajaan. Menggandeng aliansi dengan kerajaan tetangga adalah langkah penting, tetapi kita juga harus siap menghadapi segala kemungkinan."

Meylin melanjutkan, "Setelah kita menetapkan dewan dan proyek, aku juga ingin memperkenalkan program pendidikan untuk rakyat. Pengetahuan adalah kunci untuk memajukan masyarakat kita."

Percakapan menjadi lebih hidup, dengan banyak ide yang mengemuka. Meylin merasa semangat mereka meningkat, dan ini menjadi tanda bahwa langkah-langkahnya diterima dengan baik.

Setelah pertemuan, Meylin dan Damian berdiskusi tentang rincian rencana yang telah mereka buat. "Kau tahu, ada beberapa bangsawan yang mungkin tidak setuju dengan semua ini," kata Damian, tampak serius.

Meylin menghela napas. "Aku tahu, tetapi aku harus percaya bahwa apa yang kita lakukan adalah untuk kebaikan bersama. Kita tidak bisa mundur hanya karena takut akan penolakan."

Damian mengangguk setuju. "Kita harus bersiap menghadapi tantangan tersebut. Jika ada yang menghalangi langkah kita, kita harus siap untuk melawannya."


Sebagai bagian dari rencana baru, Meylin memutuskan untuk mengunjungi desa-desa yang terpinggirkan. Dia ingin melihat langsung kondisi rakyat dan memahami kebutuhan mereka. Damian menemaninya, dan mereka berdua naik kereta kuda yang sederhana.

Sesampainya di desa pertama, mereka disambut hangat oleh penduduk. Meylin turun dari kereta dan menyapa mereka dengan senyuman. "Selamat pagi! Saya Ratu Meylin. Saya datang untuk mendengar langsung dari kalian."

Seorang wanita tua maju ke depan. "Ratu, kami sangat bersyukur kau datang. Kami telah berjuang dengan sulitnya kehidupan sehari-hari. Tanah kami tidak subur, dan kami butuh bantuan untuk bertani."

Meylin merasa hatinya tergerak. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu. Mari kita cari solusi bersama agar kalian bisa mendapatkan hasil yang lebih baik."

Salah satu pemuda berkata, "Tapi, Ratu, kami juga butuh pendidikan. Tanpa pengetahuan, kami tidak bisa berkembang."

Meylin mengangguk. "Saya berjanji akan memperkenalkan program pendidikan di desa-desa ini. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak."

Fate of the QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang