MD 48

312 28 0
                                    

MD 48

Sekitar hapir dua puluh menit mengemudi, akhirnya mobil yang James kendarai memasuki halaman rumah mereka. Yim jauh lebih dulu keluar dari dalam mobil, suasana hatinya masih sangat buruk saat ini.

"Gua gak habis pikir sama papa, mengapa dia dengan lapangnya menerima hinaan dari omah!." Grutu Yim dengan kesal seraya berjalan masuk kedalam kamarnya.

Setibanya didalam kamar, Yim langsung membaringkan badannya di atas kasur empuk miliknnya. Dia merasa energinya sudah habis karena berdebat dengan omah nya.

"Berdebat dengan nenek lampir itu benar benar membuat gua lelah seperi akan sekarat." Keluh Yim.

Yim membuka ponselnya kemudian dia mencari kontak Tutor yang dia namai dengan My future, lalu setelah itu dia menekan tombol memanggil. Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Yim mendapatkan jawaban panggilan dari Tutor, karena di dering pertama pun Tutor sudah langsung mengangkatnya.

"Halo, kenapa sayang?." Tanya Tutor dari sebrang sana.

Yim menghela napasnya dengan berat, "Aku tadi kerumah omah sama papa." Ucap Yim.

"Lho bagus dong sayang, tapi kenapa suara kamu kaya kesel gitu?." Tanya Tutor yang merasa heran dengan suara Yim, sedangkan dengan perkataan yang dia ucapkan Tutor merasa tidak ada yang salah.

"Bagus si bagus, tapi asal kamu tahu ya sayang, aku kesana sama papa kan dan apa kamu tahu apa yang terjadi?." Ucap Yim gantung.

"Apa sayang?." Tanya Tutor penasaran apa yang membuat pujaan hatinya dalam suasana hati yang buruk.

"Aku sama papa kesana berniat untuk kasi tahu tentang pernikahan kita yang gak lama lagi akan di langsungkan, tapi yang kami dapat bukannya respon yang baik tapi malah sebaliknya." Jelas Yim dengan sangat kesal.

"Hal apa yang buat calonku yang manis ini jadi bad mood." Ucap Tutor yang berusaha mengembalikan suasana hati Yim agar kembai membaik.

"Kalau dia sampai gak mempan dengan cara bujukan gua, bisa mampus gua. Gua dari dulu selalu kesulitan buat kembalikan suasana hati dia." Batin Tutor.

"Asal kamu tahu ya sayang, aku sama papa datang kesana dengan baik baik dan bahkan kami juga bicra dengan baik dan sopan sayang." Jelas Yim dengan menggebu gebu, sedangkan Tutor hanya bisa menjadi pendengar yang baik untuk Yim dan sesekali dia merespon dengan gumaman agar Yim tidak mera jika Tutor mengabaikan ceritanya.

"Dan ya, ketika papa mengatakan jika kita akan menikah dalam waktu dekat, perkataan omah benar benar keterlaluan banget sayang. Bahkan omah sangat merendahkan papa. Tapi entah terbuat dari apa hati papa itu, sampai dia masih menerima semuanya dengan lapang dada, bahkan dia gak marah sama sekali." Lanjut Yim bercerita dengan emosinya yang menggebu gebu.

"Mungkin papa kamu sudah berdamai dengan sebuah kenyataan sayang, jadi tidak heran jika papa kamu bisa menerimanya dengan lapang dada dan juga meresponnya dengan tenang. Dia juga sudah bisa mengendalikan emosinnya dan kamu tahu itu untuk siapa?." Jelas Tutor dengan di akhiri dengan sebuah pertanyaan.

"Untuk siapa?." Tanya Yim.

"Untuk kamu dan demi kamu." Jawab Tutor, "Dia seperti itu karena dia lebih mementingkan perasaan anak dan suaminya daripada perasaannya sendiri. Maka kamu jangan kesal kepada papa kamu, karena dia sudah rela mengorbankan perasaannya demi kamu." Lanjut Tutor.

Yim tediam dia tidak tahu harus menjawab apa lagi, karena yang dikatakan oleh Tutor semuanya memang benar. "Tapi aku masih sangat kesal dengan apa yang omah lakukan." Ucap Yim.

"Iya aku tahu bagimana perasaanmu, tapi aku minta sama kamu untuk jangan terlalu memikirkan hal itu. Aku tidak mau nanti disaat acara pernikahan kita kamu malah jauh sakit." Jelas Tutor.

MAS DUDA [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang