Upaya 26

28 1 0
                                    

Setelah beberapa minggu, gejala morning sickness mulai mereda, tetapi perhatian Meylin tetap terfokus pada persiapan untuk dewan rakyat yang baru.

"Meylin, bagaimana kehamilanmu? Apakah kau merasa baik-baik saja?" tanya salah satu anggota dewan, Lady Fiona, saat pertemuan berlangsung.

"Ya, saya baik-baik saja. Terima kasih atas perhatian Anda," Meylin menjawab, meskipun rasa cemas masih mengganjal di benaknya.

Sementara itu, Damian terus mendukungnya, memastikan bahwa semua keputusan dewan berjalan lancar.

"Meylin, kita bisa mempercayakan beberapa tugas kepada anggota dewan yang lain jika kau merasa lelah," saran Damian di malam hari.

"Tidak, aku ingin terlibat. Ini juga tanggung jawabku," Meylin bersikeras.


Meylin berusaha untuk menyeimbangkan kesehatan dan tanggung jawabnya. Meskipun kadang-kadang merasa lelah, ia merasa bersemangat saat melihat rakyatnya berinteraksi dengan dewan rakyat.

"Aku tidak pernah merasa seberharga ini sebelumnya," kata Meylin kepada Damian, saat mereka menyaksikan rakyat mereka berbicara dengan anggota dewan.

"Dan kau akan menjadi ibu yang hebat. Rakyat akan mengingat semua yang kau lakukan untuk mereka," Damian menjawab.

Dengan harapan baru dan semangat yang membara, Meylin bersiap untuk menghadapi perjalanan baru sebagai ratu dan calon ibu, berkomitmen untuk melindungi dan memimpin kerajaannya dengan bijaksana.


Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Keluarga Meylin dan sepupu Damian, Delfina, dijadwalkan untuk mengunjungi istana dan memberikan selamat atas kehamilan Meylin. Suasana di istana terasa lebih ceria dengan persiapan menyambut mereka.

"Meylin, kau siap?" tanya Damian, sambil memperbaiki jasnya di depan cermin.

"Aku rasa sudah. Aku tidak sabar bertemu mereka!" jawab Meylin dengan antusias, meski sedikit gugup.

Ketika pintu utama istana terbuka, keluarga Meylin melangkah masuk dengan senyum lebar di wajah mereka. Ibunya, Lady Amara, terlihat sangat bahagia, sementara adik perempuan Meylin, Lila, terlihat bersemangat.

"Meylin!" teriak Lila, berlari dan memeluk kakaknya erat. "Aku sangat merindukanmu!"

"Lila! Aku juga merindukanmu!" Meylin menjawab, merasakan kehangatan dan kasih sayang yang mengalir.


Setelah menyambut keluarganya, Meylin dan Damian mengajak mereka ke ruang tamu yang megah, dihiasi dengan bunga-bunga indah dan perabotan elegan.

"Selamat, Meylin!" ucap Lady Amara, mengangkat tangannya untuk menyentuh perut Meylin yang mulai membesar. "Kami sangat senang mendengar kabar ini."

"Terima kasih, Ibu. Ini semua terasa seperti mimpi," jawab Meylin, tersenyum lebar.

Delfina, sepupu Damian yang datang bersama keluarganya, ikut menyapa. "Aku tidak sabar untuk melihat bayi itu! Kira-kira siapa yang lebih mirip, kau atau Damian?"

Meylin tertawa. "Semoga bayi ini tidak mewarisi sifat-sifat nakal kalian!"

"Hey, kami tidak nakal!" Delfina membela diri, diiringi tawa seluruh keluarga.


Setelah beberapa saat bercanda, mereka semua duduk dan berbagi cerita. Meylin menceritakan pengalaman awalnya sebagai ratu dan bagaimana ia berusaha mengubah citra dirinya.

"Kau sangat berani, Meylin. Memimpin kerajaan sambil hamil, itu bukan hal yang mudah," puji Lady Amara.

"Ya, tapi aku memiliki dukungan dari Damian dan rakyatku," Meylin menjawab. "Kami bekerja keras untuk membangun dewan rakyat yang kuat."

Delfina kemudian berbicara. "Aku sudah mendengar banyak tentang perubahan itu. Semoga semua berjalan baik, dan kau bisa memberikan yang terbaik untuk kerajaan."

Meylin merasa terinspirasi oleh dukungan keluarganya. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Ini bukan hanya tentang aku, tetapi tentang masa depan kerajaan."


Setelah berbagi cerita, makan siang pun disajikan. Hidangan yang lezat dan beragam membuat suasana semakin hangat. Meylin merasa senang bisa bersama orang-orang yang dicintainya.

"Meylin, aku ingin tahu lebih banyak tentang pengalaman kehamilanmu. Apakah ada gejala aneh?" tanya Lila, dengan mata berbinar-binar.

"Sejauh ini, hanya mual di pagi hari. Tapi sekarang sudah lebih baik," Meylin menjelaskan.

"Kalau begitu, aku akan membawakanmu ramuan herbal yang bisa membantu," saran Lady Amara. "Ibu tahu cara merawat anak-anaknya!"

Seluruh keluarga tertawa, dan Meylin merasa sangat bersyukur atas dukungan dan kasih sayang yang mengelilinginya.


Saat makan siang berlangsung, mereka berbagi kenangan masa lalu, menggali cerita lucu dan berkesan dari kehidupan Meylin sebelum menjadi ratu.

"Inginku, ingatkah saat kita bermain petak umpet di taman?" tanya Lila.

"Ya, dan aku hampir tidak bisa menemukan kalian karena kalian bersembunyi di belakang pohon besar!" Meylin tertawa, mengenang masa-masa indah.

"Sekarang, kau akan menjadi ibu! Itu akan jadi cerita baru yang bisa kita kenang bersama," ucap Delfina, menggenggam tangan Meylin.

"Aku harap begitu. Aku ingin memberikan anakku semua pengalaman indah yang pernah aku alami," jawab Meylin, penuh harapan.


Setelah makan, Meylin dan Damian mengantar keluarganya ke taman istana untuk menikmati suasana. Di sana, mereka bercakap-cakap lebih santai, dan Meylin bisa merasakan ikatan keluarga semakin erat.

"Delfina, bagaimana kabarmu di kerajaanmu?" tanya Damian, berusaha mendengarkan cerita sepupunya.

"Aku baik-baik saja. Tapi setelah mendengar kabar tentang kehamilan Meylin, aku semakin bersemangat untuk memulai keluarga sendiri," jawab Delfina, tersenyum lebar.

Meylin menatap Delfina. "Semoga kita bisa saling mendukung, ya. Keluarga adalah segalanya."

"Pasti! Kita akan menjadi ibu-ibu hebat bersama," Delfina menjawab, penuh semangat.


Saat hari mulai gelap, saatnya bagi keluarga Meylin untuk pulang. Meylin merasa sedih harus berpisah, tetapi juga bahagia bisa menghabiskan waktu bersama.

"Meylin, ingat untuk menjaga kesehatanmu dan jangan ragu untuk meminta bantuan jika perlu," Lady Amara mengingatkan dengan penuh kasih.

"Terima kasih, Ibu. Aku akan ingat," jawab Meylin, mengangguk.

Delfina memberi pelukan hangat. "Kami semua mendukungmu. Kita akan segera bertemu lagi!"

Setelah mereka pergi, Meylin dan Damian berdiri di depan pintu, menatap jalan yang dilalui keluarga mereka.

"Rasanya begitu menyenangkan bisa bersama mereka," ucap Meylin, senyum tak pernah pudar dari wajahnya.

"Ya, aku senang mereka datang. Dan sekarang, kita punya dukungan yang lebih kuat dari sebelumnya," Damian menjawab, menggenggam tangan Meylin dengan erat.

Dengan penuh harapan dan cinta, mereka kembali ke dalam istana, siap untuk menghadapi tantangan baru sebagai ratu dan raja, serta calon orangtua.

Fate of the QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang